22

2.1K 249 6
                                    

"aku tau seharusnya kami tidak ikut campur, apa lagi saat kalian membantu permasalahan Tendou. Tapi..." Daichi menggantung kalimatnya, cengkeraman pada kerahnya tak mengganggunya.

"...bukankah gawat, Sakusa~ manusia itu tak selamanya menjadi pengantinmu~" lanjutnya masih dengan seringai dan mata merah darahnya.

Mata merah darah itu saling tatap, dengan yang satu penuh amarah dan niat membunuh, sementara yang satu tampak penuh humor main-main tapi juga mengancam.

"kau benar" ucap Sakusa setelah hening selama beberapa saat, sembari melepas cengkeramannya pada kerah pakaian Daichi.

"jika apa yang kau katakan akan benar-benar terjadi... Maka saat itu, akulah yang akan memusnahkannya sendiri"

Lanjut Sakusa tanpa sedikitpun keraguan. Meski hatinya sedikit menolak kenyataan bahwa Hinata Shouyo mungkin saja sama seperti yang Korai laporkan.

Daichi manaikkan alisnya dengan dagu terangkat sombong, "baiklah~ mungkin seharusnya aku tak perlu kemari" ucap pria itu sembari mengerdikkan bahunya.

Belum sempat Sakusa membalas, kelompok manusia serigala menghilang dari pandangannya, itu biasa karena kekuatan Daichi yang juga memiliki darah vampir.

"wilayah anda tidak aman lagi, Master. Bagaimana jika pindah kesana?" Kuro membuka suaranya setelah udara di sekitar tak terasa pekat lagi.

Sakusa diam, menatap kedua telapak tangannya dengan ekspresi yang sulit di baca.

"ya, kalian kembalilah" ucap Sakusa pada akhirnya, tanpa menatap tetua vampir.

Kesemua vampir membalas dengan patuh, menghilang dalam kepulan asap hitam. Setelah itupun, Hinata Shouyo tiba-tiba sudah ada di kursi Sakusa tadi.

"are? Omi-kun? Aku tiba-tiba saja disini, kenapa aku disini?" pemuda berusia 12 tahun itu bertanya dengan wajah bingungnya yang sangat imut.

Menoleh kesana kemari dan meraba-raba dirinya sendiri, seolah tak tau alasan apa yang membuatnya bisa tiba-tiba duduk di kursi tempat Sakusa tadi.

Tanpa sadar, Sakusa tersenyum. Itu pasti Kuro yang mengembalikan Shouyo kemari tanpa sepengetahuan sang empu.

Sakusa melangkahkan kakinya mendekati Shouyo, dengan tatapan hangat dan lembut yang dibalas tatapan bingung dari pemuda bersurai jingga itu.

Sangat imut!

Makhluk seimut itu tak mungkin bisa menghancurkannya.

Ia Sakusa Kiyoomi, dan tidak memiliki kelemahan.

"ayo" tangannya terulur, disambut dengan senyum lebar Shouyo yang membalas uluran tangannya.

"kemana?" tanya riang pemuda itu, dengan nyaman duduk di lengan Sakusa saat sang pangeran vampir mengangkatnya dalam gendongan.

"ke wilayahku yang lain" jawab Sakusa dan dengan itu keduanya menghilang dalam kepulan asap hitam yang sekali kedip mata.

~♥~

Shouyo berakhir di atas tempat tidur empuk dalam sekali kedipan mata, ia menoleh ke sekitarnya dan sadar bahwa ruangan ini asing.

Tebaknya, mereka sudah tak berada di salah satu ruangan di istana sang pangeran vampir.

Jauh dari desanya.

Memikirkannya membuat Shouyo sedih, tanpa sadar ekspresi itu muncul di wajanya. Yang tak luput dari manik semerah darah milik Sakusa yang ada di atasnya.

"kenapa sedih, hm?" tanya Sakusa sembari mengusap pipi gempil Shouyo dengan bibirnya, walaupun ia tau benar apa yang membuat Shouyo sedih.

"tidak! Tidak ada!" jawab Shouyo secepat kilat, menoleh pada Sakusa dengan senyum lebarnya yang kelewat manis.

Sakusa terdiam, menatap Shouyo dengan ekspresi rumit. Tak tau harus berbuat apa, karena hidup beribu-ribu tahun sendirian membuatnya hilang kata.

"hmmm" Sakusa berguman rendah, menelusupkan wajahnya pada leher Shouyo, menghirup aroma pemuda itu dalam-dalam.

Shouyo melingkarkan tangannya pada leher jenjang sang pangeran vampir, mengelus surai hitam ikal itu dengan lembut.

Tapi tiba-tiba Shouyo tersentak ketika ia merasakan sesuatu menyentuh lehernya. Sesuatu yang kenyal dan basah.

"O-Omi-kun" panggil Shouyo gugup, bersamaan dengan sesuatu yang tajam menusuk kulit lehernya.

Sakusa menancapkan taringnya pada leher pengantinnya, membuat darah segar keluar dan langsung di hisapnya.

Perasaan aneh yang dulu dirasakan oleh Shouyo saat Sakusa pertama kali menghisap darahnya kini kembali.

Getaran yang entah kenapa membuatnya merinding itu tidak mencoba menghentikan apa yang Sakusa lakukan.

Jilatan lidah Sakusa pada lehernya yang kini memiliki lubang kecil berjumlah dua yang mengeluarkan darah.

Dan itu terjadi lagi.

~♥~

Sakusa menatap Shouyo yang tertidur dalam diam, tubuh telanjang pemuda itu kini hanya terbalut oleh selimut tipis yang melindunginya dari hawa dingin.

Tangan pucat sang pangeran vampir terulur mengelus surai jingga Shouyo. Menikmati sentuhan lembut dari surai tersebut.

Perlahan, saat matahari mulai tenggelam bersamaan dengan mata Shouyo yang terbuka memamerkan manik madu cantiknya pada dunia. Sudut bibir Sakusa terangkat, membentuk senyuman tipis.

"Omi-kun~" suara lemah Shouyo terdengar saat pemuda itu menoleh padanya.

Menatapnya dengan gestur polos dan wajahnya terhias oleh rona merah yang menggoda.

"hey dear~" balas Sakusa sambil memajukan wajahnya pada Shouyo, mengecup pipi gempil pemuda itu dalam-dalam.

Saat Sakusa menjauh, Shouyo mengangkat tangannya dan melingkarkannya pada leher Sakusa. Menarik kembali sang pangeran vampir agar ia dapat memeluknya.

Sakusa yang mendapat perlakuan itu hanya pasrah, membalas pelukan Shouyo sambil mengecupnya berkali-kali.

Berakhirlah keduanya menghabiskan malam itu dengan saling berpelukan, dengan tubuh masing-masing telanjang dan hanya di balut selimut tipis.

~♥~
TBC

My Vampire [OmiHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang