27

874 71 10
                                    

Melihat Iizuna senang. Pangeran Kyo merasa sombong, "untukmu!" Ucapnya songong, memberikan buku itu pada Iizuna.

"Terimakasih Kyo" Terlalu senang, Iizuna tak sadar dengan panggilannya pada sang pangeran, mengundang senyum senang terbit di wajah rupawan itu.

Sebelum Sakusa kembali berputar pada dimensi waktu ia masih melihat bagaimana tatapan lembut dari pangeran untuk Iizuna, dengan tangan kecil itu mengelus surai hijau dengan lembut.

Lalu ia terdampar, lagi. Masih di rumah pohon itu, dengan dua anak laki-laki yang sudah tumbuh lebih besar. Saling bertukar kata, tertawa bersama, terlihat bahagia.

Hubungan yang seperti persahabatan, tak mungkin tak melibatkan perasaan.

Ya, selama di tarik dan di lempar pada waktu berbeda. Sakusa menyaksikan sendiri bagaimana perasaan keduanya tumbuh, menjadi lebih intim di usia mereka yang mulai beranjak remaja dan dewasa.

Tatapan mata keduanya tak bisa berbohong. Keduanya memiliki perasaan yang sama. Puncaknya adalah dimana sang pangeran mendahului. Menyentuh pipi sang penyihir dengan lembut.

Mempertemukan kedua belah bibir itu dalam sentuhan yang intim.

Sakura terdiam, jika memang mereka saling mencintai, jika memang mereka memiliki perasaan ini berdua, kenapa masa depan terjadi seperti itu?

Dan jawaban datang dengan cepat.

"Maaf aku tidak bisa lama disini, Ratu menyuruhku menghadap" Ucap sang pangeran sembari mengelus sudut bibir Iizuna.

"Apakah anda membuat masalah, pangeran?" Nada suara Iizuna sangat lembut, masih sangat sopan walaupun di perlakukan istimewa oleh sang pangeran.

"Tidak" Jawaban itu membuat Iizuna tertawa "kenapa?" Tanya Kyo dengan tatapan lembut, bukannya marah karena ditertawakan ia malah merasa tenang.

"Pangeran tidak membuat masalah? Mustahil, anda selalu melewatkan pelajaran anda untuk datang kesini" Ucap Iizuna tau benar jadwal sang pangeran.

"Kamu lebih penting" Balasan tak diduga datang dari sang pangeran, membuat Iizuna terdiam, lalu tersenyum.

"Terimakasih" Tak ada kata lain yang terlintas di pikirannya untuk diutarakan.

Keduanya terdiam, saling pandang.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya, aku takut ratu marah jika aku terlambat" Walaupun ratu adalah ibu kandungnya, ia tetap menghargai dan menghormatinya sebagai pendamping raja.

"Ya, Hati-hati pangeran" Kalimat itu membuat Kyo tertawa lepas.

"Seperti aku akan pergi jauh saja"

Sakusa memilih mengikuti sang pangeran kembali ke istana.

Di istana, tepatnya di rumah kaca dimana berisi tanaman-tanaman dan meja kursi yang cocok untuk minum teh. Sang ratu sudah ada disana, dengan dua wanita lain.

Sakusa Kyo mendekat, memberi salam pada sang ratu, kemudian sang ratu memperkenalkan tamunya pada putranya.

"Kyo, ini ratu dari Kerajaan timur dan putrinya putri Kiyoko, tunangan kamu" Dua kata terakhir di ucapkan dengan nada kecil seperti bisikan, mengundang tawa elegan dari dua tamunya.

Kyo kaku, terdiam dan mematung. Terkejut dengan informasi ini.

"Hey" Panggilan dari ibunya mengambil atensi Kyo, menoleh hanya untuk mendapati pandangan peringatan untuk Kyo bersikap sopan dengan memperkenalkan dirinya.

Kyo menunduk dengan tangan kanan di dada, memperkenalkan dirinya dengan senyum palsu.

'Tidak bisa, hanya Iizuna' bisiknya dalam hati.

My Vampire [OmiHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang