26

1K 102 11
                                    

Ada yang nunggu cerita ini gak sih?

Jadi kan aku ada pernah bilang kalau book ini bakal end, tapi aku kayak ngerasa perlu untuk melanjutkan cerita ini, tapi aku bingung mau ngelanjutinnya gimana, makanya lama update, maaf yaaaヾ(^-^)ノ

•••

Sakusa Kiyoomi duduk di singgasananya yang berada di dekat jendela kamarnya. Menatap pada bulan purnama yang kini sudah kembali ke warna semula.

Setelah tiga hari ia mengukung pengantinnya di atas kasur, ia kembali seperti semula. Efek blood moonnya sudah hilang dan kini penampilan mengerikannya juga sudah hilang.

Ia sedikit merasa bersalah pada Shouyo yang kini masih terbaring lemah di atas kasur dan tak ada tanda-tanda akan sadar.

Tapi ini juga bukan kesalahnnya sepenuhnya, Shouyo seharusnya tidak mendekatinya setelah lebih dari lima orang termasuk Komori memperingatinya.

Tapi Sakusa tidak mungkin menyalahkan pengantinnya yang imut itu, mau bagaimanapun pemuda bersurai jingga itu setidaknya berhasil mengurangi rasa sakit di tubuh sang pangeran vampir.

Ini tidak boleh terulang! Ucap Sakusa penuh keyakinan dalam hatinya.

Pangeran vampir yang ribuan tahun lalu merupakan seorang manusia itu menoleh dan kembali menatap Shouyo yang masih terlelap.

Menatap wajah damai yang tertidur itu. Sedikit meringis saat melihat bercak merah dan gigitan dari dua taringnya berada di seluruh tubuh Shouyo.

Tubuh mungil yang selalu bersinar kemerahan itu benar-benar menggoda, ditambah dengan ekspresi polos yang selalu di tampilkan.

Siapa yang tidak tergoda?

Sakusa mengalihkan perhatiannya kembali pada bulan purnama yang bersinar terang di langit malam, lagi-lagi pikirannya melayang pada takdir sang pengantin.

Ia tidak mau menganggap ucapan Korai ataupun Daichi benar-benar akan terjadi. Tapi kesamaan dirinya dengan sang kakek buyut dan kesamaan Shouyo dengan gagak itu mungkin tidak bisa di hindari.

Tsukasa Iizuna, si penyihir itu masih hidup hingga sekarang dan ia tidak tau di mana keberadannya, bahkan Korai yang mengunjungi sebuah rumah yang di duga rumah penyihir itupun sudah kosong.

Menandakan sang pemilik sudah pergi dari sana, seolah tau akan adanya teror yang mendatanginya.

Yang membuat Sakusa bertanya-tanya adalah apa hubungan kakeknya dengan si penyihir ini?

Apa hubungan mereka hingga kakek buyutnya itu melepaskan perintah untuk memusnahkan semua penyihir?

Apa yang Tsukasa lakukan dulu hingga membuat kakeknya melepas perintah untuk membakar satu persatu penyihir sampai hanya Tsukasa yang tersisa karena berhasil kabur?

Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban pun memenuhi pikiran sang pangeran vampir.

Apa benar kutukan 'hidup abadi dengan menjadi monster' yang ada pada dirinya itu dilayangkan oleh Tsukasa?

Apa motifnya hingga penyihir itu merasa bahwa keputusan benar untuk mengutuk keturunan raja yang bahkan tidak terlibat sedikitpun dengan kejadian dimasa lalu itu?

Lama Sakusa melamun, hingga dirinya tak menyadari bayangan hitam yang tiba-tiba saja muncul di jendela kamarnya.

Jubah hitam yang menutupi seluruh tubuh makhluk itu dan suara langkah kakinya yang menggema terdengar mendekati Sakusa.

Dengan gumaman "aku tidak tau vampir bisa melamun" membuat Sakusa tersadar dan dengan cepat mendongak, yang ia dapatkan hanya sesosok berjubah dengan wajah tertutup oleh topeng ada di hadapannya, menatap penuh penilaian.

My Vampire [OmiHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang