➖ Storm-is Over (5)

2.4K 257 34
                                    

Satu kata yang langsung terlintas di pikiran Ata waktu Kafka datang: kacau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu kata yang langsung terlintas di pikiran Ata waktu Kafka datang: kacau.

Cowok itu pasti lihat update instagram storynya dua jam lalu. Dia upload beberapa foto, impulsif. Foto bareng Mas Dio dan Andre, foto bareng Mas Widi dan Mas Sandi—senior persma kesayangannya, foto bareng Riska, dan terakhir foto bareng Mas Dio. Ata nggak sampai hati buat nolak permintaan cowok itu. Toh, cuma foto dan Mas Dio juga seniornya. Di foto terakhir itu juga, Ata nambahin stiker lokasi dan nandai akun Mas Dio, sesuai permintaan cowok itu.

Sekarang, Ata berakhir ngebego-begoin diri sendiri. Dia harusnya nggak nambahin stiker lokasi.

Kafka dateng bareng Mas Candra. Mereka bawa mobil sendiri-sendiri. Lalu pilih meja sendiri, meskipun Mas Sandi udah nawarin buat gabung. Nggak mau ganggu, katanya.

Harusnya emang gitu. Karena buat Ata, kedatangan Kafka aja udah ganggu banget.

Ata pengen ketemu Kafka. Pengen banget. Dia kangen banget sama Kafka sampai rasanya lemes waktu lihat cowok itu dari dekat. Tapi nggak sekarang juga. Nggak pas dia lagi sama Mas Dio. Nggak pas ada Mas Dio. Satu masalah mereka belum kelar. Ata nggak mau nambah-nambahin dengan bikin Kafka cemburu buta. Tenaganya terbatas buat ngejelasin ke Kafka.

"Aku minta maaf," kata Kafka pelan. Mereka duduk kepisah sama Mas Candra dan temen-temen Ata sebentar.

Sebenernya, Ata nggak mau ngomong sama Kafka di sini, karena sekarang waktu buat quality time sama temen-temennya. Tapi Kafka udah di sini dan nggak mungkin Ata nyuruh dia pergi. Ata nggak sampai hati buat ngelakuin itu.

"Aku pernah bilang ke kamu, kalau kita bakal ngatasi semua masalah di hubungan kita sama-sama, tapi aku malah lari dari janji itu."

"Kamu pasti butuh waktu. Nggak apa-apa, Kaf. Aku bisa ngerti."

"Kamu hampir selalu bisa ngertiin aku, tapi aku malah ngelakuin yang sebaliknya."

Ata ngelihatin Kafka, lama. Apa sih, yang cowok ini lakuin sampai-sampai dia kelihatan capek dan kurusan?

"Sebulan ini, kamu ... ngapain aja, Kaf?"

"Hm?" Kafka bingung. "Ngapain ... gimana?"

Ata nggak langsung nyahut, dan cowok itu udah kelihatan paham.

"Oh, kayak ... yang kamu lihat di IG storyku," kata Kafka lagi. "Aku—"

"Nggak, bukan itu maksudku," sela Ata. "Kamu pernah bilang kalau tiap kita berantem, kamu nggak bakal ngelakuin hal-hal bodoh yang nyakitin dirimu sendiri. Kamu masih kayak gitu, kan, Kaf? Kamu tetap makan teratur, tidur cukup, dan nggak bikin capek diri sendiri, kan?"

Kafka diam. Tatapannya intens ke Ata.

Ata jadi ragu kalau Kafka nggak nyiksa dirinya sendiri. Cowok itu emang kelihatan seneng-seneng aja di instagram storynya. Banyak kegiatan, banyak temen. Tapi pas dilihat dari dekat gini, Ata jadi tau kalau yang ditunjukin di media sosial itu bukan sepenuhnya keadaan Kafka.

Boyfriend ✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang