➖ Chasing Sunrise

1.9K 183 2
                                    

Abis subuh, Ata punya kebiasaan buat tidur sebentar sebelum beraktivitas. Mau di hari produktif—weekdays, atau pun weekend kayak hari ini. Jadi anak kos bikin Ata nggak bisa males-malesan. Apalagi kalau dia lagi program hemat karena pengen jajan novel atau album dari idol kpop yang digandunginya.

Tapi, belum sempat merem, dia kedapetan telpon dari Kafka.

Ata udah pernah bilang kalau Kafka ini super random, kan?

Dia nelpon pagi-pagi buta buat ngajak Ata ke pantai. Mau ngejar sunrise, katanya.

Kafka nggak tau aja Ata baru tidur jam dua belas malem karena dia nyelesaiin tugas, dan pengen weekendnya bebas tugas. Alias biar bisa pacaran sama Kafka tanpa buru-buru balik kos buat nyelesain tugas kuliahnya. Tapi nggak sepagi ini juga kalau mau pacaran. Yang sayangnya, protes itu cuma ketahan di ujung lidah karena Ata nggak mau ketauan begadang lagi.

Dia udah beberapa kepergok begadang semingguan ini. Dan kalau Kafka tau semalem dia nggak langsung tidur abis telponan setengah jam, pacarnya bisa ngomel sambil nyalahin diri sendiri karena bikin waktu Ata kesita buat dia. Padahal telponan sama Kafka termasuk relaxing buat dia yang hari-harinya hectic.

"Aku belum mandi, lho, Kaf. Kamu tuh bisa nggak sih, nggak dadakan kayak gini?" Ata langsung protes waktu Kafka ngutarain niatnya.

"Ganti baju aja sama semprot minyak wangi yang banyak," katanya. "Aku ke kosmu bentar lagi. Masih manasin mobil."

Yang selalu Kafka tau tapi juga selalu dia lupain, Ata anti keluar kos tanpa mandi kecuali beli sayur di abang yang lewat depan kosnya.

Alhasil, meskipun dingin, dia terpaksa mandi.

Sementara Kafka, udah pasti nyemprot minyak wangi banyak-banyak kayak saran dia ke Ata. Tapi, yaudahlah, pacarnya tetep cakep meskipun cuma cuci muka dan ganti baju. Plus, wangi.

Mereka sampai di pantai tujuan Kafka beberapa menit setelah matahari mulai naik. Tapi langitnya mendung. Alhasil, Kafka nggak dapetin apa yang dia mau.

Waktu Ata protes dan setengah ngeledek karena Kafka nggak memperhitungkan mendung di Sabtu pagi, setelah semalem hujan deres banget, dia malah bilang, "Sunrisenya udah ada di sampingku. Kalau nggak dapet sunrise yang itu," Kafka nunjuk matahari yang sembunyi malu-malu di balik gumpalan awan, terus dia noleh ke Ata sedetik setelahnya dan lanjut bilang, "Seenggaknya aku tetep bisa lihat sunrise yang lain. Yang lebih terang dan hangat."

"Kamu ngajak aku jauh-jauh ke pantai, cuma mau gombal, Kaf? Serius?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ngajak aku jauh-jauh ke pantai, cuma mau gombal, Kaf? Serius?"

Kafka senyum. "Nggak, lah. Ngajak kamu jauh-jauh ke sini biar kita bisa kabur barengan dari tugas-kerjaan-tanggung jawab yang semingguan ini bikin pusing. Kamu ngerasa, nggak, Taa?"

Waktu Kafka noleh ke dia, Ata ngangguk. Tapi nggak jawab dan Kafka langsung ngomong, "Liburan yang proper abis kamu UAS, nggak apa-apa kan?"

Ata ngangguk lagi dan ngebiarin Kafka ngerangkul bahunya.

"Diajak makan lontong sayur pagi-pagi udah termasuk relaxing, kok. Nggak perlu liburan jauh-jauh dan ngabisin duit."

"Oke, ayo kita makan lontong sayur. Tadi aku lihat di seberang jalan ada warung yang udah buka."

Ata langsung ketawa. "Kamu nggak salah lihat, kan?"

"Kalau emang salah, kita cari warung yang jual lontong sayur di sekitar sini." Kafka nunduk buat nyium pipi Ata kilat dan langsung ngelepas rangkulannya. "Ayo."

***

Boyfriend ✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang