➖ The Beginning of the End

3.7K 275 28
                                    

"Morning, Princess!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Morning, Princess!"

Ata langsung noleh ke asal suara dan ngelihat pacarnya berdiri di ambang pintu kamar utama apartemen ini. "Baru dateng?"

Kafka ngangguk dan meluk Ata begitu dia berdiri di depannya. Pagi ini, Ata bakal diwisuda setelah berhasil nyelesaiin skripsi satu semester. Kafka bilang, itu keajaiban. Apalagi kalau ingat Ata dikit-dikit ngeluh. Karena itu, orang tuanya datang jauh-jauh dari kampung halaman ke sini. Awalnya, mereka mau nginap di hotel dua hari—kemarin sama hari ini, tapi Kafka nggak ngebolehin. Dua hari belakangan, Kafka tidur di rumah orang tuanya. Jadi apartemen dia bisa ditempati Ata dan bapak-ibunya.

Jangan tanya apa Ata udah berusaha nolak. Itu udah pasti. Jawabannya: nggak berhasil. Daripada berantem menjelang wisudanya dan bikin mood-nya kacau, Ata ngalah. Meskipun dia harus jelasin segala macem ke bapak dan ibu supaya nggak salah paham karena mereka tidur di apartemen Kafka daripada pesan kamar di hotel.

"Kamu masuk sendiri, Kaf?"

Ata noleh ke jendela kaca di kamar Kafka dan ngelihat hari masih gelap. Tapi dari setengah jam lalu, Ata dan bapak-ibu udah bangun buat siap-siap. Apalagi Ata dan ibu yang udah harus mandi karena bakal dirias pagi-pagi banget. Hari ini, Kafka yang bakal antar Ata ke kampus. Siangnya, setelah wisuda, mereka bakal makan bareng keluarganya Kafka. Jadi dia nggak kaget sama kedatangan cowok ini.

"Nggak, aku dibukain pintu sama Bapak, abis itu Bapak pamit buat mandi." Kafka nyengir. "Pas di lift, aku ketemu Ibu. Mau aku temenin ke minimarket, tapi nggak dibolehin. Aku disuruh langsung siap-siap."

Ata ketawa pelan. Lihatlah cowok ini, di apartemennya sendiri pakai permisi segala!

"Bentar lagi si kecil kesayanganku ini udah bukan mahasiswa," kata Kafka sambil ngecup pipinya. Curi-curi kesempatan mumpung Bapak lagi mandi. "Selamat, ya."

"Beluuuum!"

"Aku mau jadi yang pertama ngucapin, dong!" Kafka nunduk dan gigit bibirnya pelan. "Akhirnya anak kecil yang nggak sengaja ketemu aku di selasar sipil bertahun-tahun lalu bakal diwisuda dan punya gelar Sarjana Ekonomi. Abis ini, dia nggak bisa lagi aku sebut anak kecil. Nggak lama lagi, mungkin dia udah dandan kayak Kak Irina yang kalau ngantor selalu on point."

Ata sengaja nggak nyahut, biarin Kafka ngelanjutin, "Tapi gimana pun jadinya kamu nanti, tetap sama aku, ya, Taa?"

"Itu harusnya pertanyaanku, nggak, sih?"

Kafka cemberut waktu Ata senyum-senyum. "Pertanyaanku juga, karena kamu yang lucu kayak gini pasti dilirik banyak cowok. Aku nggak rela anak kecil kesayanganku bikin mereka gemes, apalagi sampai pengen dipacarin. Big NO!"

Tanpa nyahut lagi, Ata meluk Kafka. Ata berdoa semoga Bapaknya masih di kamar mandi. Dia nggak mau kena omel pagi-pagi karena meluk cowok ini.

"Aku masih pengen meluk kamu, tapi kamu harus dirias sekarang, ya ...."

Boyfriend ✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang