➖ Grocery Shopping

1.4K 187 6
                                    

Sore ini, Ata ngajak Kafka grocery shopping. Daripada duitnya yang tiap minggu masuk ke rekening Ata nggak kepakai karena dia nggak bisa—Ata juga punya uang jajan dari orang tuanya meskipun nggak banyak, dia keidean pakai uang itu buat belanjain isi kulkas Kafka. Berbekal saran dari Kak Winda, Ata bikin list belanja. Dia nggak pernah grocery shopping sendiri atau sama selain ibunya. Jadi, ini pertama kali buat dia dan Kafka.

Awalnya, Kafka ogah-ogahan. Hari Minggu jadwalnya dia tidur dari siang sampai malem. Setelah balik dari rumah orang tuanya pagi tadi, Kafka cuma pengen nempel sama kasur—dan Ata. Ini bonus. Karena Ata lagi nggak ada kegiatan di kampus. Arum lagi pulang ke rumah orang tuanya. Ketty dan Kania lagi kencan sama pacar masing-masing. Sementara Jani punya jadwal rutin ngajar tari di sanggar dekat rumahnya. Jadi, Ata nganggur. Waktu tau Ata nganggur, Kafka langsung jemput dia ke kos.

Sepuluh menit pertama, Kafka iya-iya aja waktu Ata nawarin susu dan yoghurt. Ata masih berasa ngomong sama manusia paling nggak semangat waktu mereka geser ke rak buah-buahan. Di sepuluh menit kedua, Kafka mulai kelihatan semangat. Ata ngira, karena mereka lagi ada di rak makanan ringan. Kafka masukin banyak banget camilan yang dia mau. Kafka mulai jarang jajan sejak kerja. Uang yang dikeluarin cuma buat makan tiga kali sehari dan jajanin Ata. Waktu lihat Kafka semangat milih ini-itu, Ata seneng. Ternyata, Kafka masih semringah begitu mereka geser ke rak cookies dan permen kesukaan Ata.

"Kamu mau juga, Kaf?"

"Nggak."

"Oke." Ata masukin dua kotak cookies dan sebungkus permen strawberry ke troli.

"Kok dikit?" Kafka heran.

Jawabannya: karena Kafka masukin banyak camilannya ke troli dan Ata takut uang mereka kurang, tapi dia ngeluarin jawaban lain, "Kemarin udah jajan, kok. Sekarang dikit aja."

Kafka makin heran. "Biasanya, kamu beli yang ini empat kotak. Mau itu udah jajan atau nggak."

Ata hampir lupa, Kafka hobi merhatiin hal-hal kecil di hidup Ata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ata hampir lupa, Kafka hobi merhatiin hal-hal kecil di hidup Ata. Bahkan perkara produk cookies apa yang bikin Ata kalap jajan dan kapan dia ngelakuin itu.

"Nggak apa-apa. Dua aja. Nanti kebanyakan."

"Kalau kebanyakan, bisa disimpen," katanya sambil nambahin dua kotak cookies kesukaan Ata ke dalam troli. "I'll pay the bill. Itu yang dari tadi kamu pikirin sambil melototin harga, kan?"

Ata cemberut. Dia ketahuan. Celingukan sebentar dan mastiin kalau nggak ada pengunjung lain di sekitar mereka, lalu Ata natap Kafka. "Uang yang kamu kirim tiap minggu buat apa, dong?"

"Buat kamu. Lagian, cuma dikit. Nggak sampai bisa buat bayar UKTmu."

Lagi, Ata celingukan sebelum ngomong, "Uangnya nggak pernah aku pakai, Kaf."

Mereka punya perbedaan definisi sedikit dan banyak. Ata yakin perbedaan itu belum ketemu sampai sekarang, tapi dia masih hobi ngeributin hal yang satu ini sama Kafka.

"Makanya dipakai, Sayang."

"Ini dipakai buat belanja."

"Bukan buat belanja." Kafka ngambil dua kotak cookies kesukaan Ata yang lain dan naruh di troli. "Mau yang mana lagi? Ini ada yang strawberry. Yang kamu cari-cari di minimarket apartemenku semalem. Mau beli berapa?"

Kalau tadi Kafka yang pengen sesi belanja ini cepat selesai, sekarang gantian Ata. Bukan dia nggak suka belanja bareng Kafka, tapi karena Kafka mulai kayak Kak Jessy yang siap ngabisin duitnya hari ini juga.

"Taa, malah ngelamun. Mau beli berapa?"

Ata cemberut lagi. "Satu aja."

"Oke." Kebalikan sama jawabannya, Kafka masukin tiga kotak yang dia tunjuk barusan ke dalam troli. Lalu nambahin sama beberapa bungkus permen coklat. Yang semuanya jelas buat Ata.

Ata melotot. Kafka nyengir dan ngerangkul bahunya.

"Mau belanja apa lagi, Sayang?"

***

Boyfriend ✔ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang