Chapter XVI -Rindu-

76 8 4
                                    

Sangkuriang,"Dulu sekali, Maharatu Sri dan Keluarga Mataram sering bertengkar loh. Untungnya konflik itu turun karena pernikahan antara Ibu mu dengan Ayah mu!"

Lihat lah gunung satu ini, dia cerita penuh semangat tentang kerajaan-kerajaan terdahulu. Anak yang melihat terkejut dan wanita disebelah nya terkekeh. Sudah tiga jam ia menceritakan banyak hal. Mulai dari "awal" kehidupan, kerajaan-kerajaan terlama sampai gunung-gunung yang di tanah Nusantara diceritakan. Paman yang memberi tumpangan saja sampai geleng-geleng kepala melihat keantusiasan Sangkuriang.

Mereka sudah menemukan tumpangan yang menuju Padjajaran. Sang paman dengan keluarga nya memang ke arah sana tetapi tujuan asli nya menuju Banten. Dirga mengusulkan untuk ikut lebih jauh tetapi Putri dan Sangkuriang memiliki rencana lain. Untuk terakhir kali Dirga akan dibawa oleh dua gunung lain yang dekat dengan pusat kerajaan Padjajaran. Ya sekarang nikmati dulu saja perjalanan ini.

Nah sekarang Sangkuriang bercerita tentang legenda tangkuban perahu. Anak sang paman bahkan ikut senang melihat Sangkuriang bertingkah. Penyamaran mereka sempurna sebagai keluarga mudik. Satu jam mereka habiskan untuk berhenti sebentar lalu kembali berjalan sebelum matahari tenggelam.

—• • •—

Baru subuh kedua kali, mereka tiba di gerbang pertama wilayah Padjajaran. Gerobak sapi dibawa masuk dan keadaan hiruk-pikuk warga dapat dirasakan. Angin sejuk seperti es bercampur dengan kembang menerpa wajah hangat mereka. Mata melihat semua kesederhanaan "Kaki" Sadewata. Dirga tidak pernah melihat luar timur. Tidak menyangka akan sedingin ini dibanding timur. Melihat stupa di dekat pohon, Sangkuriang meminta diturunkan di pohon pinggir stupa.

Pertama Sangkuriang yang turun, disusul Putri dituntun oleh sang pria dan terakhir Dirga yang langsung dipangku oleh Putri. Mereka membungkuk sedikit untuk berterima kasih dan memberikan sekantung koin perak. Sang paman dengan keluarga nya merasa tidak enak. Toh, tidak apa-apa diterima. Sangkuriang dan Putri sudah memiliki banyak bekal jadi kehilangan satu kantung pun tidak masalah. Setelah diyakinkan, sang paman pamit lalu melanjutkan perjalanan nya. Putri dan Sangkuriang segera pergi, membaur bersama kerumunan warga.

Keindahan sebuah keluarga tercipta dari mereka bertiga, membuat wanita pria yang masih lajang iri melihat kemanisan keluarga tersebut. Mereka tidak tahu saja kalau keluarga yang mereka lihat sedang dalam penyamaran. Si suami terbawa suasana, si istri tidak sadar dan si anak menatap datar ayah nya yang bertingkah.

Sangkuriang,"Oh ayolah, pangeran. Nanti di masa depan pangeran akan merasakan hati berbunga saat berjalan dengan pujaan hati!"

Dirga,"...Kakak budak cinta"

Putri,"Hm? Ada apa, Kang?"

Sangkuriang,"T-Tidak ada! Pangeran Dirga hanya sedang bercanda! Ahahaha!"

Wah lihatlah wajah tampan itu memerah seperti cabai rebus. Lagi-lagi Dirga merasa bodoh bila melihat Sangkuriang meleleh. Apa dia tidak punya perasaan? Belum saatnya? Atau dia sudah sering melihat ini? Ia bersumpah pernah melihat kejadian ini. Jika dia tidak ingat, mungkin adiknya tau. Tapi kejadian ini benar-benar seperti terulang sampai dia merasa familiar.

"Atenção a todos! Jika ada yang melihat seorang anak kecil berumur 12 tahun, mata emas, kulit gelap dan rambut coklat, serahkan pada kami! Kembalikan dalam keadaan hidup! Sepuluh kantung uang kasha akan diberikan untuk orang yang menemukan!"

Lima orang prajurit berpakaian besi membawa masing-masing dua kantung. Salah satu kantung diambil lalu mengudak keras-keras didepan khalayak. Kantong merah marun itu penuh dengan ribuan koin kasha. Para warga tergiur dan terus mempertanyakan siapakah orang yang mereka cari. Sebelum kerumunan semakin ramai, seorang pria berdarah portugis dengan manik hijau emerald dan landang dibawah mata, datang bersama dua prajurit tambahan.

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang