"....ya...."
"....jaya...."
"Wijaya"
Manik emas berkedip menyadarkan pikiran untuk kembali pada kenyataan. Mata nya memandang jauh pada hamparan hutan ditengah padang rumput hijau bukit gunung Lawu. Langit biru diatas nya menghiasi suasana siang hari di atas gunung sana. Tepukan di bahu memberitahu bahwa ada seseorang disamping.
Wijaya,"Kang...Yao?"
Yao,"Aiyooo kau harus memperhatikan anak-anak mu, aru"
Wijaya,"...Maaf"
Yao,"Tidak apa-apa. Jadi kenapa kau memanggil ku?"
Wijaya terdiam untuk waktu yang lama. Mengingat kembali mengapa ia memanggil kakang nya dari daratan Cina menuju Nusantara yang sangat jauh. Setelah mengingat nya, Wijaya menunduk lalu memeluk lutut nya.
Wijaya,"Kakang...pernah ditinggalkan oleh seseorang yang kakang cintai?"
Yao,"Hm? Mengapa bertanya hal itu?"
Wijaya,"Tidak ada. Hanya penasaran"
Yao,"Hmm~ bagaimana menceritakan nya yah... Hidup ribuan tahun, hal menyakitkan sudah ku lewati berkali-kali. Tetapi soal cinta... Aku memiliki nya satu"
Manik emas Wijaya melirik manik coklat kakang nya. Pria yang dilirik hanya menatap sendu pemandangan pemukiman warga dari atas. Hembusan angin mengisi kehampaan ditengah mereka. Memecahkan keheningan, Wijaya kembali bertanya.
Wijaya,"Siapa itu?"
Yao,"Dia sudah lama pergi. Sekitar tahun 476, 60 tahun setelah Krakatau meletus"
Wijaya,"Personifikasi?"
Yao,"Ya. Personifikasi Kekaisaran Romawi. Sekarang kedudukan nya dilanjutkan oleh cucu nya"
Wijaya,"Apakah dia personifikasi yang sangat jaya?"
Yao,"Bisa dibilang dia menguasai lautan Mediterania dahulu. Pengaruhnya tidak sampai ke daerah Asia karena diriku. Juga dia sudah cukup dengan kekuasaan yang dia miliki"
Wijaya,"...Jika disamakan dengan Sriwijaya, apakah Sriwijaya setara dengan nya?"
Yao terdiam menatap Wijaya yang kembali melihat pemandangan dengan tatapan kosong. Apakah Wijaya masih terjebak di masa lalu setelah ditinggalkan istri tercinta nya? Mungkin ini mengapa Wijaya terus melamun memandang hamparan hutan juga membiarkan anak-anak nya berkeliaran di hutan bersama paman ular-naga mereka.
Yao,"Ayy... Jika dilihat, memang setara. Tetapi dunia akan lebih memandang dirimu daripada Sriwijaya"
Wijaya,"Apa karena aku yang memiliki bukti peninggalan lebih banyak?"
Yao,"Shì de. Meski kau menambah peninggalan Sriwijaya, itu tak akan bisa karena raja-raja mu akan dianggap aneh"
Wijaya,"...Terserah"
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Wijaya terus menunduk dalam kesedihan membuat Yao merasa bersalah. Jika saja ia tak salah menjawab, pasti adik angkat nya ini akan merasa kelegaan dalam hati rapuh kecil nya. Bibir Wijaya kembali bergerak.
Wijaya,"Bagaimana dirimu berpisah dengan Kekaisaran Romawi? Apakah itu sangat menyakitkan? Apa kata terakhirnya?"
Yao,"Itu...akan menjadi cerita yang panjang. Apa kau bersedia mendengar nya?"
Wijaya,"Jika kau tidak keberatan"
—• • •—
Tahun 476 Masehi

KAMU SEDANG MEMBACA
"Krakatoa"
Fiction Historique"Mereka tak mendengar raungan sakit kalian. Maka biarlah 'kami' yang 'membuat' mereka mendengar" "Peringatan 'kami' akan mereka ingat selama ratusan tahun dan 'kami' pastikan, tak ada satupun yang akan melupakan nya" "Selamanya" . . . Update setiap...