Ditengah lautan baru, mereka menghadapi gelombang besar yang terus berdatangan menahan mereka untuk pergi ke pulau gunung tersebut berada. Entah karena sudah kesal dan lelah, Julius berteriak dengan lantang pada laut.
Julius,"Izinkan kami untuk mendatangi nya! Kami tak akan menyakiti nya! Kami tak akan mengambil nya! Kami hanya ingin menyelamatkan nya! Maka dari itu tenang lah dan biarkan kami lewat!!"
Hal yang tak terduga terjadi. Lautan mendengar dengan patuh lalu membiarkan mereka berlayar dengan tenang. Yao yang sudah pulih perlahan berusaha menenangkan Julius. Beberapa jam kemudian, mereka sampai di pesisir laut gunung.
Neeraja menangkupkan kedua tangan nya lalu menutup mata, meminta izin untuk menginjakkan kaki mereka disini. Merasa langkah mereka meringan, mereka segera berjalan ke atas gunung. Masih ada lava juga hujan abu disekitarnya sehingga mereka harus berhati-hati terhadap langkah yang diambil.
Neeraja yang berada didepan merasa aneh. Ia sudah bisa melihat kabut tebal padahal ia yakin bahwa mereka baru saja mendaki gunung selama beberapa puluh menit.
Neeraja,"Yao, Julius. Aku akan pergi duluan"
Yao,"Aru? Baiklah"
Julius,"Jika ada sesuatu panggil kami"
Neeraja mengangguk. Segera langkah kakinya ia percepat. Ia hampir saja terjatuh bila tak segera berpegangan pada pohon mati. Ternyata kaki nya tak sengaja terselip pada retakan gunung.
Tunggu.
Neeraja,"Retakan..gunung? Jangan bilang!?"
Dengan cepat Neeraja berlari ke puncak tanpa peduli berapa kali ia sudah terjatuh. Mencapai puncak nya, manik coklat pucat nya mengecil melihat pemandangan yang mengerikan lagi. Bahkan mulutnya tertahan untuk memanggil teman nya dibawah. Ia merasa suara nya tercekik didalam dan tak bisa ia keluarkan.
Namun saat manik nya menangkap sebuah cahaya merah jauh dibawah, ia baru bisa memanggil teman-teman nya.
Neeraja,"JULIUS! YAO! CEPAT KEMARI!"
Mereka berdua melihat wajah ketakutan di Neeraja. Dengan segera mereka berdua lari bahkan melompati batu juga pohon dengan cepat agar mereka bisa mengetahui apa yang membuat teman berbangsa India mereka seperti ini. Sesampainya di puncak, giliran mereka yang terdiam dengan wajah pucat.
Di depan mata, terlihat jelas gunung tersebut benar-benar menghilang. Letusan itu hanya menyisakan kawah yang sangat besar dan kabut tebal. Neeraja menyadarkan mereka dan menunjuk kebawah. Mereka berdua melihat sebuah cahaya merah juga disana. Manik tajam Yao membulat melihat sebuah tangan disana.
Yao,"Itu personifikasi nya!"
Neeraja,"Kau yakin? Aku merasa ia bukan personifikasi nya"
Julius,"Lalu apa? Jika dia adalah manusia, dia sudah mati sejak gunung ini pertama meletus"
Neeraja,"Aku tidak mengatakan kalau dia manusia tapi bukan berarti dia seorang personifikasi juga"
Julius,"Lalu dia adalah arwah gunung? Jin penjaga gunung ini? Atau makhluk mitologi disini?"
Yao,"Aiyaa!! Hentikan perdebatan kalian, aru!! Menolong nya akan lebih berguna daripada berdebat!! Sekarang cepat berikan aku kertas jimat, aru!"
Neeraja menutup mata nya kesal dan memberikan kertas jimat kosong pada Yao. Sementara itu Julius menyilangkan tangan juga memalingkan wajah dengan kesal. Tak lupa mulutnya tak berhenti menggumamkan bahasa kasar dalam latin. Tangan dua asia tersebut menampar mulut sang Romawi tanpa merasa bersalah.
Jari lentiknya dengan cepat membuat aksara kanji china di kertas lalu mengucapkan mantra. Sebuah naga hijau kecil yang sangat panjang keluar dan menundukkan kepala nya pada sang tuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Krakatoa"
Ficción histórica"Mereka tak mendengar raungan sakit kalian. Maka biarlah 'kami' yang 'membuat' mereka mendengar" "Peringatan 'kami' akan mereka ingat selama ratusan tahun dan 'kami' pastikan, tak ada satupun yang akan melupakan nya" "Selamanya" . . . Update setiap...