Chapter XIV -Peringatan-

97 12 2
                                    

Tahun 1558 Masehi, Nusantara.

Langkah kaki menginjak penuh dendam. Tangan menyeret kasar tangan kecil anak pribumi. Anak itu meringis meminta tuk berhenti. Tetapi pria itu tidak mendengar  dan melanjutkan seretannya sembari mencari jalan entah kemana.

Manik hijau emerald menatap tajam ke depan. Sementara anak kecil yang malang itu masih diseret tanpa hati. Warga-warga sekitarnya melihat hanya saja tidak berani menolong. Prajurit-prajurit gagah menggenakan baju besi kokoh bersinar terang, memantulkan cahaya matahari. Beberapa dari mereka diam mengikuti sang kapten. Yang lain nya mengambil buah dari bakul wanita.

Dirga,"T-Tuan! Sakit!"

Antonio,"Diam! Jangan cengeng dan antarkan aku ke harta karun itu!"

Dirga,"H-Harta karun apa? Tidak ada apa-apa disini! K-Kami hanya hidup sederhana!"

Antonio,"Raja-raja kalian berkata lain!"

Tanpa pandang bulu, pria kekar semakin kasar menyeret anak berumur 10 tahun tersebut. Para prajurit lebih memilih tutup mata, telinga dan mulut. Mereka masih ingin hidup tenang. Sedikit jauh dari pemukiman warga, mereka sampai di sebuah jalan tak berujung.

Hawa di jalan itu sangat mistis hingga bulu kuduk mereka berdiri dalam baju besi. Kapten nya sendiri juga merasakan hawa itu tetapi ambisi untuk mendapatkan emas berlimpah ia menyeret Dirga lagi. Prajurit nya nampak keberatan atau tepatnya nyali mereka ciut. Antonio mendecak kesal lalu melepas tangan Dirga.

Antonio,"Katakan jalan yang benar yang mana? Remaja-remaja itu mengatakan ada empat jalan untuk ke harta karun"

Dirga,"A-Aku tidak tau, tuan!"

Antonio,"Jangan berpura-pura! Gunung-gunung kalian menyimpan banyak legenda yang artinya emas. Mi pequeño La Isla Filipinas bilang kalian memiliki emas di gunung"

Dirga,"Emas? E-Emas apa yang tuan maksud? Banyak sekali arti "emas" disini"

Antonio,"Dunia sedang mencari 3G. Gold, Glory, dan Gospel. Yang paling langka adalah Spices. Rempah-rempah itu sangat mahal di luar sana"

Dirga berpikir keras mencari lokasi rempah-rempah di gunung. Seingatnya tidak ada rempah-rempah apapun di gunung. Hanya sawah yang artinya padi atau perkebunan buah juga sayur. Rempah-rempah seperti apa yang dibutuhkan? Sebuah bisikkan halus menyuruh nya untuk melihat lurus kedepan.

Manik emas melihat sebuah batu menonjol. Batu itu hilang separuh namun berbentuk persegi panjang sempurna. Sangat aneh. Lebih aneh ketika ia melihat setengah wajah patung tertimbun tanah. Bisikkan itu kembali mengatakan rempah-rempah berada disana.

Dirga,"Ikuti aku, tuan"

Kaki berlari cepat menuju jalan dingin. Antonio sangat terkejut dan hendak mengejar tapi para prajuritnya masih diam membeku. Nyali mereka kalah dari seorang anak kecil. Antonio berdecak kesal lalu mengejar Dirga.

Antonio,"Tunggu aku kembali disini! Bila berani meninggalkan, kalian akan ku gantung!"

—• • •—

Antonio,"OIIII CHICO!! KAU DIMANA?!!"

Antonio berusaha mencari keberadaan Dirga namun ia sudah telat. Anak itu menghilang entah dimana. Dirinya pun tersesat. Bila ia kembali percuma karena jalan yang ia lewati berkali-kali akan tetap mengembalikan nya ketempat semula. Contohnya saja saat ia meninggalkan pedang nya di batu lalu ia mengambil jalan lain. Beberapa menit kemudian, ia kembali ke tempat semulanya karena pedang nya berada disana.

Antonio,"Gunung yang aneh. Harusnya mereka membuat jalan yang benar"

Sambil mengomel tidak jelas, ia memotong semak-semak untuk membuka jalan. Sejauh ini belum ada hewan buas yang terlihat. Gunung ini nampak "sunyi" ditambah udara dingin juga sinar mentari yang minim. Hewan-hewan tidak ada kemungkinan cuaca ekstrim disini tidak cocok untuk mereka.

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang