Chapter XXV -Terbenam-

29 6 4
                                    

Langit kelabu di pantai utara Arnhem membuat kegiatan harus cepat diselesaikan. Pelaut Makassar juga Suku Yolngu seperti biasa memanen teripang dan melakukan transaksi layaknya hari-hari yang lalu. Begitu juga dengan Kirana dan Yolngu. Mereka bercanda tanpa ada perubahan apapun. Tawa mereka menghangatkan suasana di pantai. Pria surai coklat menatap hangat seluruh kejadian. Ia ukir dua senyuman mentari didalam kenangan.

Tapi mentari pun harus terbenam.

Sebuah kapal besar mendekati pantai mereka. Ornamen yang lagi-lagi khas Eropa membuat suasana hati Kirana berubah. Ada perasaan tidak nyaman, sama seperti kedatangan Willem di Banten. Tangan menggenggam tangan kawan nya meminta untuk mundur. Kawan nya ini hanya tersenyum lalu menepuk tangan lembut.

Kapal berlabuh di tepi pantai, jangkar diturunkan untuk menahan kayu apung besar dan seorang Balanda turun dari sana. Sepatu boot coklat nan mewah menginjak deburan ombak. Langkah-langkah ketika menginjak tanah orang lain terlihat angkuh lalu manik hijau meneliti pemandangan pantai Utara. Senyuman yang janggal membuat siapapun merasakan firasat buruk. Beberapa ingatan masuk membuat Kirana teringat siapa Balanda di depan ini.

Kirana,"Tuan... Arthur.."

Menyadari seorang gadis mengenali nya, ia tersenyum lalu menghadap pada Kirana. Sedikit bungkuk kan hormat diberikan agar sisi pria berkarisma nya tetap terjaga. Manik hijau itu sangat ingat siapa gadis manis bermanik emas ini. Namun ia memanggil dengan nama pemberian kulit putih.

Arthur,"Greeting to you, Miss Dutch East Indies. How's your day, my lady?"

Kirana,"Peace upon you, Mr. Arthur.. Sorry if I'm being rude but, What kind business do you have here, Mr. Arthur?"

Arthur,"Just the voyage and discovered new continent, my lady"

Uluru,"Dan menembak mati seorang suku Koori?"

Gadis rambut ikal kembali dengan wajah penuh amarah. Sekarang mata nya tidak tertutup seperti biasa, melainkan terbuka menunjukkan manik merah semerah darah disertai biru garis emas terisi rasa benci. Yolngu dan para suku mendengarnya segera mengambil senjata mereka, takut para Balanda ini menyerang secara tiba-tiba. Para pelaut Makassar pun ikut mengambil senjata mereka. Keris emas sakti milik Kirana dikeluarkan saat pria ini mulai menunjukkan jati dirinya.

Arthur Kirkland, personifikasi negara Inggris, tertawa lembut melihat kepanikan "ras rendahan". Kini ia berjalan pada Yolngu lalu melihat bahwa anak ini mungkin personifikasi dari negara yang sudah ia hak miliki. Tangan membelai lembut pipi hitam sebelum ditampar oleh si pemilik. Arthur tertegun namun kekehan seram membuat Kirana segera melindungi Yolngu. Senyuman dari si kulit putih semakin lebar.

Arthur,"Sangat kasar pada pendatang baru, seperti adik mu"

Yolngu,"Ap—?! Kau apakan Aotearoa?!"

Arthur,"Aotea— what? Maksud mu "New Zealand"?"

Kirana,"Jangan seenaknya mengubah nama orang lain, Tuan Arthur"

Arthur,"Nama pemberian dari kami harus kalian banggakan. Itu lebih beradab"

Uluru,"Kau pikir nama kita tidak beradab?"

Amarah semua orang terpancing. Maksudnya nama pemberian mereka lebih "beradab"? Mereka lah pemilik tanah ini. Tak perlu diberikan nama oleh bangsa luar yang seenaknya mengklaim tanah ini miliknya. Uluru juga yang telah menjaga tanah ini dan diberi nama oleh tuan yang pertama kali bertemunya tentu merasa amarah besar. Kirana yang memiliki tanah sendiri telah diubah seenak jidat oleh Willem pun ikut marah. Pemilik tanah asli merasa sangat kesal.

Manik hijau menyapu pantai utara Arnhem, memikirkan tempat yang cocok untuk menancapkan bendera kebanggaan mereka disini. Di tanah milik orang lain. Tanah ras hitam. Namun ia kembali berpikir bendera suci nya akan terkotori ras hitam. Ras putih telah membangun bendera ini dengan seluruh keringat juga darah, tidak mungkin ia membiarkan ras lain memilikinya. Harus ada pembersihan yang perlu ia lakukan...

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang