Chapter XII -Kehormatan-

72 14 4
                                    

Tahun 1527 Masehi

Keruntuhan Majapahit mulai terlihat. Para warga berlarian menghindari serangan kerajaan Demak. Prajurit-prajurit Majapahit sekuat tenaga menghadang prajurit Demak yang akan menguasai kerajaan mereka. Raja-raja mereka saling bertarung mempertahankan kekuatan.

Sementara itu, sang personifikasi sendiri melarikan diri lewat taman belakang kerajaan. Manik emas kembar nusantara menatap penasaran pada ayahnya yang terlihat tergesa-gesa berusaha kabur dari sesuatu. Sang adik bertanya dengan nada polos.

Kirana,"Ayah, mengapa engkau terburu-buru? Apakah hewan buas menyerang kerajaan?"

Sang Ayah tak menjawab. Mata juga pikirannya terfokus pada jalanan hutan didepan. Merasa ketakutan, gadis kecil itu kembali diam dipangkuan Ayahnya. Larinya terhenti karena seorang pria berkebangsaan Eropa darah portugis berada didepan nya. Manik hijau gelap itu menatap dengan senyum.

Carriedo,"Ah Senhor  Wijaya. Kenapa kau terburu-buru? Apakah kerajaan lain mengganggu mu?"

Wijaya,"Tuan..Carriedo..."

Carriedo,"Butuh bantuan?"

Senyuman manis sang Eropa berikan pada pribumi didepan nya. Wijaya mengingat semua ini terjadi karena Raja nya meminta bantuan pada Portugis, menyebabkan Demak marah atas kebodohan nya. Ia pikir Carriedo membawa hal baik untuk Nusantara namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Utara Maluku diduduki sang Portugis. Dua kerajaan disana di adu domba kan bersama kakak nya seperti strategi perang milik Majapahit. Dia sendiri yang sudah terpuruk tak tahu harus mempertahankan nusantara bagaimana akhirnya menerima uluran tangan sang Eropa. Demak yang mengetahui tabiat asli bangsa asing itu segera memarahi nya dan bersumpah akan menghabisi dirinya.

Penjajahan itu benar-benar terjadi. Dirinya juga kembar nusantara harus berpindah tempat ke Daha, bekas kerajaan kakang nya, Kediri. Sebuah kesalahan terulang lagi. Demak mengejar nya hingga ke Daha membuat ia harus melarikan diri lagi. Melihat wajah asli sang bangsa Portugis membuatnya waspada sekarang.

Carriedo,"Senhor  Wijaya?"

Wijaya,"...Tidak. Tidak perlu"

Carriedo,"Mengapa, Senhor  Wijaya? Kita adalah sahabat aliansi, bukan?"

Wijaya,"Tidak! Kau merusak Nusantara! Jauhi anak-anak ku dan segera pergi dari tanah kami!"

Pria didepan nya terdiam dengan aura gelap disekitarnya. Senyuman manis digantikan garis datar tak senang mendengar perintah dari pribumi didepan. Pedang di pinggang perlahan ditarik dari sarung emas berkilau. Kedua anak nya didekap erat sambil memposisikan dirinya untuk melindungi kembar nusantara.

Ayunan pedang mendekati namun ditangkis cepat oleh Wedung di samping kiri. Mata nya menatap kehadiran personifikasi kerajaan yang mengincarnya. Beberapa serangan balik memundurkan Carriedo hingga ia tersungkur ke tanah. Pria didepan nya menggenggam erat Wedung Demak.

Demak,"Kau terjebak lagi, bodoh?"

Wijaya,"...Maaf"

Demak,"Alasan! Cepat amankan kembar Nusantara! Jika mereka tertangkap, kau menanggung semua dosa Nusantara hingga akhir dunia!"

Carriedo,"Jangan harap!"

Carriedo kembali maju menyerang Demak. Dengan tenang Demak menangkis serangan nya mudah lalu memberikan serangan berkali-kali. Perbedaan besar dengan gerakan juga mata tajam nya yang menatap benci bangsa asing dihadapan nya. Wijaya menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.

Cukup jauh dari pemukiman, mereka bertemu dengan tiga ular-naga yang sedang bersiap pergi. Melihat tuan mereka mendekat, Daryana segera memanggil kawan-kawan nya. Wijaya dengan cepat menempatkan Dirga di Antabhoga, Kirana di Daryana dan beberapa buku, gulungan juga tusuk emas Sri di gulungan kain pada Multo.

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang