Chapter XVIII - Jayakarta -

57 8 2
                                    

2 April tahun 1595.

Mentari pagi menyambut pelabuhan Jayakarta. Kapal dengan ciri khas dari Eropa lagi-lagi mendarat di pelabuhan Jayakarta. Beberapa manusia tinggi berkulit putih memakai pakaian tebal mewah berjalan di antara kerumunan pedagang berbagai bangsa. Kapten mereka mengarahkan awak kapal menuju perumahan dekat pantai untuk bertukar informasi. Mereka mendekati perkumpulan Suku Sunda dan Betawi disana.

Warga berkumpul saling bertukar sapa, para nelayan menyiapkan jaring untuk memancing ikan, anak-anak bermain pasir dan air sembari di awasi oleh ibu mereka. Nampak dua surai kontras dari para penduduk sedang duduk menikmati hembusan angin pagi pantai bersama anak kecil berpakaian baju sadariah. Manik hijau emerald melihat tiga orang itu dengan tatapan kosong. Pemimpin nya memberitahu akan kembali ke kapal karena bahan dan informasi sudah cukup di dapatkan. Ia hanya mengangguk lalu perlahan jalan mendekati tiga orang tadi.

Dua pria berhenti berbincang saat perawakan tinggi bersurai pirang mendekati mereka. Manik hijau yang lelah menatap mereka lama sebelum akhirnya ditanya oleh pria bersurai hijau lumut.

Mandala,"Selamat pagi, tuan. Apakah anda memerlukan bantuan?"

"....."

Pertemuan yang sangat canggung. Mandala memberi senyum kaku sembari melihat pria didepan. Pria eropa itu akhirnya sadar dan memperkenalkan dirinya.

Willem,"Nama ku Willem, negara Netherlands"

Mandala,"Ah salam kenal, tuan Willem. Nama saya Mandalawangi. Disebelah saya bernama Salaka. Bocah cilik disini bernama Jaka"

Willem,"....Apakah ini Spices Island?"

Mandala,"Permisi?"

Willem,"Apakah ini pulau rempah-rempah?"

Mandala menatap manik emas panas kawan nya yang terus menunjukkan wajah tidak suka. Salaka memberi jawaban acuh tak acuh pada pria asing yang mungkin memiliki motif sama seperti pedagang Eropa lain. Tangan bersilang di dada dan mata memberi tatapan tajam.

Salaka,"Tempat tukar rempah-rempah ada di dermaga. Putar balik lalu jalan lurus dan kalian akan menemukan kayu dermaga. Jangan sering tersesat. Kalian mengganggap diri kalian lebih berakal tapi mencari rempah-rempah saja sering tersesat"

Mandala,"Lur.."

Salaka,"Apa? Mereka sudah tersesat tetap saja mencuri dari suku asli. Aneh"

Mandala menegur perkataan Salaka yang berlebihan. Pria yang kena tegur hanya memutar mata malas. Sepertinya Hollanda satu ini kurang beruntung mendapati penduduk tidak ramah bintang satu. Manik hijau kini bertatapan dengan hijau lumut kecil nan polos dari pangkuan Mandala. Dalam pikiran Willem ia yakin bahwa ini adalah personifikasi "Spice Island". Salah satu pria berkepala empat mendekati Mandala dan meminta Jaka kecil ke pangkuan nya karena sudah waktunya untuk pulang. Niat awal hendak pulang bersama tetapi Jaka kecil merengek masih ingin bermain di pantai dan membeli mainan. Willem melihat kesempatan itu meminta izin untuk menemani Jaka.

Willem,"Permisi, boleh kah saya membawa nya bermain?"

Bapak 1,"Ade orang Eropa kah? Sedang berdagang?"

Willem,"Hanya ikut berjelajah"

Bapak 1,"Jangan dibawa jauh-jauh yah! De Rango, De Salak, temani Ade ini berkeliling pantai!"

Mandala dan Salaka hendak menolak saat Jaka akan diserahkan pada Willem tetapi rambut mereka berkata lain. Surai hijau lumut dan tembaga tua sudah memanjang melebihi pinggang mengharuskan mereka memotong nya atau pulang. Mau tidak mau mereka harus meninggalkan Jaka dengan pohon putih hasil barat yang entah itu beracun atau bermanfaat. Mandala ingin memanggil Sahari tetapi Salaka menolak karena Sahari sedang kambuh penyakit nya, takut menular pada Jaka juga diperdaya oleh ular Eropa ini. Keputusan akhir mereka berdua akan pulang terlebih dahulu lalu kembali lagi kesini. Willem hanya mengangguk polos.

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang