Dikala siang hari yang tenang, sebuah dentuman keras terdengar oleh sang Kaisar. Pria berambut galing coklat itu segera menatap keluar jendela kastil. Di langit biru mediterania terdapat asap abu pekat yang melambung tinggi hingga ke angkasa. Seluruh orang disekitar kastil terdiam menatap asap tersebut. Tiba-tiba saja salah satu prajurit mengetuk pintu dengan panik.
Prajurit,"K-Kaisar Agung! Kaisar perlu melihat keluar"
Julius,"Mengerti. Bergegas sekarang"
Julius segera pergi ke ruang kerja nya bersama sang prajurit yang mengikuti nya dibelakang. Langkah kaki itu dengan cepat menghampiri ruangan yang diisi dengan kepanikan. Julius pun menenangkan seisi ruangan dan meminta semua ilmuwan untuk duduk terlebih dahulu. Saat keadaan sudah kembali kondusif, Julius membuka pembicaraan.
Julius,"Apa kalian melihat asap itu juga?"
Ilmuwan 1,"Ya, Kaisar! Tinggi nya sampai menyentuh angkasa!"
Julius,"Berasal dari arah mana?"
Ilmuwan 2,"Daerah timur, Kaisar. Sepertinya ada di Asia karena dekat dengan peradaban arabia"
Julius,"Hmm... Gunung meletus memang kadang terjadi namun tak akan separah ini. Apakah—"
Dentuman yang lebih keras kembali terdengar. Semua orang yang ada disana menutup telinga masing-masing. Julius melihat keluar dengan tertatih-tatih. Asap tebal itu semakin pekat juga melambung lebih tinggi dari sebelum nya. Cepat atau lambat, asap itu akan menutupi Mediterania.
Prajurit yang lain datang dengan panik. Mereka membawa banyak sekali burung merpati yang terdapat sebuah surat di kaki mereka. Tanpa basa-basi, Julius mengambil semua merpati, melepaskan surat tersebut dan membaca nya dengan teliti. Salah satu ilmuwan bertanya,
Ilmuwan 5,"Kaisar, surat apa itu?"
Julius,"...Persia Purba telah berakhir, Kita bertransmutasi ke Bynzantium, Peradaban Arab selatan berakhir, Kota besar Maya dan Tikal mulai menghilang dan Peradaban Nazca telah jatuh..."
Semua orang terkejut dan mulai panik. Bagaimana bila mereka juga ikut menghilang karena letusan ini? Julius pun kembali menenangkan keadaan. Ketika mereka semua sedang memikirkan solusi, dua orang pelayan wanita datang dengan dua bayi yang menangis ketakutan.
Tangan kekar mengambil kedua bayi itu dan berusaha menenangkan nya. Sedikit tenang, kedua bayi itu segera tertidur kembali. Melihat para ilmuwan menggumam kebingungan, Julius pun mengeluarkan sebuah solusi.
Julius,"Aku akan ke daerah Asia"
Ilmuwan 3,"Kau yakin, Kaisar?!"
Julius,"Ya. Aku akan melihat sendiri apa yang terjadi disana"
Ilmuwan 4,"Bagaimana cara nya? Daerah Asia pasti mengira kita akan menjajah mereka"
Julius,"Tenang. Aku akan menghubungi pemimpin daerah Asia sana. Mereka juga pasti akan menanyakan kabar kita disini"
Ilmuwan 8,"Baiklah. Apakah Kaisar akan pergi sekarang?"
Julius,"Tentu. Jaga kerajaan juga cucu ku"
Mereka semua mengangguk patuh. Beberapa jam kemudian, Julius siap pergi sendirian, mengarungi lautan mediterania ke Asia tanpa orang lain menemaninya. Para penduduk memberikan doa untuk keselamatan "Tanah air" mereka. Perjalanan ke Asia seorang diri pun dimulai.
Setelah melewati lautan selama 5 hari, ia sampai di daerah Asia. Sepatu emas miliknya menginjak tanah dibawahnya. Ia disambut oleh pria berkulit tan dengan tanda merah di kening nya juga pria rambut panjang diikat dengan pakaian tradisional Cina.
Yao,"Měihǎo de yītiān, luómǎ huángdì"
Neeraja,"shubh din, roman samraat"
Julius,"Die enim bona quoque, China, India"
Yao,"Kemari, Kaisar. Kita akan ke pelabuhan milik Siam lalu naik kapal dari sana ke pulau yang dituju"
Neeraja memberikan 1 kuda pada Julius. Sebelum berangkat, Julius membantu Yao untuk menaiki kudanya. Setelah itu ia naik ke kuda yang telah diberikan Neeraja padanya. Dengan satu pecutan, kuda mereka segera berlari melewati desa, kota, sungai juga hutan. Saat melewati Burma, mereka saling membahas rencana.
Julius,"Jadi asal letusan itu bukan dari sini?"
Yao," Shi de. Adik ku melapor pada ku bahwa letusan besar itu ada didaerah Tenggara"
Julius,"Tenggara? Bukan kah daerah itu belum ditemukan personifikasi seperti kita?"
Neeraja,"Para suku disana pernah berkata bahwa mereka menemukan seseorang disebuah pulau"
Julius,"Jadi kita akan menyelamatkan personifikasi ini..?"
Yao," Shi de. Pulau ini belum sama sekali memiliki personifikasi. Jadi ketika melihat sekitar, kita sekalian mencari personifikasi itu"
Julius,"Tunggu...jangan bilang gunung yang meletus itu karena.."
Neeraja,"Siapa yang tau, Kaisar. Semoga saja ini benar"
"Kita akan pergi ke Pulau Sunda"
.
.
.
.
.
Chapter pertama akhirnya selesai.Kalian sudah bisa menebak apa yang akan menjadi judul selanjutnya kan?
Měihǎo de yītiān, luómǎ huángdì//shubh din, roman samraat: Salam, Kaisar Roma
Die enim bona quoque: Salam juga
Shi de: Benar
Maaf bila bahasa nya salah dan sejarah yang diikuti sedikit keliru. Aku ingin mengingatkan kalau ini SEMI FIKSI. Kenapa? Karena personifikasi seperti Yao dan Neeraja itu hanya mempresentasikan sebuah negara ke wujud manusia. Juga kedatangan Julius alias Roma itu tidak benar terjadi. Aku membuat Julius datang ke Asia untuk kelangsungan cerita. Jadi tetap berhati-hati membaca book ini.
Bila ada kesalahan kalian bisa mengkoreksi ku. Terima kasih 🙏🏻.
wir sehen uns wieder!
KAMU SEDANG MEMBACA
"Krakatoa"
Ficção Histórica"Mereka tak mendengar raungan sakit kalian. Maka biarlah 'kami' yang 'membuat' mereka mendengar" "Peringatan 'kami' akan mereka ingat selama ratusan tahun dan 'kami' pastikan, tak ada satupun yang akan melupakan nya" "Selamanya" . . . Update setiap...