Chapter XXIV -Kapal, Pena & Lagu-

27 5 0
                                    

"Hmm hm! Naanana nanaaa hnhm hm hmm.. Hei!"

Senandung halus bergema di alam sunyi. Sungai kecil yang mengalir tenang menampung perahu kecil setengah jadi. Gadis kulit sawo matang mengikat beberapa kayu agar menjadi sebuah pijakan kokoh. Lelaki yang lain membawa kayu lalu ikut membantu mengikat nya. Senandung nya didengar terus oleh sang pria sebelum akhirnya ikut bernyanyi bersama. Ketika lagu selesai, mereka terkikik bersama. Sisa waktu dilanjutkan dengan pembicaraan ringan.

Awal-awal masih seputar kegiatan setiap hari. Tidak lama berubah menjadi topik berat yang dirasakan si gadis manis. Banyak sekali masalah yang terjadi di tanah air miliknya membuat si pria merasa sedih. Kira-kira seperti ini sang gadis bercerita.

Kirana,"Akhir-akhir ini Londo semakin kasar pada kita. Dia memperlakukan raja-raja Nusantara sebagai boneka"

Yolngu,"Apakah kakak mu baik-baik saja?"

Kirana,"Dia baik, kata nya. Terakhir kali kita bertemu itu tahun lalu. Semoga saja warga Bang Yao baik-baik saja setelah kita bantu"

Yolngu,"Tidak terjadi pembantaian kan? Aku dengar dari Uluru dia mendapati kabar tidak enak bertahun-tahun lalu"

Kirana,"Itu...terjadi di pulau Banda. Lawu baru memberitahu kejadian nya saat aku akan kembali ke kerajaan Purina Gowa-Tallo tahun lalu"

Tragedi terjadi pada tahun 1621 tapi ia baru diberitahu pada tahun 1764. Penyesalan mulai menghantui sampai sekarang yang sudah tahun 1765. Yolngu berpikir meski Kirana tidak berada di kejadian tetap saja rasanya menyakitkan. Berbicara tentang Hollanda, Yolngu seperti ingat sesuatu.

Yolngu,"Balanda itu kalau tidak salah pernah mampir kesini"

Kirana,"Benarkah?! Apa yang dia lakukan?"

Yolngu,"Dia hanya melihat sekitar lalu berinteraksi sebentar. Setelah itu pergi"

Kirana,"S-Syukurlah"

Yolngu,"Tapi entah tahun berapa, aku melihat seorang Balanda lain. Hanya saja bahasa yang dipakai berbeda"

Kirana,"Apa kau ingat bahasa yang dia pakai?"

Yolngu,"Sayang nya tidak"

Ya mau bagaimana lagi. Kedatangan orang itu sudah lama terjadi. Mungkin orang itu tidak terlalu penting jadi mudah dilupakan. Daripada membicarakan hal gelap lebih baik fokus pada pembuatan perahu kecil. Mereka berniat membuat kano dengan bahan seadanya seperti akar tali juga kayu sekitar. Berjam-jam kemudian kano selesai dan tiang mengibarkan bendera buatan mereka. Atas nya hitam, bawah merah dan ditengah terdapat kuning bulat. Melihat bendera kawan nya berkibar, Kirana berpikir bendera apa yang cocok untuk mempresentasikan negara nya nanti? Ia berpikir bendera ibu nya sangat bagus. Sayang nya itu akan menjadi hal sensitif di masa depan karena ulah negara timur atas sana. Ya meski beda pola.

Ketika sedang senang bercanda, larian juga panggilan seorang gadis kecil mendekati mereka. Dari balik semak-semak, kebaya putih dengan samping motif simbut datang sembari membawa koala garang di pelukan. Muka datarnya membuat siapapun bingung harus bereaksi seperti apa.

Rakata,"Kak Kiranaaaaa. Kak Tambora dicaplok Komooo"

Kirana,"Di...caplok?"

Yolngu,"Dicaplok? Apa itu, mate?"

Contoh serta korban datang tepat waktu. Pria malang itu tampak kesulitan berjalan karena seekor komodo bersantai di punggung nya. Wajah tampan menggambarkan berapa lama dia tersiksa. Suara memohonnya membuat Kirana tertawa bahkan Yolngu juga ikut tertawa. Sang tuan turun dari kano lalu menarik komo yang malas.

Beberapa waktu mereka habiskan disana untuk merapihkan kano. Kirana yang terus menggumamkan lagu mengingatkan sesuatu untuk Yolngu. Kedua tangan ditarik lalu membawanya ke perkumpulan Yolngu-Makassar. Beberapa orang dewasa sedang memainkan alat musik melihat Yolngu serta Kirana sudah kembali menyambut mereka. Yolngu meminta pada pemain musik suku Yolngu untuk memainkan sebuah lagu. Anggukan diberikan dan dengan segera pemain alat musik mengeluarkan bilma juga yidaki. Mereka mulai bernyanyi bersama.

"Krakatoa"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang