Bab 29

81 4 1
                                    

Alamat yang dikirimkan oleh Baek Woo adalah alamat sebuah rumah kecil dengan halaman yang cukup luas, khas pedesaan dengan banyak tanaman hias yang terjaga dengan baik. Selepas sarapan mereka bertiga pergi ke alamat tersebut. Dengan beberapa kali bertanya pada warga sekitar, mereka berjalan sekitar kurang lebih dua puluh menit dari kedai tempat mereka sarapan tadi ke rumah dengan cat putih dengan pagar kayu.

Siwon berjalan di depan, membuka pintu pagar kayu dan terus melangkah menuju pintu depan. Ini baru pukul enam lewat dua puluh tiga menit. Masih terlalu pagi untuk bertamu. Apalagi bertamu di rumah orang asing. Namun, mereka tidak bisa menyia-nyiakan waktu.

Seungwoo berjalan di belakang Siwon, baru Kyuhyun yang memperhatikan sekitar rumah tersebut. Jika informasi yang dikirimkan oleh Baek Woo benar, maka penghuni rumah ini bekerja di sebuah perternakan lebah yang menghasilkan madu. Tidak heran jika ada banyak tanaman bunga hias dan terlihat begitu terawat. Atau mungkin mereka memang suka berkebun.

Kemudian, Kyuhyun bergegas menghampiri rumah utama ketika Siwon mengetuk pintu. Kini mereka hanya berharap keluarga Yoo yang tinggal di rumah ini bisa membantu mereka.

"Siapa, ya?"

Terdengar suara wanita dan pintu terbuka perlahan memperlihatkan sosok yang sama sekali tidak mereka duga.

"Nyonya Yoo Inna?!"

*****

"Berhenti menatapku secara sembunyi-sembunyi jika kamu takut padaku."

Wooseok tersentak saat mendengar Lee Sungjun bicara begitu ketus. Jelas itu ditujukan pada Wooseok karena dia memang sering-kali melirik pada pemuda itu sejak semalam dan hingga mereka sarapan tadi. Dan, kini mereka tengah bersiap untuk rencana apapun yang sudah disiapkan oleh para orang dewasa, karena Perdana Menteri Joo mengatakan hari ini mungkin akan menjadi penentuan.

Di ruangan yang sama, ada Byungchan dan Seungyoun yang juga tengah bersiap memakai uniform yang sudah disiapkan oleh militer. Keduanya menoleh pada Sungjun yang berada di sisi lain ruangan, agak jauh dari posisi Wooseok. Tapi jelas sekali lagi, mereka bisa merasakan kejengkelan Sungjun dengan sikap Wooseok.

Sebenarnya Byungchan dan Seungyoun sudah memberitahu Wooseok untuk mengabaikan Sungjun jika dia merasa tidak nyaman dengan pemuda tersebut. Tapi mungkin Woosoek sendiri masih penasaran dengan sosok Sungjun yang hanya dari penampilan luar benar-benar begitu mirip dengan Jinhyuk.

Hanya saja, Sungjun sepertinya cukup peka dengan sikap Wooseok padanya.

Wooseok terlihat gagap untuk merespon ucapan Sungjun. Dan begitu Sungjun berjalan ke arahnya, sontak Wooseok segera bersembunyi di balik punggung Byungchan yang berdiri dekatnya. Seungyoun sendiri berdiri di samping Byungchan.

"Jangan begitu, Sungjun," ucap Seungyoun.

Bibir Sungjun tersungging. "Seharusnya itu yang kamu ucapkan pada temanmu itu, Cho. Karena dia yang terus-menerus memandangiku. Sejak semalam, aku sudah berusaha mengabaikan tingkahnya. Tapi di matanya, seperti aku ini adalah binatang sirkus."

"Aku tidak berpikirkan seperti itu!" seru Wooseok dari balik punggung Byungchan.

Sungjun sedikit menelengkan kepalanya, memperhatikan Wooseok yang kembali bersembunyi. "Jika bukan binatang sirkus lalu apa? Dua temanmu sendiri melihat bagaimana aku terbangun di sebuah tabung. Ah... mungkin lebih tepatnya, hasil eksperimen dari ilmuwan gila."

"Jangan bicara sekasar itu, Sungjun."

Keempat pemuda itu menoleh saat pintu terbuka dan Changmin masuk ke dalam ruangan. Pria itu memakai uniform yang sama dengan yang mereka kenakan dan terus berjalan menghampiri mereka, mungkin lebih tertuju pada Sungjun. Kemudian Changmin menyodorkan ponsel pada Sungjun yang menampilkan sebuah foto.

The Great Deity - PART 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang