Bab 22

56 4 0
                                    

Tempat berkumpul yang mereka sepakati adalah sebuah rumah di area Bukchon Village.

Dari Universitas Hankuk memang hanya butuh waktu kurang lebih empat puluh menit. Dan dengan kondisi jalan yang begitu sepi, mereka mungkin hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga puluh menit. Itu pun jika mereka tidak harus melewati check point lainnya. Dan, rumah yang dimaksud sebenarnya adalah rumah lama keluarga Choi.

Choi Siwon sendiri mengatakan kalau sejak akhir tahun 1960an sudah tidak ada yang menempati. Walaupun begitu rumahnya masih terawat baik hingga hari ini. Dan dari keseluruhan anggota keluarga Choi, hanya Choi Siwon yang sesekali datang ke rumah itu sekedar untuk beristirahat sejenak, karena memang dekat dengan kampusnya dulu. Walaupun memang agak jauh dari gedung parlemen, tapi setiap kali Choi Siwon melakukan kunjungan, terkadang dia menyempatkan datang ke rumah itu.

Kyuhyun menghela nafas pendek.

"Ada sesuatu yang menganggumu, Jurnalis Cho?" tanya Seungwoo.

Seungyoun yang duduk di kursi belakang dengan Byungchan dan Wooseok juga memperhatikan kakak tirinya dengan penasaran. Sejak meninggalkan gedung lab dengan membawa tas berisi laptop, sepertinya ada yang membuat Kyuhyun gusar.

Kyuhyun melirik Seungwoo sekilas dan menarik nafas perlahan. Sebenarnya tidak tidak ingin membicarakan hal ini sekarang. Terlebih dengan Seungyoun dan teman-temannya yang kini ikut terlibat. Kyuhyun tidak bisa membahayakan nyawa mereka. Atau nyawa siapa pun.

"Kurasa Jinhyuk tidak mempunyai banyak waktu untuk bertahan," ucap Kyuhyun dengan berat hati.

Seungwoo tersentak saat Kyuhyun menyebut nama Jinhyuk. Begitu pula dengan yang lainnya. Pemuda Han tersebut kemudian menepikan mobilnya sejenak. Tangan Seungwoo terlihat memutih di kemudi mobil. Kyuhyun mendesah pelan. Mungkin dia tidak harus mengatakannya sekarang. Han Seungwoo tidak akan membiarkannya tidak memberikan penjelasan lainnya.

"Jurnalis Cho, bukankah kata Senator Park, iringan mobil Presiden Chun mengalami kecelakaan? Termasuk mobil ambulance..."

"Itu mungkin memang rencananya," tukas Kyuhyun.

Wooseok kemudian menyela. "Jadi, Jinhyuk kemungkinan masih hidup?"

Kyuhyun mengangguk. Dia menatap lurus pada jalanan yang begitu sepi. Tidak nampak satu pun tentara militer ataupun sipil. Kyuhyun mengernyit. Bahkan jika seluruh masyarakat diperintahkan untuk tetap berada di rumah mereka sampai status darurat militer dicabut, situasi ini terlalu sunyi.

Seoul tidak pernah sesunyi ini sebelumnya, bahkan di masa perang dahulu.

"Han, kita harus segera pergi sekarang!" ucap Kyuhyun.

"Kenapa anda bisa berpikir kalau Jinhyuk masih hidup, Jurnalis Cho?"

Kyuhyun mendesah pelan. Apakah itu begitu penting untuk dibahas sekarang? Kyuhyun menatap Seungwoo yang memandanginya begitu lirih. Pemuda itu terlihat begitu lelah, tapi Kyuhyun mungkin harus membuat hatinya tenang.

"Project Deity itu membutuhkan pengorbanan. Choi Siwon sendiri juga mengatakan hal itu, bukan? Dan... Aku hanya membaca sekilas dari apa yang kutemukan di ruangan ayahku. Tapi sepertinya mereka membutuhkan Jinhyuk, jadi aku pikir kekasihmu itu tidak akan dibiarkan mati begitu saja," ucap Kyuhyun.

Memang terdengar kasar, tapi Seungwoo perlu sadar dengan situasi yang sekarang mereka hadapi. Pemuda itu mungkin terlibat karena Jinhyuk adalah kekasihnya, tapi jika dia hanya memikirkan soal Jinhyuk saja, mungkin Kyuhyun akan meminta pemuda itu untuk pulang ke rumah.

Karena saat ini bukan hanya nyawa Jinhyuk yang menjadi taruhannya, tapi seluruh negara.

"Bisakah kamu menyetir lagi? Kita tidak mempunyai banyak waktu."

The Great Deity - PART 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang