Bab 3

109 9 0
                                        

Jinhyuk berlari cepat ketika ia melihat punggung Seungwoo dari kejauhan. Seungwoo sepertinya baru keluar dari gedung sekretariat fakultas. Karena Jinhyuk tahu, Seungwoo tidak mempunyai jadwal kuliah –padahal mereka berbeda program. Jinhyuk yang masih berkutat dengan urusan tugas akhir strata satu sedangkan Seungwoo dengan program masternya.

Dengan tas ransel yang cukup berat, ia sedikit kesulitan untuk mengejar jarak. Sudah tiga hari sejak kejadian di kedai BBQ itu. Tiga hari pula, Seungwoo tidak membalas pesan-pesan dari Jinhyuk. Sepertinya memang sengaja diabaikan. Jinhyuk tahu kalau ia yang salah. Tapi marahnya Seungwoo juga membuat Jinhyuk tidak paham. Kenapa dia harus diabaikan seperti ini?

"Kak Seungwoo!!" teriak Jinhyuk dengan keras.

Bahkan terlalu keras hingga beberapa mahasiswa yang berlalu-lalang sempat berhenti dan menoleh ke arah Jinhyuk. Namun, pemuda itu tidak peduli. Yang terpenting, karena teriakannya Seungwoo juga ikut berbalik.

Jinhyuk berhenti tepat di hadapan Seungwoo, dengan nafas yang terengah. Ia menunduk. Kedua tangannya bertumpu di lututnya dan berusaha mengatur nafas perlahan.

Seungwoo menatap tubuh Jinhyuk di hadapannya. Ia lalu meraih tas ransel Jinhyuk, seperti beban di bahunya yang membuat pemuda itu kesulitan untuk mengatur nafas. Jinhyuk terhenyak. Tapi ia tidak mengatakan apapun dan membiarkan Seungwoo mengambil tas ranselnya dan menyampirkan satu strap di bahu.

Jinhyuk menatap pria yang kini lebih sering menghabiskan waktu di gedung Majelis Nasional –untuk menjadi PA salah satu senator.

"Kenapa kamu lari-lari begitu? Apalagi berteriak kencang sekali," ucap Seungwoo.

Jinhyuk masih mengatur nafas. "Karena ingin mengejar kakak. Kalau tidak dikejar, aku akan sulit lagi menemui kakak. Terlebih dengan semua chat yang kukirim sama sekali tidak dibaca oleh kak Seungwoo."

Seungwoo terdiam sejenak. Ia memperhatikan wajah Jinhyuk yang berkeringat. Suhu hari ini memang cukup hangat, tapi Jinhyuk terlihat baru keluar dari sauna. Apalagi dengan wajahnya yang memerah.

"Kakak masih marah denganku?" tanya Jinhyuk.

Seungwoo mengulurkan tangannya. Ia sedikit merapikan rambut Jinhyuk yang berantakan. "Marah padamu? Aku tidak pernah marah padamu."

Jinhyuk berkedip beberapa kali. Seungwoo mengatakan kalau dia tidak marah, tapi semua ekspresi dan gesture tubuhnya mengatakan hal sebaliknya. Ya, mungkin Seungwoo tidak marah pada Jinhyuk. Tapi dia marah dengan situasi kemarin. Dia marah pada Senior Park.

Namun, Jinhyuk tetaplah yang menyebabkan situasi itu. Dirinya yang merupakan 'sumber' marahnya Seungwoo. Hanya saja, sepertinya Seungwoo tidak ingin membahas mengenai itu dengannya. Mungkin Jinhyuk harus memberikan waktu pada Seungwoo, sebelum mereka bisa bicara lagi.

"Jinhyuk, maaf. Tapi apa ada hal lain yang ingin kamu katakan? Aku harus segera kembali ke Majelis Nasional."

Jinhyuk menggeleng pelan. Ia lalu mengambil tas ranselnya dari bahu Seungwoo. "Maaf, kalau aku mengganggu kak Seungwoo." Kemudian ia membungkuk dan bergegas putar badan.

Dengan langkah besar, Jinhyuk kembali ke gedung fakultas. Meninggalkan Seungwoo yang hanya memandangi punggungnya yang menjauh. Seungwoo menghela nafas lalu kembali berjalan menuju parkiran mobil. Seungwoo tahu kalau sikapnya begitu buruk pada Jinhyuk.

Tapi, memang dia bisa apa? Untuk saat ini, Seungwoo butuh waktu.

*****

Siwon mengernyit melihat mood Seungwoo yang buruk hari ini.

Begitu pemuda itu sampai di ruangannya, wajah Seungwoo sudah dilipat-lipat tidak karuan. Bahkan walaupun Seungwoo berusaha meredam emosinya sendiri, Siwon tahu kalau pemuda itu sebenarnya sedang ada masalah.

The Great Deity - PART 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang