Suara sirena dimana-mana, jalanan dengan cepat berubah jadi macet. Orang-orang berdesak-desakan melihat apa yang terjadi, wartawan dan reporter dengan cepat mengambil gambar dan membawakan berita. Mobil ambulance terus berdatangan mengevakuasi para korban, polisi menghalangi orang-orang di sekitar sekaligus mengatur jalur lalu lintas.
Asap keluar dari mobil, Ni-ki berusaha merangkak keluar dari mobil yang dia tumpangi. Cairan merah terus mengalir dari keningnya, Ni-ki menyeret tubuhnya tidak peduli dengan pecahan kaca. Dengan nafas terburu dia bawa tubuhnya mendekat ke salah satu hyungnya, tapi lama-lama pandangannya mulai kabur, kepalanya pening. Sebelum kehilangan kesadaran dia memanggil nama hyungnya dengan pelan, lalu dia tak sadarkan diri.
"Jungwon hyung."
Waktu dirinya terbangun pertama kali yang di ketahui adalah dirinya berada di rumah sakit. Tangan kirinya di pasang infus, kakinya di pasangakan gips, dan perban di kepalanya. Ketika ingin bangun dokter dan suster mencengahnya karena lukanya masih basah.
"Kondisimu masih lemah, sekarang istirahat dulu." Peringat dokter.
Tapi dia tidak ingin mendengar peringatan dari dokter dan suster, dia terus meminta ke dokter untuk membawanya ke tempat hyung-hyungnya, dokter menolak dengan tegas.
"Dok, tolong dok. Saya hanya ingin melihat kondisi hyung saya! Bagaimana bisa anda suruh saya untuk tenang dan beristirahat kalau saya belum tahu bagaimana kondisi hyung saya!"
"Tidak. Kondisi hyung mu sekarang sedang dalam pengawasan, mereka kritis. Dua dari mereka harus di operasi karena ada serpihan yang masuk ke tubuhnya. Tiga lainnya mereka kekuarangan darah, dan satunya tidak terlalu parah tapi kepalanya mengalami benturan yang keras, dan kemungkinan hyungmu mengalami koma." Jelas dokter.
Mendengar penjelasan dokter, tubuhnya seketika lemas, kepalanya kembali sakit. Dan semenjak itu Ni-ki mulai sering memimpikan hal yang sama, peristiwa yang selalu menghantuinya setiap kali dia tidur.
"Heeseung hyung? Sunoo hyung?" Gumam Ni-ki melihat dua orang di depannya. Pandangannya masih belum jelas.
"Bermimpi buruk lagi?" Tanya salah satu pemuda tersebut.
"Soobin hyung? Beomgyu hyung? Maaf, aku pikir Heeseung hyung sama Sunoo hyung," kata Ni-ki ketika pandangannya mulai jelas.
Dia mencoba untuk mendudukan dirinya, Soobin dengan sigap membantunya duduk Beomgyu menata bantal untuk bersandar.
"Gapapa, kepalamu pusing atau sakit?"
"Pusing sedikit, tapi gapapa kok hyung."
"Syukurlah..." Soobin melihat jam di atas nakas. "Sebentar lagi waktunya makan malam, sebaiknya kau mandi."
Ni-ki mengangguk. Beomgyu yang dari tadi diam akhirnya buka suara, "bisa sendiri? Apa perlu aku siapin kursi buat kamu mandi, biar gak berdiri terus?"
Mendengar itu, Ni-ki terkekeh, Soobin tersenyum sambil menggeleng-geleng.
"Gak usah hyung, aku bisa. Oh ya, ngomong-ngomong sekarang jam berapa?"
"Jam 17.30, sebentar lagi makan malam. "
Ni-ki mengangguk lagi dia lalu berusaha berdiri mengambil tongkatnya, tapi di tahan sama Beomgyu.
"Udah diam, sini biar aku bantu." Kata Beomgyu mengambil tongkat Ni-ki.
Ni-ki menerima tongkatnya pelan-pelan dia coba berdiri, Soobin dan Beomgyu berjaga-jaga takut semisal dia jatuh. Setelah berhasil Ni-ki berjalan ke arah kamar mandi, tentu di ikuti Beomgyu dari belakang.
"Sudah hyung... Aku gapapa, aku bisa sendiri."
Beomgyu mengikuti apa yang di bilang Ni-ki, dia menunggu di depan kamar mandi. Semenjak kejadian waktu itu Beomgyu selalu khawatir dengan Ni-ki, setiap jam dia sempatin buat chat Ni-ki, kalau gak lagi sibuk dia chat lebih awal setiap menitnya. Ya... Memang setakut dan khawatir itu dia ke Ni-ki
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORY WITH YOU
Short StoryMencegah, bisakah memperbaiki semuanya? Dan itu terjadi? "Andai saja waktu bisa kuputar kembali, inginku menyelamatkan kalian semua" "Bisakah mengubah takdir agar bisa berjalan dengan semestinya, dan bisakah aku memperbaiki semua yang telah terjadi...