BAB 2.5

85 15 4
                                    

Setelah kejadian di ruang tengah tadi Ni-ki menatap langit-langit kamar Beoseo manager, kejadian itu terus menerus berputar di kepalanya. Jam menunjukkan pukul dua belas lewat, yang berarti sudah sekitar sebelas menit dari kejadian tadi, sungguh jika hari ini tidak ada jadwal dia pasti akan mengurung diri di dalam kamar.

"Argh! Kenapa susah sekali buat tidur!" Kesalnya tidak bisa tertidur.

Ni-ki mengacak-acak rambutnya, saking kesalnya dia mengubah posisinya yang tadinya menghadap ke langit-langit sekarang menghadap ke arah tembok. Matanya melihat lurus ke arah tembok, rasanya dia membutuhkan seseorang untuk bersamanya sekarang.

"Apa yang harus gue lakukan sekarang, hyung? Gue takut mereka bakal menjauh dari gue," ucap Ni-ki lirih.

"Gue yakin mereka gak bakal ngejauhin lu, Nik."

Mendengar suara dari arah belakang, Ni-ki lantas berbalik badan untuk melihat siapa yang ada di belakangnya, sontak membuatnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Makasih ya, lu sudah berusaha," orang itu tersenyum sembari mengusap rambutnya.

Ni-ki segera terbangun dari posisinya, matanya menatap tak percaya dengan apa yang dia lihat, orang yang selama ini dia tunggu-tunggu ada di hadapannya. Air matanya perlahan mulai turun, tanpa mengatakan apapun dia langsung memeluk orang tersebut dengan erat. 

Orang tersebut membalas pelukannya, tangannya tak berhenti untuk mengusap rambutnya, dia bisa mendengar suara isakan dari pemuda lebih muda empat tahun darinya dan itu membuatnya tersenyum. 

"Gue takut... Gue takut mereka bakal ngejauhin gue." 

"Mereka gak bakal ngejauhin lu Nik, percaya sama gue."

"Tapi mereka belum tahu semuanya, gue takut mereka bakal salah paham sama yang gue maksud."

Orang itu perlahan melepas pelukan keduanya, dia lihat hidung dan wajah pemuda itu berubah menjadi merah karena menangis, dan itu sangat lucu baginya. Tangannya menangkup wajah pemuda itu, jari-jarinya terus menghapus air matanya yang terus-menerus turun. Tepat saat dirinya ingin berbicara pintu terbuka memperlihatkan seseorang di ambang pintu.

"Argh! Dasar, mereka berdua sama saja! Heeseung hyung kenapa lu nyuruh gue buat, eh, Nik lu kenapa nangis?"

"Kenapa lagi sih, Jay? Dari kemarin perasaan lu emosian terus, tugas lu sudah selesai atau belum?"

Ya benar, orang yang sedang bersamanya adalah Heeseung dan Jay, dua orang yang dia tunggu selama ini. Ni-ki melihat perdebatan antara keduanya tersenyum kecil, air matanya kembali turun tanpa permisi. Tidak, bukan karena dia sedih atau apa tapi karena dia merasa lucu melihat perdebatan keduanya.

"Lu tanya saja sendiri sama Sunghoon, lagian kenapa harus gue yang sama dia sih, hyung," desis Jay kesal.

"Ya, lu sendiri minta yang gampang yaudah gue suruh lu sama Sunghoon, jadi bukan salah gue," Balas Heeseung.

"Iya, memang gue minta yang gampang, tapi bukan berarti harus Sunghoon juga, hyung. Lu tahu sendiri gue sama Sunghoon gimana."

"Itu resiko lu berarti."

Tepat saat Jay ingin menjawab, Ni-ki menyelanya lebih dulu. "Hyung, kalau masih ingin berdebat silahkan di luar saja, jangan di sini karena gue mau istirahat."

Heeseung dan Jay sontak melihat ke arah Ni-ki, mereka lupa jika Ni-ki masih menunggu mereka berdua.

"Hehe, maaf Nik, gue lupa kalo lu belum tidur."

MEMORY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang