BAB 28

126 14 1
                                    

“Singkatnya, malam itu kita berencana makan malam bersama setelah menyelesaikan semua jadwal sekaligus merayakan ulang tahun Sunghoon hyung, dan sebenarnya itu ide gue. Semua berjalan dengan baik selama perjalanan sampai sebuah truk datang dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi.”

Ni-ki terdiam sejenak, tatapannya kosong, tangannya mengepal menahan emosi. Heeseung melihat itu merasa kasihan dan khawatir dengan Ni-ki, dia menepuk pundaknya pelan.

Heeseung melihat itu merasa kasihan dan khawatir dengan Ni-ki, dia menepuk pundaknya pelan. “Jangan paksakan diri lu sendiri buat lanjut cerita, Nik. Gue gak maksa lu buat cerita kalau lu gak sanggup cerita.”

Ni-ki menarik nafas dalam-dalam, menoleh menatap Heeseung sambil tersenyum kecil. “Gue gapapa, hyung, lu juga penasaran apa yang terjadi selanjutnya, kan?”

Heeseung diam tidak menjawab, dia memang penasaran tapi tidak mungkin dia memaksa Ni-ki untuk melanjutkan cerita karena dari sorot matanya saja sudah menjelaskan semuanya. Ni-ki tertawa kecil lalu melihat pemandangan diluar jendela mobil yang masih melaju menuju lokasi syuting mereka.

“Saat truk menghantam mobil cukup keras, mobil terguling beberapa meter dan setelah mobil berhenti berguling dengan posisi terbalik, gue waktu itu masih sadar berusaha melepaskan sabuk pengaman setelah itu gue merangkak keluar lewat jendela mobil. Pecahan kaca berserakan di mana-mana tapi gue gak peduli dan terus merangkak mendekati Jungwon hyung.”

“Setelah gue berhasil meraih tangan Jungwon hyung dan menggenggamnya erat, pandangan gue mulai kabur lalu semua berubah menjadi gelap. Ketika gue sadar, gue sudah berada di rumah sakit,” lanjut Ni-ki.

Ni-ki menunduk kepalanya setelah dia mengakhiri cerita, air matanya mulai berjatuhan membasahi pipi, dia merasa lega bisa menceritakan semuanya. Sementara itu, Heeseung terdiam setelah mendengar cerita Ni-ki dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ni-ki saat itu. 

Heeseung menghela nafas panjang kemudian berdiri berpindah tempat ke sebelah Ni-ki, menariknya mendekat dan menyandarkan kepalanya di bahunya.

“Nangis aja gapapa, lu gak usah menahan lagi, keluarin aja Nik.” Bisik Heeseung sambil mengusap bahu pemuda yang lebih muda empat tahun darinya.

Mendengar itu, Ni-ki diam menyandarkan kepalanya di bahu Heeseung membiarkan air matanya membasahi wajahnya tanpa perlu dia tidak tahan lagi. Heeseung mengusap punggungnya membiarkannya seperti itu selama beberapa waktu. 

Mobil terus melaju menuju tempat syuting, perjalanan menuju tempat syuting membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam karena jalan cukup padat mengingat sekarang jam makan siang.

Heeseung menatap Ni-ki yang sedang menenangkan dirinya. “Gue masuk duluan, sekarang lu tenangin diri lu dulu kalau sudah langsung nyusul ke dalam.”

Ni-ki mengangguk dan menyeka jejak air matanya, menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. “Gue ngerti, lu masuk duluan aja sana, kalo ada yang tanya ke mana gue bilang aja gue masih siap-siap di mobil.”

Mendengar itu, Heeseung mengangguk mengiyakan perkataan Ni-ki kemudian dia membuka pintu mobil dan keluar, setelahnya Heeseung menutup kembali pintu mobil lalu berjalan memasuki area syuting meninggalkan Ni-ki sendirian di dalam mobil.

Di dalam mobil, Ni-ki terdiam sambil menundukkan kepala, dia bingung, apa yang dia lakukan sudah benar dengan menceritakan semuanya kepada Heeseung tadi?

"Lu sudah melakukan yang benar, kok, gak usah bingung kayak gitu."

Ni-ki terkejut saat dia sedang melamun tiba-tiba Jihoon sudah berada di sebelahnya, di tempat yang di duduki Heeseung tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMORY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang