BAB 0.8

181 30 0
                                    

Titt... Titt... Titt...

Hening tanpa ada suara sama sekali, kecuali suara dari alat pendeteksi detak jantung. Beomgyu memperhatikan alat itu selama beberapa menit, sebelum dia memalingkan pandangan ke brankar di mana temannya terbaring. 

Beomgyu tertawa kecil melihat kondisi temannya, tidak, bukan tertawa lebih tepatnya mengejeknya.

"Sampai kapan lu mau tidur, Seung? Lihat adik lu, si Ni-ki. Sekarang dia ikut-ikutan kayak lu sama yang lain." Dia terkekeh, "Lu kenapa bawa adik lu si, Ni-ki? Bukannya gue udah janji ke lu buat jagain si Ni-ki? Tapi kenapa lu tetap bawa dia juga?! Jawab gue Lee Heeseung!"

Hening. Beomgyu terdiam, dia mengepalkan kedua tangannya, dia tidak perduli jika ada yang masuk dan melihatnya berbicara dengan orang yang tidak bisa di ajak bicara. Beomgyu menunduk menahan emosinya, tapi tanpa sadar air matanya keluar.

"Gue mohon... Tolong bangun. Gue mohon, Seung tolong cepat bangun! Gue mau kita ngumpul lagi."

Dia menghapus jejak air mata, dia tidak mau kalau nanti ada yang tiba-tiba masuk terus lihat dirinya nangis, apa kata yang lain nanti.

CEKLEK!

Pintu terbuka Beomgyu menoleh melihat siapa yang datang, "Soobin hyung, itu lu?" Beomgyu segera berdiri. "Ada apa, hyung? Bukannya lu bareng Taehyun tadi, hyung? " 

Soobin mengangguk sambil tersenyum tipis. "Beomgyu-ah ayo kita harus pergi sekarang," ajak pemuda itu.

"Iya hyung, tunggu bentar gue mau pamit sama tukang tidur ini dulu." Beomgyu tertawa kecil, dia tidak mau menunjukkan kesedihannya kepada siapa pun, sering dia pendam sendiri.

Beomgyu bangun dari duduknya lalu menghampiri pemuda yang tengah menunggunya, "Seung gue balik dulu nanti gue ke sini lagi, jangan kangen." Katanya bercanda.

Keduanya keluar dari ruangan itu dan berjalan di lorong bersama tanpa berbicara.

"Gimana kondisinya Ni-ki?" Tanya Beomgyu akhirnya buka suara, dia tidak suka hening begini.

"Seperti yang sebelumnya, tapi kata dokter sekarang sudah mulai membaik." Jawab pemuda itu, Beomgyu mengangguk.

"Jay, Sunghoon sama yang lain gimana?" Yang ditanya hanya bisa  tersenyum senyum sebagai jawaban, tapi Beomgyu paham.

"Soobin hyung gue beneran takut itu," pemuda yang lebih tua setahun darinya, Soobin. Dia paham maksud arah pembicaraan yang lebih muda setahun itu maksud.

"Bukan cuman lu doang yang takut Gyu. Gue, Yeonjun Hyung, Taehyun, Kai juga takut. Tapi berharap saja itu tidak terjadi." Ujar Soobin menenangkan.

Beomgyu tersenyum tipis ke arah Soobin, "semoga saja Hyung."






"Ni-ki ayo bangun Nik." Ucap Heeseung membangunkan si bungsu. Heeseung yang memang biasa bangun pagi menyiapkan sarapan buat yang lain, di bantu dengan Jay.

"Eungg... Sebentar lagi hyung." ucap Ni-ki serak.

"Lima menit habis itu bangun, ok? Sekarang lepasin pelukannya gue mau siapin sarapan dulu buat yang lain."

Ni-ki tidak membalasnya, sebaliknya Ni-ki semakin mempererat pelukannya. "sebentar dulu hyung, gue masih ngantuk."

Heeseung gemas dengan adiknya satu ini, walau badan semakin besar, dalam artian sehat tapi kadang selalu manja.

"Baiklah, sebentar saja ya? Habis itu lepas." Ujar Heeseung.

Heeseung membawa tangannya mengusap pelan rambut hitam milik si bungsu, matanya melirik bagaimana anak di pelukannya tertidur pulas, Heeseung tertawa geli rasanya seperti ayah dan anak.

MEMORY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang