BAB 1.5

186 25 1
                                    

"Yeonjun hyung berhenti, hyung!"

"Diam! Gue harus pergi!"

Amarah terpancar di wajahnya, dia harus ke sana tapi Kai dan Taehyun, menghalanginya.

"Iya hyung, gue paham lu marah, lu gak terima sama keputusan dari pemimpinnya tadi, tapi gue minta tolong lu jangan gegabah sendiri hyung!" Pekik Taehyun.

"Yeonjun hyung dengerin gue, hyung." Kai Pemuda itu menepuk pundak pemuda lebih tua di hadapannya tatapan sedu terlihat jelas di matanya. Yang lebih tua diam menunduk mengepalkan kedua tangannya menahan emosinya.

"Gue tahu, gue paham perasaan lu, hyung. Lu marah, lu kecewa, lu gak bisa terima sama keputusan dari pemimpin tadi. Tapi bukan cuman lu aja yang emosi, hyung! Gue sama yang lain, kita juga sama emosi! Kita juga sama, gak bisa terima! Kita juga kecewa sama keputusan dari para pemimpin tadi. Tapi lu jangan main gegabah sendiri!"

"Kai benar, hyung bukan lu aja yang emosi tapi gue, kita semua, juga sama emosi kita juga sama sama gak terima." Lanjut Taehyun .

"Tapi seenggaknya, mereka kasih waktu dulu bukan kayak gini! Gue tahu mereka sudah bicarakan ini dari lama, tapi kenapa harus keputusan itu yang mereka ambil?! Apa mereka tidak punya keputusan yang lain?!! Apa mereka tidak bisa untuk mempertimbangkannya kembali?!!" Tanya Yeonjun naik pitam.

Taehyun dan Kai keduanya terdiam yang di bilang Yeonjun ada benarnya, tapi mereka bisa apa? Semua keputusan itu juga tidak bisa mereka bantah.

"Aarrggg!!"

"Di mana Soobin dan Beomgyu?"

"Soobin hyung dan Beomgyu hyung pergi sama Beoseo manager ke rumah sakit," Jawab Taehyun.

"Hyung, sebaiknya kita nyusul mereka ke sana juga temani mereka, waktu kita juga tidak banyak."

Yeonjun menghela nafas kasar lalu mengangguk, ketiganya pergi menyusul tiga orang yang sudah lebih dulu pergi, ke rumah sakit. Yeonjun memesan taksi menuju ke tempat ketujuh teman mereka di rawat.

Sementara itu Soobin, Beomgyu dan Beoseo manager sudah ada di sana setengah jam yang lalu, ketiganya berjalan berpisah.

Beoseo manager pergi menemui dokter sebelum pergi menemui anak anaknya, sedangkan Soobin dan Beomgyu pergi menuju kamar salah satu dari mereka bertujuh, Beomgyu memilih berpisah dengan Soobin. Keduanya berpisah.

CEKLEK

Suara decitan pintu cukup keras Soobin masuk ke dalam, sepi. kata yang pas setelah dirinya masuk, tak lupa Soobin tutup kembali pintunya.

Soobin menarik kursi yang tersedia di samping brankar, dia kemudian duduk di samping brankar tempat temannya berbaring, tanpa mengeluarkan suara.

Soobin melihat tangan temannya yang bebas infus dia berinisiatif mengelus tangan yang bebas dari infus tersebut.

Soobin tidak bisa lagi menahan air matanya tanpa permisi air matanya perlahan turun isakan mulai terdengar.

"Sunghoon-ah, gue mohon cepatlah sadar... hiks... buka mata lu! Hiks... sunghoon-ah... Apakah hiks... Di sana hiks... lebih menyenangkan dari pada di sini?" Sesekali Soobin menghapus air mata yang terus turun. "Hiks... Cepat bangun! Hiks... Gue kangen hiks... Gue kangen kita bareng hiks... Lagi." Soobin melipat kedua tangannya sebagai tumpukan untuk kepalanya.

Tanpa Soobin sadari di depannya, seseorang terus memperhatikannya orang itu tersenyum tipis lalu menoleh menatap brankar, tempat Soobin menangisi orang itu.

"Sabar sebentar lagi ya, hyung? Tunggu Sebentar lagi dan kita akan kumpul bersama lagi."

"Kau merindukannya?" 

Orang itu tersentak kaget mendengar perkataan dari orang yang tiba tiba ada di sampingnya. Untung dia tidak seperti temannya, ya... walaupun dia kaget tapi sorot mata tidak menunjukkan jika dia kaget.

"Kau sudah tahu jawabannya, bukan? Kau juga senang muncul secara tiba tiba. Apa kau tidak punya kegiatan yang lain selain muncul secara tiba tiba seperti itu? Sebaiknya kau berhentilah muncul secara tiba tiba." 

Yang di tanya tak membalas, ia menghela nafasnya dengan kasar.

"Huh, mau bagaimana lagi? Jika saja bukan karena sedang di hukum, aku juga gak mau apalagi ikut campur!"

"Aku mau balik! Kegiatan bersantai ku jadi tertunda!!" Rengeknya. 

"Ya sudah sana."

"Iya, oh iya jangan lupa bilangin ke dia, kalau waktunya hanya tinggal seminggu lagi."

"Iya, nanti bakal aku kasih tahu."

Kemudian pemuda itu menghilang menyisakan mereka bertiga.

Eh, dia ke hitung juga gak?

Tidak beda jauh, Beomgyu menatap brankar tempat sahabatnya terbaring. Beomgyu bukan tipe di mana dirinya menunjukan sisi kesedihannya.

"Jay-a, ayo bangun bodoh. Lu mau tidur sampai kapan? Hahaha, dasar tukang tidur!"

Bibirnya bergetar air matanya keluar tanpa permisi, buru buru Beomgyu menghapus air matanya. Beomgyu percaya jika dalam kondisi seperti ini, jiwa seseorang keluar dari raga mereka, lalu jalan jalan dan bisa saja Jay sekarang ada di sini dan melihatnya sedang nangis, kan tidak lucu.

"Lu kalo mau tidur itu, tidur di rumah bukan di sini! Kayak orang sakit aja lu,"

"Nangis aja hyung jangan tahan, gue gak bakal lihat."

Orang yang sama seperti yang sebelumnya berdiri di samping Beomgyu, tentu Beomgyu tidak bisa dengar apa lagi melihatnya.

"Jay-ah, gue enggak tahu lu dengar atau gak, tapi gue mohon. Tolong buka mata lu! Lu tahu pemimpin agensi..."

Beomgyu tidak sanggup melanjutkan kalimatnya rasanya jika ia ucapkan maka semua terjadi, Beomgyu berusaha menahan tangisannya, sesekali Beomgyu mendongak agar air matanya tidak jatuh.

"Katakan saja hyung, gapapa, katakan."

Orang itu memegang pundak milik Beomgyu, ia tersenyum memperlihatkan lubang kecil di pipinya.

Beomgyu berkedip beberapa kali menyesuaikan penglihatannya, sebelum dia melanjutkan kalimatnya Beomgyu mengambil nafas terlebih dulu.

"Pemimpin agensi sepakat akan bubarkan kalian dalam waktu dua minggu." Lanjutnya menahan air matanya.

DEG!

"Pemimpin agensi juga kementerian sepakat buat bubarin kalian, dan keputusannya sudah bulat." Beomgyu terdiam lalu tertawa, "Haha... Lu tahu Jay? Yeonjun hyung sempat hampir kelepasan emosi waktu dia dengar ke sepakat itu, untung ada Kai sama Taehyun yang nahan Yeonjun hyung coba kalau, engga? Gue yakin Yeonjun hyung bakal ngacak ngacak satu isi perusahaan, hahaha."

Beomgyu terus mengoceh menceritakan semua yang terjadi, Sedangkan orang di sampingnya terdiam mendengar perkataannya.

"Gue pamit dulu, ya? Gue juga harus temui yang lainnya juga, oh ya, kalau lu ketemu sama yang lain gue titip salam buat mereka, bilangin cepat bangun gue bosan nunggu terus."

Beomgyu kemudian keluar dari sana menyisakan orang itu dan Jay yang tengah terbaring di sana.

"Ini di luar perkiraan, ku."

"Kau bilang semua akan baik-baik sampai dia, melakukannya?" Balasnya datar.

"Jangan salahkan aku, aku juga gak tahu jika akan seperti ini. Intinya kau harus balik ke sana sekarang, peringatan dia selesaikan tujuan awalnya secepatnya."

"Akan ku beritahu, nanti giliran ku bukan?"

"Kau masih lama, salah sendiri kalah," Cibirnya.

"Ck, berisik."

"Iya iya, ya sudah ayo, kita harus kumpul dengan yang lain juga."

Setelah keduanya pergi dari sana.








































Yeayyy mereka bubar...
Bubar atau tetap?

MEMORY WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang