[Hanya fiksi]
•••
Aarghhhh hhhhHahhhh aarghhh!!!
Aakhhhh hhhh hiks
Mata sipit itu terbuka kasar saat suara erangan yang tidak lirih, memasuki indra pendengarannya. Ia seketika menoleh ke pintu kamar mandi, tidak jauh dari tempat tidurnya. Sekilas ia menoleh ke sampingnya mencari temannya.
"Chenle," lirihnya dengan nada panik.
Laki-laki tinggi itu langsung bangkit, dan menggedor pintu kamar mandi. Wajahnya terlihat sangat jelas bahwa ia khawatir.
"Chenle!!! Zhong Chenle!! Kau di dalam?!"
"Chenle-ya!! Chenle-ya kau tidak apa-apa??"
"Chenle buka pintunya!!"
Tidak ada jawaban dan hanya terdengar gemericik air keran membuatnya semakin khawatir. Jisung mundur, berniat mendobrak pintu kamar mandi.
Brakk
Akh
Laki-laki itu meringis pelan saat tubuhnya membentur dinding. Ternyata pintunya tidak dikunci:(
Chenle, laki-laki yang memiliki kulit putih pucat itu mencuci wajahnya dan terkekeh kecil, berakhir batuk.
"Park Jisung jinjja," gumamnya di sela batuknya. Ia memukul dadanya pelan.
Memang sedikit malu, tapi melihat Chenle yang sangat pucat dan memukul dadanya sendiri membuat Jisung kembali khawatir.
"Chenle-ya gwenchana? Kau kenapa? Apa kau sakit?"
Chenle menghela napasnya panjang, kemudian berjalan pelan keluar kamar mandi diikuti Jisung.
"Chenle-ya jawab akuu! Kau kenapa? Kau sakit?"
"Diamlah Park Jisung, kepalaku sakit karena kau bertanya terus."
Jisung semakin khawatir dengan jawaban Chenle. Chenle juga membaringkan tubuhnya di kasur, dan terlihat tidak baik-baik saja.
"Aku akan memanggil hyungdeul-"
"Hyungdeul tidak akan membantu ku. Ambilkan obat di tas ku, itu akan lebih membantu."
Jisung mengernyit. Obat? Chenle meminum obat?
"Cepat Park Jisung," lirih Chenle.
Jisung kembali sadar. Ia langsung mengambil tas Chenle, dan menggeledah tas Chenle.
"Akhh aku tidak menemukannya!!"
Jisung berseru frustasi. Chenle menoleh ke arah Jisung yang terlihat panik, lalu menghela napasnya. Apa yang ia harapkan dari Jisung?
Chenle bangkit, dan merebut tasnya. Dengan mudah, Chenle mengambil botol kecil berisi obat dari tasnya. Chenle juga tidak tau kenapa Jisung tidak bisa menemukannya, padahal terlihat jelas.
"Park Jisung, apa kau butuh kacamata?"
Chenle menatap malas Jisung, sementara si empu melongo dan menatap kagum Chenle. Lagi-lagi Chenle menghela napasnya, menggelengkan kepalanya.
Chenle mengeluarkan satu butir obat berbentuk pil kecil, dan Jisung menatap tidak suka hampir seperti jijik. Jisung meringis, matanya menyipit dan hidungnya berkerut.
"Jangan menatap seperti itu, lebih baik ambilkan aku minum. Ini sangat pahit, aku tidak bisa memakannya tanpa air."
Kilat, tanpa banyak bertanya Jisung pun keluar dari kamarnya untuk mengambil segelas minum.
Tidak lama, Jisung pun kembali dengan segelas air minum. Chenle menelan pil kecil itu dengan bantuan air. Setelahnya Chenle terlihat lebih rileks, dan kembali membaringkan tubuhnya.
"Chenle-ya kau kenapa?" tanya Jisung, masih berdiri menatap Chenle yang dibanjiri keringat.
"Sakit kepala," jawab Chenle singkat.
"Obat apa tadi?"
"Penghilang rasa sakit."
"Chenle-ya kau sakit apa??"
Chenle membuka matanya, dan menatap Jisung kesal.
"Ku bilang aku sakit kepala! Kenapa kau bertanya terus."
"Chenle aku sudah dewasa, aku tau kau bukan hanya sakit kepala. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi padamu."
Chenle diam sebentar. Ia pun duduk, dan menatap letak lemari yang sangat aneh.
"Kenapa lemari di situ? Apa kau tidak salah menempatkan lemari?"
Jisung menoleh ke arah pandangan Chenle. Ahh itu!
"Sebenarnya itu jendela, dan Johnny Hyung menghalangi jendelanya dengan lemari."
"Wae? Kau jadi tidak bisa membuka jendela mu. Kamarmu juga tidak pernah terkena sinar matahari."
Jisung mengedikkan bahunya. "Karena beberapa orang yang suka melempar batu."
"Kau-"
"Chenle jangan alihkan topik. Cepat katakan, kau sakit apa!"
Jisung memotong ucapan Chenle, menatap tajam Chenle. Ia benar-benar khawatir sekarang.
Chenle menganggukkan kepalanya.
"Jisung-ah ... Kau tau hematoma?"Jisung mengernyit. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar istilah itu.
"Masih karena kecelakaan satu tahun lalu. Kepalaku membentur benda apapun yang ada, bukan hanya dinding mobil atau aspal."
"Pokoknya, benturan-benturan keras itu memang berbahaya. Salah satunya, menyebabkan hematoma."
"I-itu, itu apa?"
Chenle menatap Jisung yang ketakutan. Sama seperti reaksinya saat pertama kali diberi tahu dokternya. Takut.
"Benturan yang sangat kuat, menyebabkan otak bergeser secara paksa pada dinding bagian dalam tengkorak, sehingga menjadi memar. Itu hematoma."
Jisung membeku di tempatnya. Itu berarti selama ini Chenle kesakitan, dan ia tidak tau?
Kecelakaan besar yang menewaskan empat member, satu manajer, dan supir truk. Memang mustahil Chenle selamat tanpa meninggalkan bekas apapun. Chenle bukanlah Superman, atau Spiderman. Chenle hanya manusia biasa.
Kecelakaan itu meninggalkan bekas pada orang yang berhasil selamat.Mark Lee, kehilangan kaki kanannya. Seumur hidupnya, ia harus duduk di kursi roda atau menggunakan kaki palsu untuk pergi kemanapun.
Zhong Chenle kembali melakukan operasi besar di kepalanya setelah dua minggu sadar dari koma hampir satu tahun.
Dan Park Jisung, dia akan hidup dalam rasa bersalah seumur hidup. Karena dia satu-satunya yang sehat walafiat tanpa gores atau lecet ...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...