Jeju

816 111 7
                                    

[Hanya fiksi]

•••

"Jisung-ah gwenchana? Bagaimana keadaanmu sekarang, apa kau masih pusing?"

Jisung dan Chenle hanya tinggal selama tiga jam di rumah Renjun, dan langsung terbang ke Korea lagi. Tapi, Jisung pulang ke rumah bukannya ke dorm untuk tidur dan barulah saat pagi berangkat ke perusahaan.

Member menyambut Jisung dengan raut khawatir. Jisung lupa, mereka tidak tau tentang ia pergi ke China. Jisung juga belum memberitahu tentang pesan teror itu.

"Aku tidak apa-apa Hyung, aku sudah sembuh."

Doyoung memeluk Jisung. "Mianhae, malam itu Hyung malah tidur bukannya menjagamu. Kau sampai jatuh seperti itu."

Jisung menggelengkan kepalanya. "Tidak Hyung, itu bukan salah Hyung. Ku mohon jangan salahkan dirimu sendiri Hyung, ini bukan salah kalian."

Johnny tersenyum, dan mengelus kepala Jisung. Jisung selalu mengkhawatirkan orang lain, padahal ia sendiri keadaannya mengkhawatirkan.

"Jja! Kalian sudah berkumpul semua? Kalau begitu, kita berangkat sekarang!"

Mereka bertujuh tersenyum lebar. Akhirnya, mereka pergi ke Jeju!!

"Jisung-ah dimana ponselmu?"

Entah kenapa, Taeyong merasa harus menanyakan itu pada Jisung.
Jisung menggelengkan kepalanya.

"Ponselku rusak Hyung, aku belum membeli lagi."

Kalian tau pelakunya 'kan?
Benar. Zhong Chenle pelakunya. Ponsel Jisung sudah hancur setelah dilempar olehnya yang dalam keadaan marah.

"Jinjja? Sejak kapan?"

Jisung menggaruk belakang kepalanya, tersenyum. "Beberapa hari yang lalu."

Taeyong menggelengkan kepalanya. "Baiklah ayo, kita harus berangkat."

Mereka bertujuh pun berjalan bersama keluar perusahaan menuju mobil van hitam yang sudah disiapkan.

Tidak jauh dari mereka, seorang laki-laki tinggi mengepalkan tangannya kuat. Tatapannya tajam, menatap salah satu dari mereka.

"Kau bersenang-senang?" gumamnya penuh penekanan.

"Yaa apa yang kau lihat? Hentikan tatapan mu itu, bagaimanapun dia sunbaenim kita. Dan, dia lebih tua darimu. Jangan lewati batas."

Laki-laki lain datang, menepuk pundaknya mencoba menyadarkan. Laki-laki tinggi itu menepis tangan temannya, dan mendengus.

"Sunbaenim omong kosong!"

Plakk

Laki-laki tinggi itu meringis saat temannya memukul kepalanya.

"Jaga ucapan mu. Dan, kenapa kau sangat membencinya? Apa kau ingin membunuhnya?"

"Haruskah?"

"Yaa!!"

Tidak ingin membuat keributan, dua laki-laki itu pun pergi dari sana menuju ruang latihan.

•••

"Guys!! Setelah sekian lama, kembali lagi Doyoun's brum brum!!"

"Aaiishh ... "

Doyoung membelalakkan matanya mendengar Yuta yang berkata kasar. Ia sudah siap akan mencengkram kerah Yuta, tapi tentu saja hanya bercanda.

Yang lainnya pun tertawa karena pertengkaran kecil itu. Doyoung mendengus, memilih mengabaikan Yuta.

"Hari ini kita akan bermain, yang kalah akan kena hukuman."

[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang