[Hanya fiksi]
•••
Jisung menatap datar benda kecil di tangan besarnya. Ia menggenggam erat benda itu dan membantingnya dengan keras ke lantai.
Takutnya sudah hilang diganti kemarahan. Jungwoo yang baru saja masuk ke kamar Jisung pun terkejut melihat kemarahan maknaenya.
"Jisung-ah kau kenapa?"
Dada Jisung naik turun, napasnya memburu. Tangannya terkepal kuat.
"Seseorang memasang chip pelacak lokasi di tas ku, Hyung."
"Bukan drone, tapi pemilik chip itu yang memberitahu penggemar tentang keberadaan kita."
Kali ini Jisung benar-benar marah. Ia sudah muak dan lelah dengan penguntit atau peneror itu.
Kenapa orang itu tidak menunjukkan dirinya, dan menghadapinya langsung? Kenapa hanya bermain-main?! Syuting terganggu, dan member juga tidak nyaman itu semua karena Jisung. Lebih tepatnya seseorang yang sebenarnya mengincar Jisung.
Jisung sungguh merasa bersalah kepada member lain.
"Jisung-ah seseorang sungguh sedang menguntit mu?"
Jisung menoleh, menatap Jungwoo. Wajahnya kembali melunak.
"Aku minta maaf Hyung, aku tidak memeriksa tas ku. Karena chip itu, syuting kita ditunda—"
"Apa yang kau katakan Jisung-ah? Apa sekarang syuting itu penting? Kita harus menangkap penguntitnya. Kita harus memberitahu manajer."
Jisung melirik vas bunga yang jatuh.Beberapa saat lalu ketika Jisung ke kamar mandi, Jisung mendengar suara benda jatuh.
"Kau saja yang memberitahu manajer, Hyung. Aku akan memeriksa kamar."
"Hyung akan bantu."
Jisung dan Jungwoo pun mulai mencari benda kecil yang bentuknya mungkin serupa dengan chip tadi.Dan benar saja. Jisung menemukan penyadapan suara dibawah meja, lalu kamera spy.
Seseorang pasti masuk ke kamarnya, dan memasang benda ini semua di kamar Jisung. Pertanyaannya adalah, siapa orang itu.
"Aku akan ke kamar manajer Hyung."
Tanpa mendengar jawaban dari Jungwoo, Jisung melangkahkan kakinya keluar dari kamar hotelnya menuju kamar Jung manajer.
•••
"Chenle-ya gwenchana?!"
Jisung teringat bisikan orang tadi, menyinggung tentang Chenle. Jisung langsung meminjam ponsel manajer untuk menelepon Chenle.
Saat panggilan dijawab, suara keripik yang dikunyah terdengar.
"Nyam nyam nyam ... Aku sangat baik. Wae?"
Jisung bernapas lega, sedikit terkekeh dengan Chenle yang sangat lucu menurutnya.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya tentang mu? Aku melihat di artikel, kalau seseorang sudah membocorkan lokasimu."
Jisung mendudukkan dirinya di pinggiran kasur. Sekarang ia sudah berada di kamar manajer, sementara manajernya ada di kamar mandi.
"He'em memang seperti itu, tapi kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja."
"Aku memang tidak khawatir kok. Yaa!!"
Jisung terkejut, dan menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Apa kau—"
"Mian. Bukan untukmu, tapi Daegal. Daegal benar-benar nakal belakangan ini."
"Aku baik-baik saja, kau juga baik-baik saja aku tau. Itu intinya 'kan? Kalau begitu ku tutup. Aku sibuk."
Tutt
Jisung menggelengkan kepalanya, tersenyum tipis. Setidaknya, Chenle sedikit menghiburnya.
"Sudah sejak kapan?"
Jisung menoleh ke arah manajer yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Apanya?"
"Sejak kapan kau dikuntit dan diteror?"
Jisung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau tepatnya, tapi beberapa waktu lalu? Atau sudah satu bulan? Ah ternyata sudah lumayan lama."
"Seorang tetangga dorm tidak sengaja melempar batu ke kamar ku. Doyoung Hyung bilang, tetangga melihat sebuah drone mengintai kamar ku. Mungkin sejak saat itu."
Manajer duduk di kasur, di samping Jisung. Ia menatap Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa kau tidak bilang?"
Jisung menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
"Pelacaknya sudah dilepas, jadi besok kita akan melanjutkan syuting. Tapi Hyung tidak ikut, karena Hyung akan ke perusahaan. Hyung harus melapor, dan mencari orang yang menguntit mu."
Jisung tersenyum. "Terima kasih Hyung," ucapnya tulus.
"Lain kali, jika terjadi sesuatu harus bilang pada Hyung. Pergilah ke kamarmu, ini sudah malam."
Jisung mengangguk, ia pun keluar dari kamar manajernya. Baru menutup pintu, seseorang dari lawan arah membuatnya mengernyit. Seseorang yang tidak asing.
"Kau?"
"Bagaimana kau bisa di sini?"
Jisung menunjuk laki-laki di depannya, sementara yang ditunjuk mendengus dingin.
"Wae? Apa hanya orang yang sudah debut yang boleh ke sini?"
Plakk
"Yaa! Jaga bicaramu, dia sunbaenim. Maafkan kami sunbaenim."
Dua orang itu, adalah trainee. Trainee yang rencananya akan debut dengan Jisung, unit muda NCT.
NCT Young.
Tapi, kemarin manajer mengatakan kalau rencana itu sudah dibatalkan. Berarti, mereka berenam batal debut. Mereka pasti sangat membenci Jisung, seperti salah satu laki-laki di depannya yang sekarang menatap Jisung tajam. Tatapannya menusuk, dan membunuh. Bahkan tangannya terkepal kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...