[Hanya fiksi]
•••
"Jisung-ah gwenchana? Apa tidak terjadi apapun?"
Jisung terdiam sebentar, haruskah ia memberi tahu tentang batu itu?
"Em, aku tidak apa-apa kok Hyung. Tidak ada yang terjadi."
Entahlah, kenapa Jisung berbohong.
"Sungguh? Kau sungguh tidak apa-apa? Sungguh tidak ada yang terjadi?"
Doyoung menatap Jisung curiga, dan Jisung mengangguk lucu.
"Sungguh Hyung. Kenapa?"
Doyoung menggeleng pelan. "Tidak ada. Kalau begitu kau kembalilah tidur."
Doyoung pun kembali menutup pintu kamar Jisung. Sementara Jisung membuka genggaman tangannya yang memegang batu kecil.
Jisung menggelengkan kepalanya, dan membuang batu kecil itu ke tempat sampah.
"Lebih baik aku tidur," gumamnya.
Jisung pun membaringkan tubuhnya di kasur, dan memejamkan matanya.
Lima menit, mata itu kembali terbuka. Ia menghela napasnya kasar, lalu berganti posisi.
Tidak bertahan lama, Jisung kembali membuka matanya. Ia tidak bisa tidur.Jisung keluar dari kamarnya, pergi ke dapur untuk minum. Setelah minum, Jisung melirik pintu kamar member lain.
Haruskah ia bercerita?
Sepertinya bukan hal baik, jika Jisung menyembunyikannya. Atau, haruskah Jisung bercerita kepada Chenle?
Tapi, di jam ini pasti Chenle sudah tidur. Lagipula Chenle harus beristirahat, agar ia benar-benar pulih. Sepertinya hematoma itu sakit parah.Lalu Jisung harus apa?
Jisung menghampiri pintu kamar satu ke kamar yang lain, bolak-balik. Kepada siapa ia bercerita, sebaiknya?
Taeyong. Bukankah dia leader?
Atau Yuta? Sepertinya tidak buruk. Yuta sangat menyayangi Jisung.
Atau Johnny? Johnny sangat bisa diandalkan dan jiwanya seperti Appa.
Jaehyun? Jisung sudah tidak canggung dengan Jaehyun. Jaehyun juga sangat penyayang.
Atau Jungwoo?
Taeil? Taeil adalah tertua. Lalu apa hubungannya tertua dengan bercerita?
Jisung melirik ke arah pintu di depannya, pintu kamar Doyoung. Jisung paling dekat dengan Doyoung.
Haruskah ia bercerita kepada Doyoung saja? Tadi sebelum tidur, Doyoung juga menanyakan keadaannya.
Jisung mengerang pelan, mengacak rambutnya frustasi.
Jisung kembali bolak-balik, menghampiri satu pintu ke pintu yang lain. Ia benar-benar tidak bisa memilih.
Ia harus bercerita sekarang, karena Jisung tidak bisa tidur jika belum bercerita. Pikirannya kacau.
Tapi rasanya tidak adil jika hanya bercerita pada satu orang saja!!!
"Kkamjjagiya!"
Saat melewati pintu Doyoung entah untuk ke berapa kalinya, pintu terbuka. Si empu berjengit kaget, dan memundurkan langkahnya.
Doyoung mengelus dadanya, dan menghembuskan napasnya pelan."J-jisung?"
"Em ... Hai Hyung!"
Jisung melambaikan tangannya, tersenyum lebar. Doyoung melebarkan matanya. Hai? Apa itu jawaban yang tepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...