[Hanya fiksi]
•••
Jisung menoleh ke arah Chenle yang sedang menyetir tanpa mengatakan apapun.
Ini tidak normal. Jalan mobil termasuk lambat, dan wajah Chenle terlihat sangat tegang. Jisung melihat setetes keringat mulai menetes di dahi Chenle, dan semakin banyak. Jisung pun menjadi panik, ia mengguncang tubuh Chenle.
"Chenle-ya gwenchana? Apa kau sakit?"
Tepat saat terdengar klakson truk, tubuh Chenle bergetar dan laju mobil tidak terkendali.
"Chenle!!!"
Jisung pun memegang setir, dan membelokkan mobilnya ke pinggir jalan menghindari truk, lalu menginjak kaki Chenle untuk mengerem mobil. Ia terpaksa.
Jisung kembali menatap Chenle yang napasnya tersengal. Bahkan Chenle memegang dada kirinya.
Hahhh hh–hahhh hahhhh
"C–chenle? Chenle kau kenapa?"
Chenle memegang erat stir mobilnya, tubuhnya masih bergetar dan napasnya semakin tidak teratur.
Jisung pun melepaskan seatbeltnya lalu memeluk Chenle. Jisung mengelus dan menepuk punggung Chenle. Sementara Chenle meremat kuat kaus Jisung.
Jisung tidak tau apa yang terjadi kepada Chenle, jadi Jisung hanya diam.
Setelah sepuluh menit dalam posisi seperti itu, akhirnya Chenle mulai tenang. Chenle melepaskan pelukannya, sementara Jisung memegang pinggangnya yang sedikit sakit. Sebenarnya, posisi pelukan tadi sedikit tidak nyaman.
Chenle menghapus air matanya, dan terkekeh kecil melihat itu.
"Waee?? Posisinya sangat tidak nyaman, kau tau." Seru Jisung, tidak terima.
"Siapa yang memeluk duluan? Apa kau sangat menyukaiku sampai memaksa untuk memelukku?"
Jisung tidak bisa berkata-kata dengan jawaban Chenle. Wahh kenapa Chenle sangat menyebalkan?
Sementara Chenle kembali terkekeh berhasil membuat Jisung kesal.
"Chenle-ya, kau kenapa?"
Chenle menatap jalanan raya. Mobil, motor, atau truk berlalu lalang.
"Aku, sebenarnya aku masih tidak bisa mengendarai mobil. Aku—"
"Mwo?! Kau tidak bisa mengendarai mobil tapi membeli mobil?!"
Chenle mendengus. Jisung memotong ucapannya.
"Diam dulu, Park Jisung!"
Jisung mengerucutkan bibirnya, dan itu sama sekali tidak membuat Chenle gemas.
"Molla! Aku sudah tidak ada minat untuk menjelaskan!"
"Aaa arraseo. Aaa mianhae, lanjutan cerita mu."
Jisung menahan Chenle yang hendak keluar dari mobil."Seberapa besar kau penasaran?" tanya Chenle.
Jisung menghela napasnya. "Sangat besar. Saaaaangat besar."
"Sebesar cintamu pada sijeuni?"
"Eum, itu ... "
"Aku tidak akan menceritakannya!"
Chenle memunggungi Jisung, ngambek.
Lagi-lagi Jisung menghela napasnya. Ia pun menepuk pundak Chenle, agar Chenle menatapnya. Tapi Chenle malah menepis tangannya, masih kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...