[Hanya fiksi]
•••
Mata sipit itu terbuka perlahan, mengernyit saat sinar lampu membuatnya silau. Ia menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri, dan mencoba memutar otaknya dimana kiranya ia sekarang dan apa yang sudah terjadi.
"Kau sudah bangun?"
Laki-laki itu pun menoleh ke samping kanan, mendengar sebuah suara yang tidak asing.
"E–eomma?"
Ia berdehem pelan saat suaranya tidak keluar, susah untuk berbicara."Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih merasa pusing?"
Jisung diam sebentar, sepertinya ia baik-baik saja hanya sedikit pusing.
"Sedikit pusing eomma. Tapi ini dimana?"
Jisung menatap sekeliling. Ah, ia memakai selang infus?
"Rumah sakit. Taeyong bilang demam mu sangat tinggi, dan tidak turun. Karena itu pagi buta Taeyong membawamu ke rumah sakit."
"Taeyong Hyung pasti sangat kelelahan. Eomma juga pasti tidak mandi, dan langsung ke sini saat ditelepon 'kan? Mianhae ... "
Eomma Park menggelengkan kepalanya. "Apa sekarang mandi itu penting?"
"Tentu saja penting, sekarang eomma bau dan itu membuatku pusing."
Jisung terkekeh kecil diakhir kalimatnya, membuat Eomma Park hanya menggelengkan kepalanya. Terkadang Jisung memang menyebalkan. Tidak sering kok. Karena Jisung anak baik.
"Dokter bilang penyebab demam mu adalah stress. Apa yang membuatmu sangat stress hingga sakit? Kenapa tidak memberitahukan masalah mu pada eomma?"
Jisung diam. Ia kembali mengingat tadi malam, saat ia mendapatkan sebuah pesan berisi video.
"Eomma, di mana ponselku?"
Eomma Park mengernyit. "Ponsel? Eomma tidak tau. Kenapa memang?"
"Aku ingin menghubungi Chenle," jawab Jisung jujur.
Memang begitu banyak hal yang ada dipikiran Jisung. Termasuk Chenle yang ia tinggal kemarin.
"Lupakan ponselmu, tidurlah lagi. Kau harus istirahat agar besok kau sembuh. Apa kau tidak ingin pergi ke Jeju?"
Ah benar! NCT Life.
"Lupakan apapun yang kau pikirkan sekarang, bersenang-senanglah di Jeju. Jika kau mau, eomma juga akan ikut bersama mu."
"Tidak perlu eomma. Aku akan bersenang-senang bersama hyungdeul. Kalau begitu aku akan tidur lagi."
Bukan hanya Jisung, member lainnya pun sangat menantikan merekam NCT Life. Jisung harus beristirahat agar sembuh, dan kembali menjalankan jadwal.
Eomma Park mencium kening putra bungsunya, dan ia pun keluar. Ia hanya ingin membeli makanan untuk putranya nanti setelah kembali bangun.
Tepat setelah pintu ditutup, Jisung kembali membuka matanya. Ia membuka selimutnya, dan turun dari brankar.
"Akhh ... "
Jisung meringis pelan saat dingin lantai menyentuh telapak kakinya. Pusing kembali menyerang, tapi itu hanya beberapa detik. Jisung pun keluar dari ruangannya dengan membawa tiang infusnya, tanpa alas kaki.
"Pasien! Pasien apa yang anda lakukan?"
Seorang wanita berpakaian perawat menghampiri Jisung. Jisung membungkuk kecil.
"Saya akan kembali Sus, bolehkah pinjamkan saya ponsel? Saya butuh menelepon seseorang. Sebentar saja."
Suster terlihat ragu.
"Jeball," pinta Jisung dengan ekspresi memelasnya.
Akhirnya suster pun mengeluarkan benda persegi panjangnya, membuka pin ponsel lalu menyerahkannya pada Jisung.
Jisung mulai menekan beberapa nomor, dan menempelkan ponsel itu ke telinganya.
Lama menunggu, akhirnya panggilan di jawab.
"Wae—"
"Chenle ini tidak lucu!"
Jisung berseru kesal, hampir marah memotong ucapan Chenle.
"Mwo? Apa yang kulakukan? Aku tidak sedang melucu."
"Kau yang mengirim pesan dan videonya tadi malam 'kan?"
"Apa maksudmu Park Jisung? Pesan apa? Video apa? Apa kau sedang menuduhku huh?"
Jisung terdiam. Jadi bukan Chenle? Lalu, siapa?
"Chenle-ya, sebuah pesan mengatakan kalau dia adalah Renjun hyung ... "
Jika bukan yang sedang bermain-main, lalu siapa? Apa itu benar-benar Renjun? Benarkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...