[Hanya fiksi]
•••
"Akh ... "
Di sebuah kamar, suara erangan itu terdengar dari balik gundukan selimut.
Penghuni kamar itu menggulung seluruh tubuhnya dengan selimut putihnya.Srekk
Dengan sekali hentakkan, ia menyibak selimutnya. Matanya menyipit saat sinar matahari langsung mengarah ke netranya.
Kemudian tangannya memijat pelipisnya karena pusing.
"Arghh berapa banyak yang ku minum? Kenapa sangat pusing," gumamnya.
Ceklek
Pintu terbuka, si empu langsung menoleh untuk melihat siapa yang sudah membangunkannya di jam ini. Jam satu siang.
"Jisung-ah waktunya bangun, ini sudah siang. Aku membuat kongnamul guk beberapa jam lalu, apa kau ingin aku menghangatkannya lagi?"
"Sup pengar? Iya, aku mau Hyung. Tolong hangatkan supnya untukku."
Taeyong terkekeh kecil, lalu kembali menutup pintu Jisung dan pergi menghangatkan sup yang berfungsi mengurangi rasa pusing setelah minum alkohol.
Jisung bangkit, duduk melamun. Anggap saja sedang mengumpulkan nyawa. Beberapa kali Jisung menguap, dan menggaruk lehernya.
Menghela napasnya pelan, lalu keluar dari kamar menuju dapur.
"Kau sudah bangun, Jisung-ah?"
Jisung hanya berdehem singkat saat Jaehyun menyapa. Perutnya sudah ingin diisi sup.
"Tidurmu nyenyak?" tanya Johnny yang juga sedang di dapur, meminum kopi.
"Iya, tentu saja Hyung."
"Jja, ini sup mu."
Taeyong menyajikan semangkuk sup pengar sederhana.
"Wahh terima kasih Hyung!"
Jisung langsung menyuap supnya, dan bergumam tidak jelas mengagumi supnya yang terasa enak. Taeyong, dan Johnny yang melihat itu pun terkekeh merasa gemas.
"Tapi Jisung-ah, kenapa kemarin malam kau belum tidur? Malam-malam di dapur bersama Doyoung, apa kalian melakukan sesuatu yang menyenangkan tanpa kami?"
Jisung menggeleng. "Aku akan menjelaskannya setelah menghabiskan ini Hyung," ucap Jisung dengan lucu.
Lagi-lagi dua orang yang lebih tua itu dibuat gemas.
"Jisung-ah ada paket untuk mu."
Ketiganya menoleh menatap Jungwoo yang datang dengan americano di tangannya.
"Paket? Aku tidak memesan apapun."
Jisung mengernyit, lalu meletakkan mangkuknya yang sudah kosong.
Jungwoo mengedikkan bahunya. "Aku dan Jaehyun Hyung sudah membukanya, itu hanya sepatu."
Jisung bangkit, pergi menuju ruang tengah. "Aku akan melihatnya."
"Terima kasih supnya, Hyung!"
Jisung berlari kecil, dan mengambil kotak paket di meja.
"Kau sudah bangun, Jisung-ah?"
Jisung menjawab singkat pertanyaan Yuta, lalu melihat-lihat sepatunya. Hanya sepatu olahraga biasa berwarna putih. Tapi tunggu!
Jisung mengambil secarik kertas kecil yang disobek, dengan tulisan tangan menulis namanya, dan angka empat. Tulisan itu ditulis dengan tinta merah. Apa artinya?
"Wae Jisung-ah? Apa ada yang salah dengan sepatunya?"
Jisung menoleh ke arah Taeyong dan yang lain yang sedang bersantai menonton TV. Jisung menggelengkan kepalanya.
"Tidak Hyuug. Aku akan mandi dulu Hyung!"
Jisung membawa paket itu dan meletakkannya di atas kasur lalu menyambar handuknya, pergi mandi.
Di ruang tengah. Meski TV menyala, masing-masing member fokus dengan ponsel mereka.
Saat bel pintu berbunyi, seketika mereka semua menoleh dan saling menatap satu sama lain karena bingung. Siapa yang datang? Manajer 'kan tau pin pintunya.
"Aku akan membukakan."
Taeil bangkit dari duduknya, dan berjalan menghampiri pintu. Yang lainnya menatap penasaran.
Ceklek
Seorang wanita berusia tiga puluhan, dengan tangan memegang tas lumayan besar.
"Eomma!!"
Seorang anak kecil berusia empat tahunan menghampiri wanita itu. Anak kecil yang menggendong tas kecilnya.
"Ahh annyeong, saya kakak ipar Jisung."
Mereka semua melebarkan mata. Mereka langsung gelagapan.
"Mertua saya sedang sibuk, jadi beliau memerintahkan saya untuk mengantar makanan kesukaan Jisung."
"Masuklah Noona, masuk."
"Aigoo kiyowoo, siapa namanya Noona?"
Taeil membantu membawakan tas berisi makanan yang ditenteng wanita itu, dan mencubit pipi gembul keponakan Jisung.
"Jinwoo," jawab wanita itu.
"Kalau begitu saya akan memanggil Jisung," ucap Yuta seraya pergi ke kamar Jisung.
•••••••
Ceklek
Jisung mengusak rambutnya dengan handuk. Ia baru saja menyelesaikan mandinya. Ia membuang asal handuknya, kemudian membuka lemarinya hendak mengambil hoodie kesukaannya.
Jisung berjengit kaget melihat benda di depannya. Ia melirik kotak paket di kasurnya yang berisi sepatu.
Sepatu di kotak paket itu hanya tinggal satu, dan pasangan sepatu itu digantung di lemarinya. Siapa yang melakukannya?!
Apa maksudnya semua ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...