[Hanya fiksi]
•••
Seorang laki-laki berdiri dengan menaruh kedua belah tangannya pada pinggang, berkacak pinggang dan memasang ekspresi lucu menatap lemari di depannya. Dia sedang berpikir.
"Aku tidak takut pada kalian, lihat saja jika kalian melempar batu lagi maka aku akan melemparkannya kembali"
Setelah bergumam, Jisung berlari kecil keluar dari kamar.
"Hyung!"
Semua orang yang lebih tua dari Jisung pun menoleh, saat laki-laki tinggi itu hanya memanggil embel-embel Hyung.
"Em, bantu aku memindahkan lemari ku."
"Lemari? Biarkan di situ Jisung-ah, jika-"
"Aku akan melemparkannya kembali ke orang itu Hyung. Aku tidak akan takut dengan orang-orang seperti mereka lagi."
Jisung menatap semua member dengan ekspresi meyakinkan, memotong ucapan Taeyong.
Semua member diam sejenak, berpikir. Di rasa-rasa, bukan hal bagus jika lemari yang menutup jendela kamar Jisung itu dipindah.
"Aku tidak pernah mendengar suara batu yang dilempar lagi Hyung, jendelanya tidak berbunyi. Mereka sudah tidak membenciku."
Taeyong menghembuskan napasnya panjang, dan menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, ayo kita pindahkan. Johnny-ya, Jaehyun-ah bantu aku."
"Aku akan membantu kalian juga," ucap Yuta.
Bukan hanya mereka berempat, akhirnya semua member pergi ke kamar Jisung untuk memindahkan lemari ke tempat semula.
Jisung tersenyum lebar, dan langsung berlari kecil ke jendela untuk membuka jendela.
Sinar senja oranye pun masuk, bersamaan dengan angin semeribit.
"Wahh!" seru Jisung.
Melihat itu, semua member pun tersenyum. Jisung terlihat sangat bahagia. Ya, dengan menutup jendela memang seperti mengurung Jisung di kamar.
"Haechan Hyung!"
Mereka sedikit terkejut, langsung menoleh ke luar jendela. Ahh ternyata matahari.
"Kukira Haechan kembali hidup, seperti Chenle."
Jisung menatap Jungwoo dan menggaruk belakang kepalanya.
"Maaf mengejutkan kalian," ucap Jisung.
"Tidak, jangan meminta maaf. Memang benar kok, itu adalah Haechan. Haechan selalu bersama kita."
Jisung tersenyum lebar, dan mengangguk. Doyoung mengacak rambut Jisung. Sepertinya Jisung sudah menerima kenyataan, dan tidak kesakitan lagi tentang kecelakaan satu tahun lalu.
"Jja! Aku sudah lapar, kalian ingin makan apa biar aku yang memesan."
"Samgyeopsal kajja!!"
Bukan memesan, mereka berdelapan pergi ke restoran terdekat untuk makan malam. Sebenarnya bukan makan malam, karena ini belum malam.
Saat tidak ada kesibukan, mereka akan lebih sering makan. Ya, kali ini mereka sedang istirahat lumayan panjang. Mungkin sekitar tiga sampai empat bulan NCT 127 akan beristirahat. Setelah NCT 127 comeback bulan lalu, sekarang WayV sedang mempersiapkan comeback mereka.
Mungkin sebentar lagi mereka akan melakukan jadwal mereka yang tertunda, yaitu merekam NCT Life. Tapi, untuk saat ini mereka benar-benar bebas. Sama sekali tidak ada kesibukan.
Sepanjang hari bebas, dan semua member selalu memanjakan Jisung. Doyoung atau Taeyong juga sering memasak di dapur bersama Jisung. Mereka mengajari Jisung memasak, karena Jisung yang meminta tentu saja.
Jisung juga bermain game, dan melakukan hal lainnya. Waktu satu minggu ternyata sangat cukup bagi Jisung untuk dekat dengan 127 Hyung.
"Chenle-ya, apa yang kau lakukan? Jangan bohong lagi," ucap Jisung seraya menempelkan benda persegi panjang ke telinganya. Ia sedang menatap ke luar jendela.
Sejak lemari dipindahkan, Jisung juga menjadi sangat hobi melihat pemandangan luar jendela.
"Hmm ... Aku hanya sedang membuat beberapa makanan di dapur. Mama sedang pergi, dan aku lapar."
"Benarkah? Kau tau, sekarang aku jago memasak. Taeyong dan Doyoung Hyung mengajariku."
"He'em, arraseo. Jalhaesseo ... "
"Aku tidak berbohong! Aku sungguhan, Chenle."
"Ku bilang arraseo."
Jisung berdecak kecil, dan terdengar kekehan dari seberang telepon. Chenle selalu bahagia setelah menggodanya.
"Kaundae, Chenle-ya aku penasaran dengan satu hal."
"Wae? Tanyakan saja."
"Bukankah kau sudah melakukan operasi untuk hematoma mu?"
"Hem, lalu?"
"Itu artinya kau akan sembuh. Tapi, kenapa kau memutuskan keluar dari NCT dan SM? Kau bisa kembali setelah kau sehat 'kan? Kenapa harus keluar?"
Hening. Tidak ada jawaban dari Chenle. Jisung menjadi sedikit merasa bersalah, kenapa ia menanyakan hal seperti ini. Tapi, melihat Chenle yang sangat bahagia saat melakukan konser hal ini memang patut ditanyakan.
"Jisung-ah ... "
"Eoh? Wae? Em, Chenle-ya kau tidak perlu menjawabnya jika-"
"Kurasa aku harus mematikan teleponnya."
"Waee??? Arraseo mianhae, aku tidak akan bertanya-"
"Daegal sedang sangat rewel."
"Ya! Daegal turun!"
"Ku matikan."
Tuttt
"Daegal?"
Jisung menatap layar ponselnya yang menampilkan kontak Chenle.
"Aku sudah lama tidak bertemu Daegal."
"Dan, apakah Chenle menyembunyikan sesuatu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...