[Hanya fiksi]
•••
"Jja!"
Chenle memberikan benda persegi panjang itu ke Jisung. Si empu pun menggeser layarnya, melihat-lihat isi menu ponsel barunya.
"Sudah 'kan? Aku sudah mengganti rugi," ucap Chenle hanya dibalas anggukan kecil dari Jisung.
"Aku ingin pulang, aku lelah."
Jisung ikut bangkit, dan berjalan di samping Chenle yang sedang mencari taksi.
Setelah menangis di dorm, Chenle mengajak Jisung ke toko ponsel dan membeli ponsel baru untuk Jisung. Dan sekarang, Jisung hanya ingin pulang. Ia lelah.
"Chenle-ya, apa kau tidak ingin mencoba naik mobil? Jika kau tidak memakai mobilnya, kenapa kau membeli?"
Sedikit ragu menanyakan itu, tapi Jisung ingin Chenle melawan rasa takutnya.Chenle melirik sekilas lalu mengangguk. "Aku akan berusaha, nanti."
Jisung menghela napasnya, ia tidak bisa memaksa Chenle. Ia tau, melawan trauma itu memang bukan hal mudah. Lagipula, Jisung tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan Chenle.
"Aku ingin pulang ke dorm saja, sepertinya hyungdeul menungguku."
Chenle mengangguk tanpa menjawab, ia fokus pada ponselnya membuat Jisung sedikit kesal.
"Chenle-ya," panggil Jisung.
"Hng?"
"Berapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku? Sebanyak apa yang tidak aku tau tentangmu? Kenapa kau, tidak pernah bercerita."
Jisung kembali ingat kekesalannya tadi siang, karena ia sama sekali tidak tau rencana Chenle menjadi produser lagu.
Chenle mengalihkan fokusnya, menatap Jisung. Ya, Chenle tau kalau Jisung sedang kesal padanya. Chenle menyimpan ponselnya di saku lalu balas menatap Jisung.
"Apa yang ingin kau tau?"
Bukannya menjawab, Chenle balik bertanya.
"Semua. Semua yang tidak aku tau."
"Semua? Seperti hari ini aku memandikan Daegal dengan—"
"Bukan seperti itu, yaa Zhong Chenle!"
Jisung sudah mengangkat tangannya, benar-benar kehilangan kesabarannya menghadapi Chenle. Sementara Chenle terkekeh kecil.
"Em, aku tidak tau harus memulai dari mana—"
"Jadi ada banyak? Ada banyak hal yang kau sembunyikan dariku?"
Chenle mengangguk. "Tentu saja."
"Wae? Kenapa kau tidak pernah bercerita? Apa benar kita teman?"
Jisung ingin Chenle bercerita padanya, seperti ia bercerita pada Chenle. Karena seperti itulah teman, bukan?
"Apa aku pernah berteman denganmu?"
Habis sudah kesabaran Jisung. "Aku akan turun di sini."
"Yaa! Arraseo, akan ku beritahu. Jangan turun di sini, atau sesuatu akan terjadi."
"Sesuatu?" Jisung mengernyit.
"Kau sedang diteror 'kan? Jika tiba-tiba seseorang datang dan terjadi sesuatu padamu, bagaimana?"
Dan perkataan Chenle ini berhasil membuat hati Jisung melunak. Kesalnya mendadak hilang.
Jisung pun diam duduk di mobil, menuruti Chenle."Emm, aku terus merindukan Korea jadi aku datang. Tentu saja aku datang bukan tanpa rencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. I'm Tired : Park Jisung
Fanfiction[Lengkap] Dengan Chenle menyelamatkan Jisung setelah melihat mimpi buruknya, apakah itu memang hal yang terbaik untuk Jisung? Ini tentang Jisung yang lelah dengan permainan takdir untuk hidupnya. Kenapa hidupnya sangat rumit? Benar-benar melelahkan...