27. Sesak

864 97 11
                                    

Shaka : Udah sampai belum?
Shaka : Nat?

Shaka menatap tanda centang satu pada pesan yang ia kirimkan pada Natha setengah jam yang lalu. Kerutan di keningnya tercetak jelas, bertanya-tanya kenapa Natha tak mengaktifkan ponselnya dan membalas pesannya.

"Kenapa, Shak? Sibuk amat kayanya," ujar Mahesa pada Shaka. Heran pada Shaka yang terlalu sibuk dengan ponselnya sampai mengabaikan teman-temannya yang lain.

Shaka menoleh, "Ini, Natha belum balas chat gue. Hapenya gak aktif."

"Lupa kali," sahut Jero yang sedang main PS bersama Bimo.

"Gak mungkin lupa, dia pasti selalu ngabarin gue kalau udah sampe. Tapi sampai sekarang chat gue belum dibalas. Apa mungkin terjadi sesuatu sama dia?" tanya Shaka lebih pada dirinya sendiri. Raut cowok itu berganti cemas ketika memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Jangan mikir yang aneh-aneh dulu, Shak. Coba ditelpon sekali lagi, siapa tau dia udah sampe dan cuma ketiduran." Ethan angkat suara.

Shaka menurut. Ia lalu mulai menghubungi Natha, namun sampai dering terakhir pun teleponnya tak juga diangkat. "Ini pasti ada yang gak beres."

"Mungkin aja. Soalnya Miya baru aja nelpon gue suruh nanyain Natha ke elo, perasaannya tiba-tiba gak enak karna chatnya juga gak dibalas sama Natha," ucap Wira yang baru saja kembali dari teras.

Shaka menghembuskan napasnya kasar, ia mengantongi ponselnya seraya mengambil jaketnya yang ada di gantungan. "Gue pulang, mau mastiin kalau Natha baik-baik aja."

Bimo mengangguk, "Yoi, hati-hati. Titip salam juga buat Natha, semoga dia gak kenapa-napa."

Shaka tak menjawab dan langsung pergi dengan terburu-buru. Perasaannya memang sudah tak enak sejak tanah, namun Shaka berusaha berpikir jernih dan menganggap bahwa itu bukanlah hal yang harus dipikirkan.

Dalam hati, Shaka berharap agar Natha baik-baik saja dan dugaan Ethan yang mengatakan bahwa cewek itu ketiduran memanglah benar. Karena Shaka tidak tahu harus bagaimana jika ia tidak menemukan Natha di apartemen.

***

Natha berhasil kabur saat Arga lengah. Ia berlari susah payah dengan badan yang lemah. Langkahnya terseok-seok sambil sesekali melihat ke belakang. Beruntungnya Arga tak mengejar dan membiarkannya pergi. Natha berlari kencang sampai terjatuh beberapa kali yang menyebabkan lututnya berdarah.

Ia berhenti pada sebuah gang kecil yang sepi, lalu terduduk sambil memeluk badannya sendiri dengan air mata yang tak berhenti keluar dari sudut matanya. Natha berusaha menutupi badannya dengan dress yang sempat dirobek oleh Arga karena tadi ia sempat melawan.

Dalam heningnya malam, hanya terdengar isakan darinya yang berusaha mengenyahkan kejadian itu dari kepalanya. Natha takut, sangat takut. Ia menggigit bibirnya sendiri agar tangisnya terhenti. Namun tak bisa, kejadian tadi sangat berefek pada kondisi mentalnya sampai menenangkan diri saja tidak bisa ia lakukan.

Natha meringis saat merasakan nyeri di badannya akibat pukulan yang diberikan Arga. Kejadian itu tak bisa hilang, terus menghantui Natha sampai ia kesulitan bernapas karena dadanya yang terlalu sesak.

Natha tak tahu harus melakukan apa setelah ini. Cewek itu tetap berdiam pada tempatnya. Mungkin menunggu seseorang datang? Shaka? Mungkin saja jika cowok itu berhasil menemukannya. Atau, mungkin Natha hanya perlu berdiam sambil menunggu ajal menjemputnya? Karena sesungguhnya, ia tak bisa bertahan dengan keadaan seperti ini. Natha tak bisa.

***

"Natha?" Shaka memanggil setelah memasuki apartemen. Matanya menoleh sana-sini untuk mencari keberadaan Natha.

"Nat?" Shaka kembali memanggil. Ia menyusuri ruang makan, ruang tengah, sampai kamar mandi, namun tidak bisa menemukan keberadaan cewek itu. Shaka melangkah menuju kamar Natha dan berharap cewek itu ada di kamarnya, namun lagi-lagi nihil. Natha belum pulang.

Shaka mengacak-acak rambutnya kasar. Ia mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi nomor Natha, dan hasilnya tetap sama, Natha tidak aktif. Kepanikan telah melanda cowok itu. Ia lalu menghubungi nomor sang teman untuk meminta bantuan.

"Bim!" serunya begitu teleponnya diangkat.

"Yoi, kenapa?"

"Natha belum pulang. Gue bisa minta tolong buat bantu cari dia? ini gue juga mau nyari. Tolong banget ya, Bim, tolong banget bantu gue nyari Natha karna sampe sekarang dia gak ada kabar." Shaka langsung mengungkapkan maksudnya seraya berjalan keluar dari apartemen. Ia bahkan setengah berlari menuju baseman untuk mengambil mobilnya.

Shaka mengantongi ponselnya setelah mendapat jawaban dari Bimo. Cowok itu mengendarai mobilnya dengan hati yang tak tenang. Ia tak bisa berpikir jernih karena kelewat khawatir dengan Natha. Dalam hati, Shaka berharap agar Natha baik-baik saja.

Ia sempat menelpon Jia untuk memastikan apakah Natha ada di sana, namun jawabannya tetap tak membuat Shaka puas. Tak ada yang tahu posisi Natha sekarang, yang membuat Shaka sangat cemas.

Shaka berkendara dengan kecepatan pelan. Ia menyusuri jalan menuju rumah Miya seraya menoleh kanan kiri. Kening cowok itu berkerut saat melihat seorang perempuan yang terduduk di gang yang gelap. Shaka memberhentikan mobilnya, lalu menatap lama perempuan itu untuk memastikan.

Pupil matanya membesar saat mengenali bahwa itu adalah Natha. Dengan segera, Shaka turun dari mobilnya dan menghampiri Natha yang sedang menunduk dengan bahu bergetar.

Shaka berjongkok, lalu memegang kedua bahu Natha. "Nat?" panggilnya, pelan.

Natha mendongak dengan wajah yang basah karena air mata, belum lagi bibirnya berdarah dan pipinya yang memerah bekas tamparan. "Kenapa baru datang sekarang?" tanya cewek itu dengan suara parau.

Badan Shaka membeku. Jantungnya berdegup kencang, sesak di dadanya mendominasi, kekhawatirannya membuncah. Shaka tak percaya dengan pemandanngan yang baru saja dilihatnya. Tanpa terasa, setetes air menetes membasahi pipinya. Lidahnya kelu hanya untuk berbicara dan menanyakan apa yang sudah terjadi.

Natha mengusapp air matanya dengan tangan bergetar. "Kenapa gak datang dari tadi? Kenapa lo gak nyelamatin gue waktu diperkosa Arga? Kenapa, Shaka?" tanyanya pilu.

Arga?

Rahang Shaka mengeras mendengar nama itu. Natha diperkosa Arga? Bagaimana bisa cowok bajingan itu melakukan hal bejat pada Natha-nya?

"Lo bilang gue tanggung jawab lo di sini, tapi kenapa? Kenapa lo gak datang di waktu yang tepat? Kenapa lo gak nolongin gue?" Bahu Natha bergetar. Isak tangisnya semakin menjadi setelah mengatakan itu, seakan tengah menyesali Shaka yang terlambat menyelamatkannya.

"Gue takut, Shaka, gue takut. Kejadian tadi gak bisa hilang di kepala gue, gue gak suka, gue takut." Natha memukul-mukul kepalanya sendiri. Ia bahkan menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan pedih.

Shaka tak bisa berucap dan hanya bisa membawa Natha ke dalam pelukannya untuk ditenangkan. Dadanya benar-benar sesak tak terkendali. Shaka tak terima Natha diperlakukan seperti ini.

"Sakit banget, rasanya sakit banget, Shaka. Bahkan rasa pukulannya masih berasa sampai sekarang, gue ... gak kuat. Gue gak bisa kaya gini, gue gak mau, gue ... mau mati aja," lirih Natha parau dalam pelukan Shaka.

Shaka menggelengkan kepalanya dengan tangis yang tak berhenti turun dari sudut matanya.

"Gue ... gak kuat," bisik Natha sebelum kesadarannya hilang.

***

Hemm

Sampai ketemu di part selanjutnya!

Salam,

B

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang