Jangan lupa vote dan komennya!
Happy Reading!
Selesai dari mata kuliah terakhir, Jia dan Natha memutuskan untuk main ke rumah Miya. Mereka berencana untuk membuat kue bersama karena berhubung Miya juga lumayan pandai dalam hal baking.
Sedari tadi, Natha dan Jia mengikuti instruksi yang diberikan Miya. Kedua cewek itu masih buta dalam hal membuat kue. Untungnya Miya juga lumayan sabar menghadapi mereka.
"Ini gimana lagi, Mi?" tanya Natha setelah selesai me-mixer adonan.
"Ah ini biar gue aja yang tuang ke loyang, habis tu tinggal dioven," kata Miya.
Natha dan Jia mengangguk.
Miya kemudian mengambil alih pekerjaan Natha. "Jia bisa tolong ambilin loyang di deket kompor gak?" pinta Miya pada Jia yang sejak tadi diam memperhatikan.
"Ah, bentar." Jia mengambil loyang berukuran sedang itu, lalu menyerahkannya pada Miya.
Miya menuang adonan kue itu pada loyang, lalu membawanya menuju oven. Setelah berhasil mengatur suhunya, cewek itu tersenyum simpul. "Selagi nunggu matang, ayo kita ke kamar," ajak Miya yang langsung diangguki oleh Natha dan Jia.
Setelah mereka sampai di kamar Miya, ketiganya langsung merebahkan diri di kasur luas milik Miya. Natha menutup matanya, merasakan nyamannya berada di kasur empuk milik Miya, ditambah dengan suhu AC yang diatur sangat pas membuatnya serasa ingin tidur.
"Enak banget ya jadi Wira," ucap Natha setelah bangun dari posisi rebahannya. Cewek itu mengucek matanya, tidak jadi tidur karena jika ia ketiduran, maka kepalanya akan pusing.
"Enak kenapa?" tanya Miya heran. Ia menoleh pada Natha yang sudah kembali merebahkan dirinya.
"Ya enak aja, udah punya tunangan cantik, bisa masak pula. Ah, jadi kebayang kalo Wira mau makan kue, tinggal dibikinin, beuh kurang nikmat apa lagi hidupnya si Wira?" ceplos Natha.
"Yeeee itu mah enak versi lo, pikirannya makan mulu," sahut Jia.
Natha mendengus mendengar itu, "Ya gimana lagi dong? Gak ada yang lebih enak dari makanan soalnya."
Miya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Cewek cantik nan manis itu memang yang paling kalem di antara ketiganya.
"Ngomong-ngomong masalah tunangan, Jia udah ada gandengan belum nih?" tanya Miya penasaran.
Mendengar pertanyaan itu, Jia mendengkus, sementara Natha tertawa mengejek.
"Yang namanya Jia mana ada gandengan Mi, masih stuck di masa lalu dia mah," ucap Natha di sela-sela tawanya. Mengejek Jia adalah salah satu dari banyak hal yang disenangi Natha, terlebih jika melihat raut kesal Jia karena ejekannya.
Jia berdecak setelahnya, memang yang namanya Natha itu sangat menyebalkan. Selalu saja Shaka dibawa-bawa dalam setiap pembahasan mereka. Jia sampai pusing mendengarnya.
"Jadi beneran belum, Ji?" tanya Miya setelah tak mendengar adanya jawaban dari sang sahabat.
Jia mengangguk mengiyakan, "Gak tertarik soalnya."
"Ihh yang bener, Ji? Kok gue gak percaya, ya?" Natha tersenyum dengan tatapan menggoda.
Jia memutar bola matanya malas. Menghadapi Natha saat sedang usil selalu saja membuatnya emosi. "Diem Nat," ucap Jia pelan, mati-matian berusaha sabar agar tak kelepasan membentak.
"Cieee." Lagi-lagi Natha bertingkah.
"Natha!" Nah, ujung-ujungnya Jia kelepasan membentak.
Natha hanya bisa menyengir mendengar bentakan itu. "Hehe iya deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
Ficção AdolescenteBagi Arshaka, hanya ada dua perempuan yang menjadi prioritas di hidupnya. Pertama adalah ibunya, dan kedua adalah Zeanatha Aileen. Bagi sebagian orang di kampus, Natha adalah cewek paling beruntung. Memangnya siapa yang bisa membuat Shaka luluh se...