Topik tentang mahasiswa dari jurusan teknik komputer yang menjadi pelaku pemerkosaan masih jadi perbincangan di kampus sampai sekarang. Di setiap sisi di mana ada para mahasiswi yang berkumpul, Shaka selalu saja mendengar topik itu dibicarakan, padahal telah berlalu dua minggu sejak kejadian itu.
Akibat skandal yang terjadi, nama universitas mereka jadi tercoreng. Banyak berita yang ditayangkan meskipun pihak kampus sudah berusaha membatasi hal itu. Wajar jika banyak media menyoroti hal ini karena universitas tempat Shaka menimba ilmu adalah universitas terbaik di negeri ini.
Efeknya, jumlah pendaftar tahun ini jadi berkurang drastis. Para anak SMA yang lulus tahun ini memilih mengganti universitas tujuan mereka.
Shaka sedikit tersentak saat merasakan ada yang merangkul bahunya. Ia menoleh dan menemukan Jero yang menaik-turunkan alisnya selagi menatap sang sahabat.
"Kenapa sih?" tanya Shaka heran saat melihat raut menyebalkan Jero.
Jero cengengesan, ia terus berjalan sambil merangkul bahu Shaka sampai mereka keluar dari gedung. "Main yok, Shak. Dah lama nih lo gak ikut main, gak asik," ujar Jero.
"Baru juga dua minggu, lagian kalau gak ada gue juga gak bakal berefek apa-apa." Shaka membalas. Ia menepis tangan Jero agar melepaskan rangkulannya.
"Ayo lah, Shaka. Masa gak mau main? Gak capek apa sendirian terus di apart? Atau nggak gini aja deh, kami yang main ke apart lo aja gimana?" Jero menaik-turunkan alisnya selagi menunggu Shaka menjawab.
"Gak, gue tetep gak bisa," ucap Shaka. Cowok itu sudah hendak masuk ke mobilnya ketika Jero menahannya.
"Lo tuh jangan sedih terus dong, Shak. Sekali-kali main sama kita, hibur diri lo sendiri," ujar Jero.
Mendengar itu, Shaka hanya bisa mendengkus kasar. Ia masuk ke mobilnya tanpa perlu maladeni cowok itu lebih lama. Shaka hanya ingin pulang untuk saat ini, karena ia sedang tak mau bertemu teman-temannya jika hanya untuk mendengar keprihatinan mereka tentang Natha.
•••
Alunan musik menyapa indra pendengaran Shaka begitu ia keluar dari kamarnya. Cowok itu mengerjap, menelusuri semua area ruang tengah dengan matanya.
Tidak. Tidak ada siapa-siapa di sini selain dirinya sendiri.
Sejak beberapa hari yang lalu, Shaka memilih memutar musik untuk menemaninya yang merasa kesepian karena tidak ada Natha. Hampir seharian Shaka selalu memutar musik sampai tak sadar bahwa ia lupa mematikannya.
Shaka berjalan menuju dapur, lalu menghangatkan sup yang ia buat pagi tadi. Setelah selesai, Shaka duduk di meja makan untuk memakannya sendirian.
Shaka membuka ponselnya, matanya memandang roomchat antara dirinya dan Natha yang sudah tak ada pesan di sana selama dua minggu. Ingin sekali Shaka mengirim pesan pada Natha, namun Shaka tahu itu hanya akan berakhir sia-sia karena Natha tidak membuka ponselnya sama sekali.
Shaka mengerjap ketika mendapatkan notif pesan dari Sania. Tanpa pikir panjang, cowok itu langsung membukanya. Sania mengirimkan foto berupa Natha yang tengah makan, tak lupa tatapan kosong pada cewek itu.
Shaka menghentikan makannya seketika. Ia langsung menghubungi Sania untuk mengetahui kabar Natha lebih banyak. Tak menunggu waktu lama, teleponnya telah diterima oleh Sania.
"Halo, Shaka. Kenapa nelpon?"
"Natha gimana?" tanya Shaka to the point.
Ada keterdiaman di seberang sana selama beberapa saat yang membuat Shaka bertanya-tanya, apakah Natha sedang dalam keadaan tidak baik? Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi selagi menunggu Sania menjawab pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
Teen FictionBagi Arshaka, hanya ada dua perempuan yang menjadi prioritas di hidupnya. Pertama adalah ibunya, dan kedua adalah Zeanatha Aileen. Bagi sebagian orang di kampus, Natha adalah cewek paling beruntung. Memangnya siapa yang bisa membuat Shaka luluh se...