Prolog

11.4K 478 15
                                    

Happy reading ~~

Dia Jaemin. Dikatakan remaja, tapi umurnya sudah mau 23 tahun. Tapi dari wajahnya, siapa pun pasti akan mengira jika masih seorang remaja dengan umur belasan tahun. Baby face kalo kata orang mah.

Dia kerja di kafe. Jadi apa aja. Kadang jaga kasir, barista, atau kalau lagi rame banget, bisa juga jadi pelayan. Multi fungsi Jaemin tuh, apa aja bisa.

Hari ini, kafe sedang ramai. Jaemin begitu sibuk sampai tak sadar jika di salah satu kursi, di bagian belakang pojok dekat jendela lebih tepatnya, ada dua orang yang sedang memperhatikannya. Sedikit membicarakan soal dirinya juga.

"Namanya Jaemin kalo lo mau tau," kata salah satu dari dua orang lelaki itu.

"Gue gak nanya," ujar lelaki satunya, lantas menyedot minumannya.

"Itu informasi dari gue."

Lelaki berambut sedikit gondrong dengan warna blonde yang mencolok itu terlihat masih ingin mambahas seorang yang kini berada di balik meja kasir. Tapi sepertinya, kawannya nampak acuh tak perduli.

"Ayolah Jen, dia manis. Kan?"

"Manis atau nggak, urusannya sama gue apa?"

"Ck, coba dulu."

"Coba apa sih maksud lo? Gue bingung, sebenernya dari tadi lo tuh ngomong soal apa. Gak jelas banget."

"Jeno...Jenooo. Bego! Gue dari tadi itu, ngomongin cowok yang ada di balik meja kasir itu. Paham gak sih?!"

Lelaki bernama Jeno itu mengehela nafasnya dengan kasar. Dalam hati mengutuk temennya ini karena mengatainya bego. Sialan. Untung di luar kantor dan bukan jam kerja. Dia juga tahu, Hyunjin, temennya ini lagi ngomongin cowok itu. Tapi yang dia maksud, buat apa pula bilang cowok itu manis dan menyuruhnya untuk mencoba. Coba apa? Dipikir cowok itu makanan sampai harus dicoba?

"Jen, gue gak terlalu kenal sih sama dia. Tapi yang gue tau, dia itu baik. Gak saat lagi kerja kaya gini aja dia senyum kek gitu. Di luar pekerjaan pun dia sering senyum sama orang-orang. Ramah banget anaknya. Dan, gue rasa kalo lo mau hubungan yang serius kali ini, dia bisa jadi pilihan terbaik."

Apa nih? Hyunjin lagi coba comblangin Jeno sama cowok manis itu? Hell, yang benar saja. Jeno kenal aja nggak. Lagi pula,

"Jin, gue masih lurus kalo lo lupa. Kalo lo emang niat mau bantuin gue nyari orang yang bisa gue ajak serius, gak gitu juga caranya. Masa cowok lo tawarin ke gue?"

Jeno memang staright. Dari semua temen-temennya, bahkan keluarganya sekali pun, Jeno sendiri yang lurus.

Hyunjin merollingkan bola matanya jengah. Dia bukannya mau membuat Jeno belok, tapi dia yakin Jeno gak sepenuhnya lurus. Secara, lingkungannya aja gak ada yang lurus.

"Ya elah, Jen, gue kan bilang dicoba dulu. Siapa tau jodoh lo emang cowok, bukan cewek. Gak inget, sama yang terakhir gimana?"

"Tau deh, gue pusing. Lo cepet abisin tuh makanannya. Jam makan siang udah mau abis, kita harus cepet balik kantor."

Hyunjin mendesah pelan. Sebagai bawahan, bisa apa dia selain menurut?




🌱🌱🌱



Udah sore, harusnya dia sudah pulang. Kafe akan ditutup oleh pegawai yang lain karena jam tutupnya sampai jam 10 nanti. Jaemin jarang pulang sampai kafe tutup.

"Loh, kok masih di sini? gue pikir lo dah balik."

"Hmm, bentar lagi deh."

It's You |Nomin| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang