Part 3

3.5K 228 6
                                    

Happy reading ~~

Jaemin reflek kembali melihat ke arah pintu saat pintu itu terbuka. Itu sedari tadi ia lakukan hanya untuk memastikan jika dia bener-bener dateng.

Kali ini, dia melihat pelanggan yang baru saja masuk. Sendirian. Jika diperhatikan, dia cukup ganteng. Rambutnya agak gondrong dengan warna blonde yang mencolok.

Mata Jaemin sampe menyipit untuk bener-bener bisa memperhatikan detail dari orang itu.

"Masa dia?"

Lalu, pelanggan lain menghalangi pandangannya. Pelanggan itu hendak membayar, dan Jaemin terpaksa melayani pelanggan itu terlebih dahulu.

"Lah, ini si Jeno ke mana? gue pikir di belakang gue tadi?" Hyunjin bingung saat tidak menemukan Jeno di belakangnya.

Tapi, sesaat kemudian Jeno baru masuk dan menyusul Hyunjin. Mereka duduk di tempat yang sama dengan waktu itu.

"Mas!"

Seorang waiters pun menghampiri pelanggan di meja pojok itu.

Hyunjin dan Jeno memesan pesanan mereka pada waiters tersebut.

"Oh ya mas, nanti pesenenannya tolong yang nganter mas-mas yang jaga kasir itu ya."

"Ah, tapi saya gak berani bilang mas."

"Loh kenapa?"

"Itu...anu, dia kan-

"Ya udah, bilang aja pesenenan ini atas nama Jeno. Dia pasti mau kok."

"Ah, mmm...baik kalo gitu. Ditunggu, pesanannya. Permisi."




Jaemin membawa nampan berisi pesanan pelanggan. Dia berjalan ke arah meja bagian belakang. Jika diperhatikan, tangan Jaemin saat ini agak bergetar. Cuman Jaemin meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja.

"Pesanan meja nomer 13 atas nama Jeno?"

Deg

Saat suara lembut itu mengalun memasuki gendang telinganya, saat itulah Jeno menoleh. Hingga kedua pasang netra itu pun akhirnya bersibobrok.

Jika ini di drama, mungkin sudah ada backsound romantis yang mengiringi dua insan ini saling bertatapan. Hyunjin menjadi saksi di mana tatapan itu berlangsung cukup lama dan intens. Ah, ingin sekali dia melebur saat ini juga. Gak kuat dengan pemandangan uwu di hadapannya.

"Ekhem!"




🌱🌱🌱




Berakhir dengan Jeno dan Jaemin yang duduk berdua, sementara Hyunjin pindah ke kursi lain. Iyalah, mana mau dia jadi nyamuk.

"Jadi gimana?"

Jaemin mendongak, "Gimana apanya?"

"Saya."

Jaemin menaikkan sebelah alisnya dengan bibir yang tersenyum miring. Yah, dia paham maksudnya.

"Gak buruk."

Jeno mendengus, jawaban macam apa itu.

"Saya sudah pernah ke sini sebelumnya."

"Oh ya? Hmm, sayang sekali saya gak sadar."

"Karena kamu sibuk saat itu."

"Hmm...saya kenal kak Mark lama. Tapi saya gak tahu ternyata kak Mark punya adik."

"Bukan cuman kamu. Orang-orang pun gak banyak yang tau."

It's You |Nomin| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang