Part 19

1.4K 100 0
                                    

Happy reading ~~


"Halo Na?"

"Ya, mih?" Jaemin tengah merapihkan meja saat dirinya menerima telpon dari mamihnya.

"Kamu udah pulang?"

"Belum. Aku masih di kafe, tapi ini udah mau pulang kok."

"Pulangnya ke rumah mamih ya."

"Eh? Ada apa?"

"Kok ada apa? Kamu gak kangen sama mamih?"

"Hahaha..."

"Ketawa lagi."

"Hmm, iya nanti aku ke rumah."

"Ajak Jeno sekalian."

"Eh?"

"Gak papa, mamih sama Papih mau kenal juga sama dia. Kita belum pernah ngobrol secara pribadi kan sebelumnya?"

"Ahh...ya deh, nanti aku ajak Jeno juga."

"Ya udah, mamih tutup ya telponnya."

"Bye, sayang."

"Bye, mih."

Seperti biasa, Jeno datang ke kafe saat dia pulang dari kantornya.

"Kita pulang sekarang?" Tanya Jeno seraya membukakan pintu mobil untuk Jaemin.

Jaemin menggeleng kecil namun bibirnya tak kuasa menahan senyum. Perlakuan sekecil itu saja kadang bikin Jaemin berdebar. Jeno-nya perhatian sekali memang.

"Iya. Tapi kita pulangnya ke rumah mamih dulu ya," jawab Jaemin sesaat setelah Jeno sudah duduk di kursi kemudi.

"Ke rumah mamih?"

"Iya."

"Mamih...?"

"Mamih Zhan, Jeno. Bukannya aku udah cerita?"

"Oh, kakaknya bunda kamu?"

"Iyaaa. Mamihnya Renjun."

"Hm, sebenarnya aku masih bingung kenapa kamu manggil mamihnya Renjun, mamih?"

"Yaaa...kebiasaan dari kecil, mungkin? Aku, bang Ojun udah dari kecil manggil mamih Zhan, ya mamih. Toh, Renjunnya juga manggil bunda aku bunda juga."

"Hm, aku belum terlalu kenal sama semua keluarga kamu. Jadi masih bingung."

"Aku udah pernah cerita padahal soal semua keluargaku sama kamu."

"Tapi aku belum pernah ketemu sama mereka langsung. Aku tahunya cuman keluarga inti aja. Bahkan Renjun pun aku belum pernah ketemu secara langsung. Kalo gak sengaja liat pas kita vc an, aku gak tahu mukanya Renjun gimana."

"Hmmm...ya udah, berarti ini kesempatan kamu buat kenal mereka. Mungkin itu juga yang pengen mamih lakuin. Makanya minta kamu buat ke rumah."

"Ya kali ya? Duh, kok jadi deg-degan aku."

"Hahaha...kenapa?"

"Nggak, takutnya mereka beda sama ayah bunda kamu, Na."

"Uhmm...yaaaa nggak juga kok. Paling mamih yang agak bawel aja mungkin dari bunda. Terus, papih agak galak gitu. Nggak, bukan galak sih, tapi lebih ke serius orangnya. Susah buat diajak bercanda, gak kaya ayah. Itu doang, selebihnya sih sama aja."

"Iya, ayah kamu emang suka bercanda. Tapi tetep aja kalo lagi serius, apalagi kalo ngomongin soal kamu, auranya serem."

"Hahaha...ya sih, apalagi kalo ayah lagi emosi. Hmmm, aku anaknya aja kek ngerasa bakal dimakan hidup-hidup. Serem banget emang."

It's You |Nomin| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang