Part 14

1.6K 115 6
                                    

Happy reading ~~




Jeno tidak bisa fokus dengan apa yang sedang ia lakukan saat ini. Dia sedang ada di kantor, tapi tidak dengan pikirannya. Yang justru tengah gundah memikirkan belahan jiwanya.

Tidak, Jaemin-nya sedang tidak ngambek atau mendiamkannya lagi. Hanya hati Jeno saja yang tidak tenang karena memikirkan perasaan Jaemin terhadapnya. Jeno bukannya ragu, dia hanya terlalu takut. Bagaimana jika pada akhirnya Jaeminnya lah yang meragukannya dan memilih untuk pergi? Tentu saja Jeno tidak ingin itu terjadi.

Dari awal, Jaemin memang selalu menerima dan menyambut dengan baik perasaannya dan semua afeksi yang ia berikan. Jaemin sama sekali tidak menolak. Bahkan pernyataan cinta yang selalu ia lontarkan pun tak jarang selalu mendapat balasan. Yang artinya, Jaemin pun merasakan hal yang sama dengannya.

Yang membuat Jeno selalu merasa resah adalah, Jaeminnya yang kadang tidak pernah terbuka akan masa lalunya. Maksudnya, Jeno tidak sedang mempermasalahkan bagaimana Jaemin dengan masa lalunya tersebut. Bukan itu yang membuat Jeno gundah. Tapi saat di mana Jeno dengan sangat serius meminta Jaemin untuk seutuhnya menjadi miliknya, dalam artian menikah. Jawaban Jaemin selalu belum siap, seakan-akan masa lalunya itu terus saja menghantui. Itu yang kadang membuat Jeno penasaran, sebenarnya apa yang terjadi dengan kisah Jaemin di saat lalu? Rasa sakit dan kecewa yang seperti apa yang Jaemin alami. Bukan maksud apa, Jeno hanya ingin menjadi obat dan penyembuh atas semua rasa sakit dan kecewa yang Jaemin rasakan. Tapi dia bahkan tidak tahu secara detail yang terjadi pada Jaemin-nya karena Jaemin tidak pernah menceritakan soal itu. Sementara Jeno juga tidak bisa meminta Jaemin untuk menceritakannya disaat Jaemin sendiri tidak ingin.

Tok...tok...tok

Suara ketukan pintu berhasil menyadarkan Jeno dari lamunannya. Ia pun berusaha mengatur nafasnya dan menenangkan hati dan pikirannya.

"Masuk."

Jeno melirik sekilas orang yang baru saja masuk ke ruangannya itu. Yah, ternyata Hyunjin. Dia pikir siapa.

"Ada apa?" Tanya Jeno karena Hyunjin tak kunjung bersuara.

"Itu...anu Jen-," dari nadanya, jelas sekali jika Hyunjin sedang ragu untuk mengatakan sesuatu kepada Jeno.

"Ck, anu lo kenapa?"

"Haisshh..itu di luar ada--

"Ada siapa? Lama lo! Tinggal bilang juga."

"Hmm...di luar ada perempuan yang mau ketemu lo."

"Siapa? Chaeyoung?"

"Bukan mantan istri lo."

"Terus?"

"Perempuan yang deketin lo pas masih di Bali."

Kening Jeno langsung mengernyit. Mengingat siapa yang dimaksud Hyunjin. Ya, pasalnya banyak sekali perempuan yang berusaha mendekatinya saat masih di Bali. Tak perduli dengan status Jeno yang masih menikah atau pun sudah bercerai.

"Gue gak inget. Terus, ngapain dia di sini?"

"Ya mana gue tau! Dia bilang mau ketemu lo."

"Tch, gue gak ada urusan sama dia. Bilang aja gue sibuk, dan gak bisa nemuin siapa pun."

"Udah gue bilang gitu. Tapi dia tetep maksa Jen."

"Ya lo bilang apa kek, gue gak mau ketemu dia atau siapa pun yang gak ada urusan sama gue!"

"Ck, Tapi-

Brakkk

Belum sempat Hyunjin menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ada yang membuka pintu secara paksa. Tentu saja Hyunjin dan Jeno terkejut dan langsung mengarahkan fokusnya ke orang itu. Jeno bersiap membentak siapa pun yang berani masuk seenaknya seperti itu ke ruangannya.

It's You |Nomin| (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang