Bab 1 : Cobaan dari Masa Depan

4K 232 4
                                    

1 tahun kemudian.

Permata melihat skeptis surat kontrak kerjanya yang baru saja ditunjukkan Bu Dewi selaku Direktur Personalia perusahaan tempatnya bekerja. Yang di tatap hanya tersenyum ringan seakan berita yang dia sampaikan bukanlah perkara besar.

"Sepertinya tidak pernah ada pasal ini di dalam surat kontrak yang setahun lalu saya tanda tangani," Permata mencoba berbicara dengan tenang dan lambat – lambat untuk mengintimidasi Bu Dewi.

Tapi bukan Bu Dewi namanya jika dia gemetar. Bu Dewi memang terkenal galak di antara kalangan karyawan. Dia adalah seorang wanita paruh baya yang masih sendiri sampai saat ini. Sialnya lagi, selain sifatnya yang jutek, Bu Dewi sepertinya memiliki kesensian tersendiri dengan Permata yang masih mudah dan seorang janda.

"Mungkin Anda bisa segera mengecek kesehatan mata Anda sehabis pulang kerja, Bu Permata. Biantara Company sudah diakuisisi oleh Ganendra Company sehingga transfer karyawan seperti ini adalah hal yang lumrah untuk menstabilkan operasional perusahaan,"

Ucapan pedas itu tidak membuat Permata tersinggung sama sekali. Fokus Permata tertuju pada satu hal yaitu membaca lagi satu pasal dari kontrak kerjanya yang membuat dia menghela nafas dengan penuh sesak. Di antara belasan karyawan lain, kenapa harus dirinya?

Pasal 36 : Jika terjadi akuisisi terhadap Biantara Company, karyawan wajib mengikuti prosedur dari perusahaan pengakuisisi termasuk transfer dan pelatihan.

Itu tidak menjadi masalah jika saja perusahaan pengakuisisi tersebut bukanlah Ganendra Company. Di antara semua perusahaan di Bandung, kenapa harus di sini sih? Padahal Permata sudah berusaha untuk menjauh dari jangkauan dia. Permata sampai rela untuk pindah dari Jakarta ke Bandung dan tinggal di sebuah kompleks kecil. Tidak ketinggalan, Permata sudah sengaja memilih perusahaan yang tidak terlalu besar dan tidak memiliki hubungan dengan Ganendra Company.

Biantara Company sendiri adalah sebuah perusahaan penerbitan kecil yang berdomisili di Bandung. Meskipun tidak sebesar perusahaan penerbitan lainnya, tapi BC mampu menunjukkan kinerjanya yang bagus di sepak terjang dunia penerbitan. Terbukti dengan perusahaan ini yang menduduki posisi sepuluh besar perusahaan terbaik se-Indonesia selama dua tahun berturut – turut.

Seharusnya aku membaca kontrak kerja ini dengan lebih teliti! Mungkin pikiranku masih tidak fokus waktu setahun lalu aku melamar kerja disini, tapi uang dapat melakukan segalanya kan? Pikir Permata dengan curiga. Sedikit banyak Permata menyesali kewaspadaan dirinya yang lengah ketika baru saja terguncang akibat bercerai.

Jika Permata memutuskan untuk resign sekarang, dia harus membayar pinalti yang tidak sedikit. Hal itu akan menguras isi tabungannya. Permata sekarang sebatang kara. Orang tuanya sudah tidak sudi untuk mengakuinya sebagai anak. Dia mengandalkan pekerjaan ini untuk hidup kesehariannya dan anak – anak panti. Meskipun dia memiliki tabungan yang cukup, tapi tidak selamanya tabungan tersebut akan bertahan. Dan Permata lebih tidak sudi lagi untuk memakai harta gono – gini yang sudah diberikan oleh dia.

Kontrak ini masih berlaku untuk satu setengah tahun kedepan. Lagipula Permata kan bukan anak yang manja. Dari dulu dia sudah dididik dengan baik oleh orang tuanya untuk mandiri. Jadi seharusnya hal ini bukanlah perkara besar. Tidak mungkin seorang direktur utama berpapasan dengan posisi manajer kecil sepertinya. Jadi tidak ada alasan untuk keluar dan menyembunyikan diri lagi. Permata berusaha meyakinkan dirinya untuk berpikir positif. Selain itu, Permata memang tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

"Senin depan Anda sudah mulai bekerja di Jakarta. Tolong temui Direktur Personalia di sana untuk briefing singkat sebelum bekerja agar tidak terjadi miskomunikasi dan membuat malu BC. Ini berkas – berkas yang harus dibawa dan segeralah keluar dari ruangan Saya," Bu Dewi melanjutkan dengan ketus sambil memberikan sebuah amplop berwarna coklat.

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang