Bab 3 : Ruler of My World

2.9K 180 0
                                    

Panti Asuhan Kasih Sayang merupakan sebuah rumah mungil yang direnovasi sehingga memiliki tujuh kamar. Satu kamar untuk Bu Ajeng, satu kamar untuk Permata, empat kamar untuk anak – anak dengan kapasitas empat anak per kamar, dan terakhir satu kamar digunakan untuk ruang kerja Bu Ajeng menyimpan berkas – berkas.

Rumah ini merupakan peninggalan dari Kakek Bu Ajeng yang telah lama meninggal. Berbekal dari usaha rumahannya membuat kue – kue kering, Bu Ajeng akhirnya dapat merenovasi dan mendirikan sebuah panti asuhan. Namun kemalangan tidak pernah ada yang tahu kapan datangnya. Waktu itu, seorang anak asuh Bu Ajeng mengalami sakit parah yang membutuhkan biaya operasi cukup mahal. Karena tidak memiliki dana, Bu Ajeng terpaksa meminjam kepada rentenir.

Rencananya dia akan mengembalikan perlahan dengan menyisihkan hasil penjualan kue – kue keringnya. Tapi Bu Ajeng kurang teliti dalam memperhitungkan jika seorang rentenir adalah orang yang licik sehingga dalam waktu yang tidak lama hutangnya menjadi berbunga dengan tidak masuk akal.

Sekarang anak tersebut sudah tidak merasakan sakit lagi dan telah berpulang kepada Yang Maha Kuasa. Tidak ada penyesalan dalam hati Bu Ajeng, meskipun dia merasa sungkan pada Permata yang sudah membantunya dengan tanpa pamrih. Bu Ajeng bersyukur di pertemukan dengan sosok Permata yang sangat baik hati. Entah bagaimana nasib Bu Ajeng dan anak – anak jika tidak ada Permata.

"Bu, Permata mau ngomong sesuatu," saat suapan terakhir Permata berkata pada Bu Ajeng.

"Ada apa, Permata?" tidak biasanya raut wajah Permata sangat serius seperti ini.

"Hari senin, Permata di pindah tugaskan ke cabang Jakarta. Jadi sepertinya Permata akan mencari kost di sana untuk tinggal selama weekdays. Permata akan pulang setiap weekend, Bu," Permata menjelaskan dengan rasa gamang karena masih merasa ini adalah mimpi.

Bu Ajeng terdiam. Meskipun tidak tahu siapa sosok mantan suami Permata, tapi Bu Ajeng tahu Permata sedang "kabur" dari kota tersebut. Belum sempat Bu Ajeng merespons, sesosok pria lebih dulu menyelanya.

"Kamu?! Ke Jakarta?!" dialah Kaisar Hadyan, sahabat Permata sejak kecil.

Permata langsung menatap jengkel pelaku yang memasuki ruangan tempatnya dan Bu Ajeng baru saja selesai makan malam. "Aku sudah bilang, Kai, jangan sering – sering kemari!"

Kaisar mengabaikan hal tersebut dan mulai mengambil nasi serta lauk yang tersedia.

"Aku yang sering bertamu saja kaget kamu tiba – tiba bilang mau ke Jakarta. Gimana kalau aku jarang ke sini? Jangan – jangan kamu sudah ke Jakarta ga bilang – bilang," gerutu Kaisar.

Permata hanya menghela nafas diikuti kekehan kecil dari Bu Ajeng. "Bu, istirahat saja. Piringnya biar Permata yang cuci,"

Melihat Permata dan Kaisar membutuhkan waktu untuk berbincang, Bu Ajeng mengiyakan dan mengucapkan selamat malam sambil berlalu masuk ke kamarnya.

Permata lalu mulai mencuci piring di pantry membelakangi Kaisar yang sedang menikmati makan malamnya dengan khidmat. Hawa dingin dan suara air menemani waktu mereka sampai Kaisar lagi – lagi memutuskan untuk menyelanya.

"Jadi?" kini Kaisar sudah berada di samping Permata, mengamati perempuan itu yang mencuci piring sambil melamun.

"Kontrak kerja mengatakan aku harus patuh jika ada prosedur pengakuisisian," jelas Permata akhirnya.

Kaisar tersenyum sinis. "Dan perusahaan itu adalah Ganendra Company?"

Melihat tidak ada jawaban, Kaisar melanjutkan. "Besok aku akan mengajukan pertemuan dengan direktur utama Biantara Company–"

Permata mematikan aliran dari kran air. "Kai–"

"Ketika kami mencapai kata sepakat, GC mau tidak mau harus melepaskan tangan mereka–"

Permata tersenyum menyenangkan. "Kai, semua akan baik – baik saja. I'll be fine. Kamu sudah cukup berbuat banyak untuk diriku,"

"Tidak! Si brengsek itu harus tahu, He's not ruler of the world–"

"He is, Kai, He is," sela Permata. "At least, in mine,"

Tidak pernah ada hal yang lebih menyesakkan bagi Permata selain fakta bawah dia masih merupakan segalanya bagi Permata meskipun sudah bukan miliknya lagi.

---

Kaisar tidak mengerti apa yang ada di dalam otak Permata. Bisa – bisanya Permata masih memuja Aditya yang jelas – jelas sudah bersikap brengsek kepadanya?

Cinta Aditya itu bullshit bagi Kaisar! Jika memang benar Aditya sangat mencintai Permata dengan sepenuh hati, Aditya tidak akan mudah percaya dan terpengaruh begitu saja dengan omong kosong yang dia dan Permata lakukan setahun lalu.

Seharusnya Aditya mencari kebenarannya dahulu. Tapi jangankan bertanya satu dua hal, laki – laki kurang ajar itu langsung mengiyakan permintaan cerai dari Permata! Apakah itu yang dinamakan mencintai? Bukannya hubungan yang saling mencintai juga harus saling mempercayai?

Kaisar tidak akan membiarkan Permata jatuh ke dalam pelukan Aditya lagi. Kemarin, dia sudah mengalah demi kebahagiaan Permata. Kali ini, ketika Aditya sendiri yang dengan sukarela melepaskan Permata, Kaisar tidak akan berpikir dua kali untuk memiliki Permata sebagai bagian dari hidupnya. Kaisar akan memastikan bahwa Aditya merasakan penyesalan yang tidak akan pernah dia lupakan ketika sudah menyia – nyiakan Permata.

Bagi Kaisar, Permata adalah sosok yang unik dan memberikan warna dalam hidupnya yang abu – abu. Tumbuh dalam salah satu keluarga konglomerat yang berpengaruh, Kaisar selalu dituntut untuk menjadi sempurna dalam segala hal. Bukan berarti orang tuanya tidak menyayangi Kaisar dan memperlakukannya dengan buruk. Orang tuanya juga bukan tipikal yang berpikiran sempit dan hanya mementingkan keuntungan semata. Tapi keluarga Hadyan selalu menjunjung tinggi martabat leluhur mereka untuk selalu "terlihat sempurna".

Terbukti dengan keturunan – keturunan Hadyan yang selalu berkecimpung dalam dunia politik dan memiliki riwayat hidup yang cermelang. Beberapa dari mereka memang adalah pengusaha seperti orang tua Kaisar, yang juga diturunkan kepadanya. Tetapi hampir sebagian besar mereka berprofesi sebagai politikus.

Kaisar tumbuh dengan menutupi rasa lelahnya karena sebagai anggota keluarga Hadyan, dia dilarang untuk mengeluh. Kaisar harus bisa membawa nama baik keluarga Hadyan dengan tanpa cela.

Saat – saat remaja adalah saat – saat Kaisar memiliki tingkat kekeraskepalaan yang begitu tinggi. Tidak mudah membujuk orang tuanya, tapi akhirnya Kaisar berhasil untuk pindah ke sekolah umum saat menduduki bangku SMA. Kaisar muak untuk selalu berada di lingkungan orang – orang munafik yang selalu bergantian menjilatnya. Di SMA umum itulah, Kaisar bertemu Permata untuk pertama kalinya.

Kaisar dan Permata menghabiskan masa – masa SMA mereka dengan menyenangkan. Permata tidak akan pernah lelah mendengar keluh kesah seorang Kaisar yang selalu memikul beban berat dalam hidupnya. Sebaliknya, Kaisar juga tidak akan pernah lelah mengajari Permata rumus – rumus matematika yang menjadi musuhnya saat itu. Tetapi hanya sampai itu hubungan mereka. Kaisar adalah sosok sahabat baik yang sangat Permata sayangi dan seorang kakak yang tidak pernah dimilikinya karena dia adalah anak tunggal.

Kaisar terus mengikuti Permata bahkan masuk ke universitas yang sama. Sampai Permata bertemu Aditya dan membuat Kaisar harus mundur karena tidak memiliki kesempatan. Baginya, kebahagiaan Permata adalah yang terpenting.

Sekarang Kaisar tidak akan mengalah lagi. Kaisar akan memastikan kalau Permata hanya akan merasakan kebahagiaan ketika bersamanya kelak.

---

TBC

Halo semuanya. Semua tulisan ini adalah murni dari imajinasi ku ya. Aku sadar karya ini masih banyak kekurangan. Mohon kritik dan sarannya yang membangun, terutama jangan lupa komen dan vote/lovenya supaya aku semakin semangat! Untuk tetap keep in touch dengan aku dan karya - karyaku, silahkan follow : wattpad, karyakarsa, dan IG ku juga ^^

Tolong budidayakan untuk tidak menjiplak dan menghargai karya orang lain sekecil apapun, ya! <3

Karyakarsa, Watppad, dan IG : @thebluemoon247

Terimakasih ^^

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang