Aditya dan Permata sudah sampai di bandara siang ini setelah menghabiskan beberapa hari honeymoon jilid kedua mereka. Bagaikan pasangan yang baru saja menikah, mereka menikmati waktu berdua seakan – akan orang lain di dunia ini hanyalah mengontrak. Bahkan Aditya sampai memperpanjang cutinya beberapa hari tanpa memperdulikan Satya yang pusing tujuh keliling di Jakarta. Poor him.
Mereka akan bersiap menaiki jet pribadi milik Aditya ketika Permata terlihat melamun sedari tadi seakan sedang menimbang – nimbang sesuatu.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, My Love?"
Permata tersentak kecil karena terkejut telah ketahuan melamun. Dia menatap Aditya sebentar lalu menoleh ke Lingga yang selalu siap sedia di sisi mereka tanpa suara.
"Berapa jarak dari bandara ke gereja terdekat?" Permata tiba – tiba menanyakan hal yang random.
"Gereja terdekat adalah Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius, sekitar satu sampai dua kilometer menggunakan mobil dari sini, Nyonya," jelas Lingga dengan sigap.
Permata mengangguk puas akan jawaban Lingga.
"Dit, bolehkan kita mampir ke sana terlebih dahulu?" Permata menatap Aditya dengan puppy eyes.
Aditya merasakan jantungnya berdegub kencang, namun masih bisa mengendalikan raut wajahnya untuk tetap datar. Apa kata orang jika seorang Aditya begitu mudah tersipu seperti anak remaja yang belum dewasa?
"Anything for you, My Love,"
Lalu tanpa diminta dua kali Lingga langsung memundurkan jadwal penerbangan jet pribadi yang sebenarnya sudah siap untuk lepas landas dan meminta tim untuk menyiapkan mobil dengan tujuan gereja tersebut.
"Apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"
"Pokoknya kamu harus nurut!"
---
"Father, terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk kami. Maaf kami tidak sopan dengan datang secara tiba – tiba," Permata tersenyum minta maaf pada sesosok Pastor yang sudah duduk di seberang mereka.
Di antara mereka bertiga, terdapat meja yang sudah lengkap dengan lilin, Alkitab, dan salib Yesus. Meja tersebut di tata cantik secara sederhana dengan kain sutra lembut dan karangan bunga kecil. Entah apa yang tadi dibicarakan Permata pada Pastor ketika mereka sampai di gereja ini, Aditya dan Lingga diminta untuk menjauh sementara.
Pastor tersebut membalas dengan senyum hangat. "Tidak apa – apa, Nak. Saya senang dapat membantu. Sudah tugas Saya juga untuk membantu umat yang membutuhkan pertolongan-Nya,"
Permata tersenyum lega dan menggenggam tangan Aditya yang berada di sebelah kanannya.
"Father, kami mau mengakui dosa – dosa kami terlebih dahulu. Karena banyak hal rumit, kami telah berpisah selama setahun. Hal tersebut merupakan ujian terberat untuk kami. Kami saling mencintai namun saling menyakiti. Saya berpikir kami telah benar – benar bercerai, meskipun dalam Gereja Katolik hal tersebut tidak diperbolehkan. Lalu Aditya datang dan mengatakan yang sebenarnya bahwa kami tidak pernah bercerai. Saya di satu sisi sangat bersyukur dan juga bersedih. Bagaimanapun saya sangat mencintai Aditya dan tidak ingin ada hal buruk terjadi kepadanya. Namun keputusan saya yang ceroboh telah menyakiti kami. Mohon ampuni dosa – dosa kami, terutama dosa – dosa Saya," Permata menjelaskan kepada Pastor yang mendengarkan dengan saksama.
Aditya dibuat tercengang. Aditya memang bukan orang yang religius sehingga tidak terpikir olehnya untuk mampir ke gereja dan bertemu Pastor seperti ini. Menurutnya, yang penting dia sudah beribadah setiap hari minggu dan ikut menyumbang untuk orang – orang yang membutuhkan, itu sudahlah cukup. Tiba – tiba rasa hangat merayap dalam hatinya. Aditya lalu balas menggenggam tangan Permata dengan erat namun lembut. Dia tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini.
"Father, Saya juga mau mengaku dosa. Saya adalah sosok arogan yang seringkali tidak mau mendengarkan orang lain dan tidak peka terhadap keadaan di sekitar sehingga hal tersebut sering menyakiti Permata yang sangat Saya cintai. Ketika mendapati fakta bahwa Permata tidak mempercayai Saya, bukannya mengajak berbicara dari hati ke hati, Saya malah memilih opsi yang menyakiti kami berdua. Saya merasa berhak untuk menghukum Permata dengan mempermainkannya. Padahal, who am I to judge? Saya hanyalah debu di hadapan-Nya. Mohon ampuni dosa – dosa Saya," Aditya menambahkan.
Pastor tersebut tersenyum lembut melihat mereka berdua yang saling mencintai dan juga begitu dicintai oleh Bapa di atas sana.
"Nak Aditya, Nak Permata, di sebuah pernikahan memang tidak pernah bisa selalu berjalan dengan mulus. Terkadang kita lupa untuk mendengarkan dan larut dalam pikiran sendiri, sehingga berakhir saling menyakiti. Kalian harus mau saling bahu – membahu untuk membersihkan jalan pernikahan yang seringkali memiliki kerikil. Tuhan begitu bersukacita karena cinta kalian yang begitu murni dan mau memulihkan satu sama lain. Jangan takut karena Tuhan tidak pernah menghakimi umat-Nya. Tangan-Nya selalu terbuka untuk menyambut kalian. Semoga lewat kejadian ini, kalian dapat belajar untuk lebih saling memahami dan saling terbuka satu sama lain. Jangan utamakan ego kalian, tetapi utamakanlah komunikasi untuk mencari solusi terbaik. Waktu demi waktu akan mengajarkan kalian untuk lebih saling memahami," lalu Pastor mengangkat tangannya dan membentuk tanda salib kepada Aditya dan Permata. "Dosa – dosa kalian telah di ampuni, pergilah dalam damai untuk mengasihi dan melayani Tuhan,"
Aditya dan Permata saling menatap dan tersenyum haru. Aditya tidak lupa mencium tangan Permata yang digenggamnya sambil mengelusnya penuh sayang. Lalu suara lembut dari Pastor mengalihkan perhatian mereka.
"Nah, sekarang," ternyata Pastor tersebut dengan gerakan sopan memakaikan kain tipis dan sederhana yang mirip dengan wedding veil kepada Permata dan menyelipkan segenggam bunga baby breath kecil yang mirip boutonnieres pada saku jas yang dikenakan oleh Aditya.
Aditya menatap Pastor dan Permata bergantian dengan bingung. Permata tersenyum meyakinkan sambil mengggenggam lengan Aditya yang dilapisi jasnya.
"Ayo kita ulang janji pernikahan kita," bisik Permata malu – malu.
Begitu banyak kejutan hangat yang diberikan Permata sedari tadi. Aditya menatap sayang kepada Permata lalu mengalihkan tatapannya kepada Pastor yang sudah menunggu dan mengumpulkan tekad dalam hatinya.
"I, Aditya Ganendra, take you Permata Pramudya, to be my wife, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part," Aditya mengatakannya dengan tegas dan tanpa ragu.
Kali ini giliran Permata yang tidak kalah tegas. "I, Permata Pramudya, take you Aditya Ganendra, to be my husband, to have and to hold from this day forward, for better or for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, to love and to cherish; until death do us part,"
Pastor tersenyum penuh sukacita dan memberikan tanda salib sambil berkata, "Kini setelah mengulang janji pernikahan kalian, semoga berkat Tuhan selalu menyertai sepanjang perjalanan kalian membangun bahtera rumah tangga. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia. You may now kiss the bride,"
Aditya tidak menunggu waktu terbuang ketika mengecup dalam bibir Permata. Aditya menumpahkan segala perasaannya, begitu pula dengan Permata.
---
TBC
Halo semuanya. Long time no see dan update dari aku. Karena masalah kesehatan dan kendala pekerjaan di kehidupan real yang (amat) sangat padat, jujur saja aku ga kepegang dan ga sempet menyempatkan waktu untuk dunia tulis menulis ini. Aku minta maaf banget ya buat siapapun yang sudah mau menyempatkan membaca dan menunggu (apalagi vote dan komen). Sungguh sangat berharga buat aku. Terima kasih, ya! Mohon doanya ^^ Semua tulisan ini adalah murni dari imajinasi ku ya. Aku sadar karya ini masih banyak kekurangan. Mohon kritik dan sarannya yang membangun, terutama jangan lupa komen dan vote/lovenya supaya aku semakin semangat! Untuk tetap keep in touch dengan aku dan karya - karyaku, silahkan follow : wattpad, karyakarsa, dan IG ku juga ^^
Tolong budidayakan untuk tidak menjiplak dan menghargai karya orang lain sekecil apapun, ya! <3
Karyakarsa, Watppad, dan IG : @thebluemoon247
Terimakasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Satu - Satunya (END)
Romance"Permata Satu - Satunya" : Aditya & Permata Ganendra Series #1 Permata merasa seperti hidup di dunia dongeng. Bertemu laki - laki yang tampan, kaya, dan sangat mencintainya seperti Aditya. Tidak pernah terbayang dalam khayalan terliarnya sekalipun...