Bab 20 : Terima kasih dan Maaf

4.4K 156 0
                                    

"Mama minta penjelasan!"

Sesosok perempuan paruh baya yang masih cantik diusianya yang memasuki pertengahan lima puluh duduk dengan anggun ditemani suaminya yang duduk diam di sampingnya. Alvaro Ganendra dan Melati Ganendra. Ayah dan Ibu dari Aditya Ganendra.

Sedangkan di seberang mereka, duduk Aditya dan Permata bersebelahan, yang tetunduk bagaikan anak kecil yang takut karena mau dihakimi Ibunya. Yah, memang kondisi mereka kurang lebih seperti itu, bukan?

"Jadi, gini, Ma–"

Mengalirlah cerita dari mulut Aditya. Sebagai seorang suami dan pemimpin di keluarganya bersama Permata, Aditya tidak akan membiarkan Permata yang pasang badan untuk mempertahankan hubungan cinta mereka. Permata mungkin memiliki bagian salah, tapi Aditya tahu semua ini berakar dari dirinya yang begitu arogan.

Cerita Aditya telah selesai. Tidak lupa Permata juga ikut mengucapkan permintaan maaf dari hatinya yang paling dalam. Hening memenuhi ruang keluarga di mansion milik Aditya. Rencananya Aditya dan Permata ingin mengunjungi kedua orang tua mereka secara bergantian namun kalah cepat dengan orang tua Aditya yang ternyata sudah sampai di kediaman ini.

Perempatan sudut muncul di pelipis Melati setelah mencerna cerita yang baru saja di dengarnya dari anak semata wayangnya.

"Kamu sudah gila, ya, Dit!" Melati segera menghampiri Aditya untuk menjewer telinga anak satu – satunya.

Betapa gemas Melati dengan kelakukan anaknya itu! Aditya harus diberi hukuman yang setimpal karena sudah sangat arogan dan berani mempermainkan pernikahan yang begitu sakral! Apalagi membuang – buang uang untuk pertunangan palsu itu! Betapa borosnya!

Tidak hanya menjewer, Melati juga mencubit dan memukul lengan Aditya yang tertutupi kaos polonya. Meskipun sedikit kesusahan karena lengan Aditya yang berotot, Melati tidak mudah menyerah dengan memindahkan serangannya di area perut yang lebih mudah di jangkau tangan mungilnya.

Aditya tidak sanggup menahan serangan dari Mama-nya sehingga hanya mengerang antara kesakitan dan kegelian sambil memohon ampun. Hilang sudah wibawanya! Apalagi di depan Permata!

"Mama–!" mohon Aditya dengan merengek untuk kesekian kalinya.

Permata yang sedari tadi berusaha menolong Aditya dan menenangkan Mama Mertua-nya tidak tahan untuk tidak tertawa karena image Aditya yang begitu imut sekarang. How cute!

Mendengar menantu kesayangannya tertawa, Melati menghentikan serangannya pada Aditya dan menatap Permata pernuh haru lalu refleks memeluknya lembut. Kini seluruh wajah Permata terbenam dalam dekapan Mama Mertua-nya. Hangat, sudah lama sekali Permata tidak pernah dipeluk oleh seorang Ibu. Melati dengan lembut mengelus rambut Permata.

"Terimakasih sudah bertahan, Permata. Terimakasih sudah mencintai Aditya dan keluarga Ganendra. Mulai sekarang, jangan pedulikan kata – kata orang lagi, ya?"

Permata mengangguk dalam dekapan tersebut. Merasa air matanya mendesak keluar, Permata membalas dekapan tersebut dengan pelukan yang lebih erat.

Alvaro tidak mau ketinggalan, dia ikut mengelus rambut Permata dengan sayang. "Selamat datang kembali, menantu kesayangan kami,"

Masih dalam suasana syahdu, tiba – tiba Melati bertanya. "Papa tahu, ya?"

Glek

Keringat dingin mulai bermunculan dari pelipis Alvaro. "P-papa bisa jelaskan–"

Kali ini giliran image dingin seorang Alvaro Ganendra yang hancur karena di cincang habis oleh Nyonya Melati Ganendra sore itu.

---

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang