Bab 19 : Berdamai

3.1K 144 0
                                    

Siang hari yang normal di kota Jakarta. Terlihat sudah jam makan siang di GC. Semua karyawan berbondong – bondong untuk datang ke kantin kantor. Terkecuali Aini Maheswara. Dia masih berkutat dengan berkas – berkas karena dipikirnya diet catering yang di bayarnya sudah tersedia di lobi kantor. Hanya tinggal menelpon OB atau OG untuk minta tolong dibawakan ke ruangannya.

"Mohon maaf, Bu Aini. Tidak ada antaran catering hari ini," terdengar suara penyesalan dari OB yang baru saja di telponnya.

"O-oh, oke. Terimakasih," Aini menutup telpon dan merasa jengkel ketika mendengar hal tersebut.

Tidak lama kemudian, dia langsung membuka aplikasi chat berwarna hijau untuk menanyakan perihal cateringnya. Ternyata, sebelum mengetik apapun Aini sadar bahwa dialah yang salah. Tertera di chat terakhir bahwa masa berlangganan catering ini sudah berakhir minggu lalu. Shit! Aini lupa untuk memperpanjangnya.

Kruyuk kruyuk

Aini menoleh menatap perutnya yang berbunyi karena merasa lapar. Jam satu nanti dia akan menghadiri meeting mingguan. Kalau memesan makanan sekarang, pasti akan sampai lebih dari jam satu. Kalau meminta OB atau OG membelikannya, meskipun Aini itu angkuh, dia tidak tega. Mereka juga pasti sedang menikmati makan siangnya. Tidak ada pilihan lain selain makan di kantin kantor. Hal yang Aini hindari dengan sengaja berlangganan diet catering. Aini berjanji ini adalah terakhir kalinya dia ceroboh dan mulai minggu depan tidak akan lupa untuk memperpanjang masa berlangganan catering tersebut.

Aini bangkit dari tempat duduknya dan bergegas keluar untuk menuju kantin kantor. Mendekati area kantin, Aini semakin menebalkan telinga dan mengabaikan tatapan – tatapan mencemooh dari karyawan lain. Hal itu sedikit membuat Aini tidak nyaman, ralat, sangat tidak nyaman malah. Tetapi dia adalah Aini Maheswara! Mereka boleh menatapnya dengan remeh, tapi mereka tidak akan pernah bisa menginjak – nginjaknya apalagi berani untuk berkomentar tentang dirinya! Memangnya mereka siapa? Manusia – manusia seperti mereka tidak level dengan dirinya!

Aini bergegas mengambil chicken salad with caesar sauce yang sudah di packing dengan rapih beserta sebotol jus apel lalu memilih tempat duduk di pinggir yang jauh dari keramaian. Aini memakan makanannya dengan tenang sampai suara wanita – wanita penggosip terdengar karena mereka sengaja menaikkan volumenya.

"Apakah kalian tahu dimana bisa membeli topeng wajah yang tebal?"

"Itu tidak bisa dibeli, hanya orang tertentu yang bisa mempunyainya,"

"Oh, ya? Orang seperti apakah itu?"

"Orang yang menempel pada bos, lalu dicampakkan, tapi masih bekerja di kantor yang sama!"

"Hahahahah!"

Terdengar suara tawa tiga wanita yang bersautan satu sama lain dan seketika hening ketika Aini menaruh botol jusnya dengan keras, sengaja, ke meja tempatnya makan.

"Bu Aini, apa masalah Anda? Kenapa Anda terlihat kesal sekali?"

"Kami, kan, tidak menyebut nama Anda,"

"Membanting botol minum di tempat publik seperti ini sangatlah tidak sopan, Bu,"

Aini tersenyum sinis lalu bangun dari tempatnya untuk menghampiri keempat karyawan wanita tukang gosip itu. Aini akan memberikan perhitungan pada mereka yang sudah berani macam – macam dengannya! Mereka berani berkata tidak sopan, akan dia tunjukkan arti tidak sopan sebenarnya!

Namun belum sampai ke meja para cecunguk betina itu, seseorang telah sampai terlebih dahulu dan menyiramkan jus tomat ke mereka bertiga. Satu pitcher!

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang