Bab 5 : Gosip Panas

2.6K 186 1
                                    

"Nah, ini dia,"

"Mana? Mana?"

"Permata Pramudya–"

"Biasa saja ya,"

"–mantan istri, kan?"

"Katanya selingkuh,"

"Hah?! Direktur kita yang–"

"Stt! Jangan sampai ada yang dengar,"

"Kenapa memangnya?"

"Kamu ini anak baru, sih! Berita ini sudah dihapus sampai akar – akarnya dari internet,"

"Jadi kalau aku google, tidak akan ada, gitu?

"Ya! Tapi orang – orang kaya itu tidak bisa menghapus ingatan kita, kan?"

"Pfft! Bisa, buktinya kita di minta tanda tangan untuk tidak membocorkan hal ini dan diberi kompensasi,"

"Seriously?!"

"Stt! Awas ya kalau kamu bocorkan! Bukan hanya masa depanku saja yang terancam, tapi masa depanmu juga!"

"Tidak akan aku bocorkan kok, tenang saja! Lebih enak, kan, dibuat bahan gosip seperti ini hehe,"

"Haha! Dasar, kamu! Bener banget tapi! Perempuan itu tidak tahu malu sekali ya sampai punya muka untuk tampil di perusahaan mantan suaminya,"

"Perempuan apanya? Dia lebih cocok disebut wanita atau–"

"–jalang! Hahaha!"

"Hahaha! Kalau jadi dia, aku lebih memilih membayar pinalti daripada masuk ke perusahaan mantan suami! Bukannya selingkuhannya sama kayanya dengan direktur kita?"

"Ya, dengar – dengar selingkuhannya pemilik Hadyan Company, loh,"

"Wah, tangkapannya tidak main – main ya,"

"Kalau kau punya wajah dan badan cantik ya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, lah!"

"Jadi kamu mengakui dia cantik?"

"Hmm, cantik sih cantik. Tapi hatinya seperti telur busuk,"

"Hahaha! Dia benar – benar pandai memanfaatkan wajahnya. Aku rasa dia sampai berani masuk ke perusahaan ini karena ingin bermain menjadi sok polos,"

"Uh-uh, kalau bisa menambah aliran uang masuk, kenapa tidak?"

BRAK!

Terdengar pintu toilet terbuka cukup kencang dari bilik paling ujung di toilet ini. Dialah Permata yang sejak awal mendengar perbincangan ketiga karyawan wanita yang mengosipkan dirinya tanpa punya malu.

Perlahan Permata keluar dari bilik dan berjalan menuju tempat cuci tangan. Tujuannya ya hanya satu, yaitu cuci tangan. Tapi ketiga wanita tadi terpaku pada posisi mereka masing – masing, entah karena mereka terlalu terkejut dengan kehadiran Permata atau terlalu takut dengan ketenangan Permata.

Permata sudah selesai mencuci tangan dan sedang mengelap tangannya agar kering. Tidak lupa dia juga merapikan anak – anak rambut yang sedikit mencuat keluar dari tatanan rambutnya yang rapih. Sambil fokus dengan tampilannya, Permata berujar. "Aku tidak tahu siapa yang kalian bicarakan dengan serunya. Tapi aku pribadi yang ramah untuk diajak berdiskusi dan tidak akan pelit berbagi ilmu menggaet pria – pria kaya. Daripada terus – menerus menjadi karyawan rendahan yang gajinya habis untuk cicilan tidak penting, kan?"

Permata lalu tersenyum dengan anggun sebagai salam perpisahan dan berjalan meninggal toilet tanpa memperdulikan lagi ketiga karyawan wanita tersebut.

"Di sini kamu rupanya, My Bestie,"

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang