Bab 10 : Menghela Nafas

2.3K 147 1
                                    

'Pertunangan Dua Perusahaan Raksasa : Ganendra dan Maheswara'

'Aditya Ganendra dan Aini Maheswara menuju ke Pelaminan'

'Pernikahan Paling di Nantikan Abad Ini antara Aditya Ganendra dan Aini Maheswara'

'Konsep Pernikahan Dua Kerajaan : Ganendra dan Maheswara'

Terpampang berbagai judul mengenai berita pertunangan Aditya dan Aini. Semua media elektronik baik LED billboard, stasiun TV, radio, dan bahkan social media tidak ketinggalan menyiarkannya. Meskipun baru tahap pertunangan, tak ayal banyak yang membahas sampai ke jenjang pernikahan.

Permata sudah berusaha untuk menulikan telinganya dari berita – berita tersebut. Dia tidak membuka social media, tidak menonton TV, dan sepanjang perjalanan ke kantor menggunakan mobilnya dia hanya mendengarkan musik sambil bersenandung.

Tapi harapan hanyalah tinggal harapan.

Sesampainya di kantor, berita itu justru semakin terdengar nyaring. Tidak jarang ada yang menyangkutpautkannya dengan dirinya. Apa hubungannya, coba? Mereka kan sudah mantan suami dan istri. Jika Aditya sudah menemukan tambatan hatinya yang lain lebih dulu, She's happy for him.

Is she?

Permata langsung menggelengkan pelan kepalanya guna mengeyahkan bisikan – bisikan konyol di otaknya. Tanpa memperdulikan gumaman dan perhatian orang – orang kepadanya, Mentari terus melangkah untuk menaiki lift dan sampai di ruangan kecil tempatnya bekerja.

Permata tersentak ketika sampai di mejanya dan menemukan sebuah undangan indah yang sudah ada di sana. Mungkin tadi OB yang menaruhnya. Hatinya bagai tercubit dan ingin menangis meskipun Permata berusaha menyangkal alasannya.

Itu adalah undangan pertunangan Aditya dan Aini untuk karyawan – karyawan Ganendra Company. Sabtu ini yang berarti tiga hari lagi. Permata memejamkan matanya guna menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Tidak mau ambil pusing, undangan tersebut Permata taruh ke dalam laci ketiga paling bawah di mejanya. Lalu dia mulai bekerja seperti biasa seolah – olah tidak ada yang terjadi.

Tidak mudah menjadi seorang mantan istri dari Aditya Ganendra meskipun hanyalah kalangan – kalangan orang dalam yang tahu. Selain harus bertahan dari gunjingan orang – orang karena sifatnya yang di gosipkan mata duitan, Permata juga harus bertahan akan kesedihan dirinya yang tidak bisa menjadi seorang wanita seutuhnya.

Duh! Pikiran itu lagi, gerutu Permata.

Ngomong – ngomong undangan pertunangan tadi, Permata jadi berandai – andai seandainya pernikahannya dulu tidak dilakukan dengan sederhana. Permata pasti memiliki benda kenang – kenangan selain foto pernikahannya yang masih tersimpan dalam pigura kayu yang Permata buat sendiri.

Tapi Permata tidak penah menyesali hal tersebut. Kemewahan tidak pernah ada dalam daftar hidupnya. Permata tidak pernah sekalipun menikmati hidup glamor meskipun memiliki banyak kesempatan menyicipinya.

Biarlah kenangannya bersama Aditya hanya tertinggal selembar foto di pigura yang setiap malam dia peluk. Tetapi hati dan pikirannya akan selalu terisi oleh Aditya.

"Ibu Permata Ganendra," panggilan tersebut membuatnya tersentak dan langsung menoleh dalam perjalanannya menuju kantin kantor.

"Ups, maaf ya, Bu. Maksud saya, Ibu Permata Pramudya," Permata tahu seseorang yang salah memanggil namanya itu sengaja dan tidak benar – benar berniat meminta maaf.

Permata tidak akan takut lagi dengan orang ini. Sekarang statusnya hanyalah mantan istri yang tidak tersisa lagi jejaknya. Tidak akan ada lagi hal yang bisa menyakiti Aditya.

Permata Satu - Satunya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang