Permata seperti sedang berbaring di tempat yang super empuk dan hangat. Rasanya sudah lama sekali dia tidak pernah senyaman ini dalam tertidur. Seluruh tubuhnya terasa rileks dan tidak kaku lagi seperti saat tidur di kasurnya yang cukup keras di kost. Harumnya juga sangat menenangkan seperti lilin aromatherapy di hotel mahal–
Seketika Permata membuka mata dengan jantung berdegub kencang. Ini bukan kamar kostnya!
"Sudah bangun?" suara serak dan dalam yang sangat familiar dan dikenali oleh Permata terdengar.
"What the fuck are you doing, Aditya?!" sangking terkejutnya, Permata sampai berkata kasar. Hal yang sangat jarang dia lakukan. Namun, segala hal yang telah terjadi dan mulai masuk ke pemahaman Permata sudah kelewat batas rasanya.
"Such a sweet lips, Permata. Setahun menjauh membuat dirimu sepertinya cukup berubah," Aditya tetap tidak bergeming, hanya duduk tenang di satu – satunya sofa pada ruangan itu dengan satu kaki terangkat. Mengamati Permata dengan tajam dan dalam.
Permata yang merasa ditelanjangi segera bangkit dari tidurnya sambil memastikan dia masih memakai pakaian dengan utuh.
"I'm not doing anything–" perjelas Aditya yang membuat Permata menghela nafas lega. "–yet," untuk sesaat.
Permata meningkatkan kewaspadaannya pada level tertinggi seakan dia akan menghadapi sebuah peperangan, meskipun di satu sisi Permata merasa konyol. Untuk apa dia melakukan semua itu, mereka kan hanya sepasang mantan suami istri?
"Listen, Aditya, I won't ask anything about this. I'll think this as an accidental incident. So, enjoy yourself and goodbye," Permata buru – buru melangkah ke arah pintu, yang sialnya jaraknya cukup jauh dikarenakan luasnya ruangan kamar hotel ini.
Tapi bahkan belum sampai ke pintu, Permata sudah di cegat Aditya. Tangan Permata di tahan lalu di saat yang bersamaan Permata di lempar secara lembut ke ranjang tempatnya terbaring tadi dengan Aditya berada di atasnya menahan Permata yang berusaha memberontak.
Tiga menit pergelutan itu berjalan sampai hanya terdengar deru nafas Permata yang memburu karena kehabisan tenaga. Lebih tepatnya usaha Permata untuk memberontak, sedangkan Aditya tidak terlihat bergerak sama sekali selain menahan tangan Permata di atas kepala perempuan itu.
"Now, you listen to me," suara Aditya terdengar sangat dekat ketika Permata memalingkan muka dan memejamkan matanya karena kesal.
"Let's stop play this game, Permata. Apakah kamu tidak lelah?"
Permata tidak dapat lagi menahan emosi yang sudah mengendap berbulan – bulan di dalam hatinya. "Game?! Are you joking?! Bagian mana yang merupakan permainan? Ketika kamu dengan uangmu membeli BC? Atau saat kamu dan Aini bertunangan? Atau tunanganmu yang ternyata seorang perundung? Kamu yang berhenti, Aditya!"
"Permata–"
"No, aku tidak akan menyerah! Whatever you say, Aditya! Silahkan kamu lakukan balas dendam apapun, but I'll never lose! Kita hanyalah sepasang mantan suami istri–"
"Say that again, Permata?!" nada Aditya tiba – tiba menukik tajam dan memotong perkataan Permata.
Nyali Permata menjadi ciut akan intimidasi tersebut, tapi dia tidak akan pernah menunjukkannya!
"We're just an ex-husband and an ex-wife–!" lagi – lagi mata Permata melotot ketika dengan brutal Aditya membungkam bibirnya dengan ciuman yang dalam. Usaha Permata untuk memberontak hanyalah sia – sia, terutama karena dia sudah kehabisan tenaga akibat pemberontakannya yang pertama.
"Have you lost your mind?!" Permata langsung memaki Aditya ketika ciuman itu berakhir.
Aditya hanya tersenyum miring, puas membuat bibir Permata membengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Satu - Satunya (END)
Romance"Permata Satu - Satunya" : Aditya & Permata Ganendra Series #1 Permata merasa seperti hidup di dunia dongeng. Bertemu laki - laki yang tampan, kaya, dan sangat mencintainya seperti Aditya. Tidak pernah terbayang dalam khayalan terliarnya sekalipun...