Saat jam makan siang, Aini bergegas memasuki ruangan Aditya tanpa mengetuk pintu dahulu.
"Honey–"
"–Aini, My Dear, sudah berapa kali aku bilang untuk ketuk pintu dahulu," tegur Aditya dengan halus.
Aini terkekeh kecil. Pramana yang sedang berada di sebelah Aditya sambil berpegang pada kursinya lantas berdiri tegak sambil tersenyum manis nan sendu melihat interaksi tersebut.
"Oh, hai, Pram! Kamu mau ikut makan siang bersama?" akhirnya Aini menyadari kehadiran Pramana.
Pramana menggeleng samar. "No, thanks. Aku sudah ada janji. Kalau gitu aku pamit dulu ya. Kita lanjutkan nanti, Dit,"
Aditya hanya mengangguk kecil sambil terus menatap sepupunya dengan lekat. Pramana berlalu keluar masih diikuti tatapan dari Aditya. Tatapan dengan rasa bersalah yang kental.
"Oke kalau gitu. Bye, Pram!" Aini melambaikan tangan pada Pramana yang sudah mencapai pintu.
Pramana berbalik singkat sambil masih tersenyum. "Bye, Ai,"
Pintu pun tertutup, kini hanya ada Aditya dan Aini di ruangan Aditya.
"Hon, aku sudah memesankan makanan untuk kita. Aku tahu kamu akan suka dengan–" kata – kata Aini terpotong.
"Dear, I'm sorry. I have to lunch with my grandfather. Kamu gapapa, kan?"
Aini tidak pantang menyerah. "Can I join?"
Aditya tersenyum minta maaf. "Business thing. You won't like it,"
Aini akhirnya mengangguk lesu. "Yaudah gapapa kalau gitu. Makanannya biar aku kasih ke OB. Tapi besok harus sama aku atau ajak aku, ya?"
"Yes, I promise," Aditya lalu mengecup pelipis Aini dan berpamitan untuk lekas pergi.
Kini hanya tersisa Aini di ruangan Aditya, terduduk diam di sofa mewah penerima tamu. Aini bingung. Hatinya terasa hampa, tidak ada debaran dari kecupan di pelipisnya. Is this everything she ever wanted?
Aini terlahir sebagai putri pertama dari pasangan konglomerat Maheswara yang terkenal dalam bidang perhotelan. Layaknya anak orang kaya lainnya, Aini tidak pernah kekurangan materi. Tapi hanya itu yang Aini punya, materi. Orang tuanya tidak pernah hadir dalam hidupnya. Oleh karena itu, ketika pertama bertemu dengan Permata di tahun pertama mereka menimba ilmu di universitas, Aini langsung "mempertahankan" dirinya.
Permata itu dari keluarga biasa – biasa saja. Wajah cantiknya juga relatif. Kepintarannya juga dapat Aini saingi. Tapi Aini merasa kalah karena Permata terlihat lebih bersinar daripadanya. Hal itu tidak dapat Aini terima. Sebagai seorang anak yang berjuang keras menjadi nomor satu dari kecil untuk mendapat sedikit perhatian orang tuanya, Aini merasa sangat iri pada Permata. Terutama pada saat kunjungan orang tua ke universitas, dimana orang tuanya sama sekali tidak hadir, sedangkan kedua orang tua Permata hadir dengan membawa senyuman bangga akan Permata yang di rasa Aini sangat biasa – biasa saja dalam segala aspek.
Sedangkan adik laki – lakinya, yang selalu di damba – dambakan oleh orang tuanya, sedang berkutat menjadi pemimpin di perusahaan Ayahnya. Aini? Tidak pernah ada yang peduli, setidaknya dalam pikirannya. Aini memutuskan untuk tidak ikut campur di perusahaan Ayahnya karena kehadirannya juga tidak diharapkan.
Ketika mendapati kesempatan emas untuk membanggakan orang tuanya, tanpa berpikir panjang Aini langsung mengambilnya. Tidak ada yang lebih membanggakan bagi orang tuanya, selain anak perempuan yang tidak berguna kehadirannya, menjadi berguna dengan membangun relasi kuat bersama keluarga Ganendra lewat pernikahan.
Aini sudah dekat dari dulu dengan keluarga Ganendra. Dia adalah teman kecil dari Aditya dan Pramana. Aditya lebih sering menghabiskan waktunya bersama kakeknya oleh karena dia harus belajar sejak dini sebagai pewaris utama, sehinggaAini lebih sering bermain bersama Pramana. Ketika Aditya menikah dengan Permata, dia biasa – biasa saja tuh. Hanya saja perasaannya menjadi jengkel membayangkan ketika berkunjung ke rumah keluarga Ganendra malah akan bertemu dengan Permata.
Setahun lalu ketika kabar perceraian Aditya meledak, orang tua Aini tahu itulah saatnya mereka bertindak. Mereka lalu menyodorkan Aini untuk dapat mengisi posisi istri dari pewaris utama yang telah kosong. Keluarga Ganendra yang sedang di landa kekecewaan menerima hal tersebut, berpikir tidak ada penolakan dari Aditya yang terlihat diam saja. Mereka berharap kehadiran Aini sebagai teman kecil Aditya akan membantunya untuk pulih dari keterpurukan, tanpa mereka tahu bahwa hati Pramanalah yang terpuruk akan keputusan itu.
Kini berita perceraian itu sudah lenyap dari masyarakat. Thanks to the power of money. Tidak lama lagi Aditya dan Aini akan meresmikan hubungan mereka di dalam pertunangan yang akan di gelar dengan mewah.
---
TBC
Halo semuanya. Aku sedang mengusahakan yang terbaik supaya bisa update 2x seminggu, mohon doanya ^^ Semua tulisan ini adalah murni dari imajinasi ku ya. Aku sadar karya ini masih banyak kekurangan. Mohon kritik dan sarannya yang membangun, terutama jangan lupa komen dan vote/lovenya supaya aku semakin semangat! Untuk tetap keep in touch dengan aku dan karya - karyaku, silahkan follow : wattpad, karyakarsa, dan IG ku juga ^^
Tolong budidayakan untuk tidak menjiplak dan menghargai karya orang lain sekecil apapun, ya! <3
Karyakarsa, Watppad, dan IG : @thebluemoon247
Terimakasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Satu - Satunya (END)
Romance"Permata Satu - Satunya" : Aditya & Permata Ganendra Series #1 Permata merasa seperti hidup di dunia dongeng. Bertemu laki - laki yang tampan, kaya, dan sangat mencintainya seperti Aditya. Tidak pernah terbayang dalam khayalan terliarnya sekalipun...