5

478 47 1
                                    

Cuaca sore hari ini cukup dingin, ditambah angin yang tidak terlalu kencang dan langit yang diselimuti awan hitam menandakan akan turun hujan. Dan menurut perkiraan cuaca, jika Seoul akan turun hujan dalam waktu dua puluh menit lagi.

Taehyun baru saja tiba dirumah. Dan seperti biasa, Taehyun akan menuju kamarnya dan melakukan semua rutinitas yang sama. Apalagi jika bukan mengganti seragam, kemudian mandi.

Setelah selesai Taehyun berjalan menuju meja belajar. Taehyun mengeluarkan buku catatan dan beberapa lembar soal yang diberikan Kim Seokjin ssaem. Taehyun berniat mengerjakan soal yang belum selesai.

Taehyun sudah mengerjakan lima soal. Kemudian hujan pun turun dengan derasnya yang membuat Taehyun mendesik. Taehyun berdiri untuk menutup pintu balkon yang tadi Ia buka sebelum mandi. Dan itu membuat angin masuk yang membuatnya dingin.

Taehyun baru akan menutup pintunya, tapi urung karena sebuah mobil baru saja masuk. Taehyun tahu siapa pemilik mobil itu. Mobil yang saat ini berada di halaman depan rumah adalah mobil Paman Choi. Dan tidak lama kemudian, terlihat Choi Minho keluar dari pintu penumpang tidak lupa menggunakan payung. Lalu disusul seorang anak remaja yang seumur dengan Taehyun dan juga seragam yang sama. Taehyun memperjelas penglihatannya, dan benar orang itu adalah Beomgyu. Bagaimana bisa Beomgyu bersama dengan Paman Minho, pikir Taehyun.  Setelah bicara dengan Beomgyu tadi, Taehyun tidak lagi bertemu Beomgyu sampai sekolah bubar.

Beomgyu juga menggunakan payung, tapi terlihat menunduk. Sudah dipastikan jika di perjalanan tadi, Minho memberikan wejangan pada Beomgyu. Tapi menurut Beomgyu bukan wejangan, tapi kekangan yang membuat kepalanya pusing.

Jika biasanya Beomgyu berjalan dengan kepala dan pandangan lurus kedepan serta tatapan dinginnya. Beda lagi dengan saat ini, yang hanya menunduk dan berjalan di belakang Tuan Choi Minho.

Setelah keduanya masuk dalam rumah, Taehyun menutup pintu balkon dan kembali ke meja belajarnya. Tepat saat sebuah mobil kembali memasuki halaman depan rumah. Sekitar lima menit, ponselnya pun berbunyi karena sebuah panggilan.

"Yeobaseyo."

Taehyun menyapa setelah mengangkat panggilan dari seseorang.

"Yeobaseyo Taehyun-ah."

Orang di seberang menyapa juga.

"Ne Appa. Appa apa kabar?"

Taehyun tersenyum saat mendengar suara tawa dari sang Ayah.

"Appa baik. Kamu apa kabar disana."

Daniel menjawab dan menanyakan kabar Taehyun. Jika dihitung sudah hampir setahun Ia berada di LA dan tidak pernah melihat putranya itu. Karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal dan sang putra yang fokus pada sekolahnya.

"Syukurlah jika Appa baik-baik saja. Taehyun juga baik disini."

"Syukurlah jika anak Appa baik."

"Oh iya, tidak biasanya Appa menghubungi Taehyun di jam seperti ini. Appa sedang lembur, ada yang bisa Taehyun bantu?"

Taehyun tahu betul jika di jam begini sudah masuk tengah malam di LA.

"Tidak, Appa tidak sedang bekerja. Appa hanya ingin menanyakan kabar anak Appa."

"Ah, syukurlah jika begitu. Taehyun pikir Appa sedang bekerja dan membutuhkan bantuan."

Ya begitulah. Taehyun memang sering membantu pekerjaan sang ayah. Sebagai calon penerus perusahaan Kang, Taehyun sudah di latih untuk itu.

"Kamu lagi apa diatas?" Tanya Daniel.

BROTHER OR RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang